Can't take my mind out of you

Naruto belong to Masashi Kishimoto

Sweet Monster by Farenheit July.

Warning: mature untuk adegan kekerasan.

-

Pertama kali mereka bertemu pandangan, yang menjadikan momen tersebut sangat berkesan dalam memori Uchiha Sasuke ialah warna kontras merah yang mengotori tubuh Uzumaki Naruto saat itu. Ekor kejinggaan berkibas, telinga dari bayangan chakra mencuat dan bergerak di atas kepala. Senyuman sadistik di wajah remaja tanggung yang membarakan gairahnya.

Ada genangan darah di sekitar mereka, namun tak membuat monster kecil itu panik.

Senyuman angkuh dengan kepala meneleng dan tangan bercakar sudah berada di hadapan Sasuke dalam beberapa detik. Detak jantung sang Shinobi Konoha berdentum cepat dan tak keruan. Namun, bukan dalam teror. Melainkan karena ia terpikat dengan monster ini. Aura berbahaya yang justru menggoda inhibisi yang selalu tertahan.

"Bukankah para penjaga tidak ada di sini? Ah—aku ketahuan," Uzumaki Naruto berucap santai, senyum lebar masih berada di wajah yang begitu dekat. Dia mengusap tangan yang berlumur darah pada vest jounin yang dikenakan Sasuke. Mengotori dengan indahnya.

Harum darah. Anyir yang sudah menjadi familier bagi Sasuke. Yang selalu membayangi setiap malamnya dengan imej tubuh berserakan di kediaman lama distrik Uchiha.

Ninja berumur dua puluh satu itu melirik pada kedua tangan yang masih memegang vest jounin miliknya. Tidak terganggu dengan aura psikopat yang terpancar dari monster di depan. "Membunuh peserta ujian, kau akan didiskualifikasi," Sasuke berujar pelan. Tak bergerak sama sekali, hanya mendelik dengan pasif.

Ekor kejinggaan masih bergerak, berkibas ke kanan-kiri. "Sudah menjadi resiko seorang Shinobi mati dalam medan. Peraturan ujian ini sangat tidak masuk akal."

Serangan pertama dapat diterka Sasuke. Chakra ungu miliknya mengukung hingga membentuk siluet tameng. Mencegah tendangan kilat yang dilakukan oleh remaja pirang di depannya.

Senyum lebar justru makin terlihat puas ketika Sasuke tidak lagi diam dan balik menyerangnya.

Harum darah masih tercium kental.

Tubrukan serangan keduanya menimbulkan efek yang mengerikan. Beberapa pohon tumbang, tanah pun ikut berlubang.

Baru kali ini Sasuke menemukan lawan sepadan. Hasrat membunuh miliknya sendiri telah terpancing keluar. Ujung bibir kanan naik dalam kesenangan.

Sasuke menarik pedangnya. Membalas taijutsu sang blonde dengan serangan yang jauh lebih mematikan. Setiap lekukan pergerakan tangan mengarah pada titik vital.

"Monster," ujar Uzumaki Naruto tertawa seperti seorang sicko.

Sharingan Sasuke telah aktif. Ia kini dapat membaca pergerakan Naruto dengan mudah.

"Kenapa kau membunuhnya?" tanpa dapat ditahan, pertanyaan itu lepas dari bibir Sasuke.

"Mm—karena dia pantas?"

Sasuke melirik pada tiga tubuh yang telah menjadi bangkai. Ia berhenti menyerang, membuat segel tangan hingga api membakar ketiga mayat tersebut. Niatan untuk bertarung lenyap sekarang.

"Oh," ujaran barusan terdengar tidak terkejut sama sekali.

Sasuke kembali menyarungkan pedangnya. Ia membalik diri, sebelum pergi ia berkata pelan. "Seluruh sensei telah diberikan peringatan untuk mengawasi Uzumaki Naruto. Jangan membuat skema yang berantakan. Buat keributan di sebelah utara dalam beberapa menit. Jika ingin membunuh, lakukan dengan rapi."

Wajah si blonde memampangkan ekspresi kagum. "Kau bilang untuk melakukan dengan rapi. Lalu apa ini—jelas sekali ada pertarungan di sini."

Sasuke mendelik sesaat. Ia memberikan satu seringai mencemooh. "Sekali-kali gunakan otakmu untuk membuat rencana matang."

Belum sempat adanya respon, Sasuke lebih dulu pergi tanpa meninggalkan jejak.

Remaja blonde itu menggedikkan bahu lalu berputar arah ke tempat yang dirujuk oleh pria asing tadi. Ekor chakra-nya menghilang. Perawakan kembali menormal.

-

Tiga murid desa bunyi tidak diketahui keberadaannya. Ada bekas api, pertarungan, dan anyir darah yang kental. Hewan pemanggil pun tak bisa mendeteksi karena harum terbakar bercampur dengan anyir terlalu mengusik indra mereka.

Beberapa shinobi menaruh kecurigaan pada Jinchuuriki dari desa Uzu dan Sunagakure. Namun, baik keduanya tak memiliki elemen api. Hanya ada beberapa peserta dengan indikasi kemampuan tersebut.

Sasuke mendengarkan dalam diam saat rapat terjadi. Ia adalah bagian ANBU NE. Menyusup masuk dalam jajaran staf di sini untuk mengawasi kedua Jinchuuriki yang diinginkan para tetua.

"Kalian tak punya bukti untuk menuduh Naruto kami. Tapi, bukankah pihak Konoha memiliki banyak peserta didik dengan kemampuan api?" Perwakilan dari desa Uzu angkat bicara. Seorang wanita berambut merah panjang yang diikat bagai seorang ratu.

Sasuke mendelik. Mata hitam berkilat untuk sesaat.

"Sudah hentikan. Kami akan menambahkan pengawasan untuk ujian final nanti." Anko mengambil alih kondisi.

Sasuke masih diam di samping Kakashi. Mendengarkan rekan mereka mencoba menenangkan berbagai pihak.

-

Rasa penasaran Sasuke sungguh terusik.

Ia mengikuti pergerakan Uzumaki Naruto. Bagaimana monster kecil itu tak berbaur dengan sosial.

Bahkan satu malam, beberapa hari sejak pertemuan pertama mereka di hutan kematian, Naruto memerangkap Sasuke.

Insting seorang pembunuh tak mudah untuk dikecohkan. Mereka selalu waspada. Begitupun dengan Sasuke dan Naruto. Namun, kali ini si raven membiarkan dirinya tertangkap basah tengah mengikuti sembunyi-sembunyi.

Wajah marah sang blonde jelas terlihat. Kedua tangan mengepal dan emosi yang meledak-ledak. Perasaan frustasi yang juga pernah Sasuke rasakan ketika ia gagal membalaskan kematian keluarganya.

"Ada apa denganmu?" Sasuke bertanya penasaran.

Si blonde membalik diri, berjalan cepat menjauh. Namun, Sasuke masih mengikuti.

"Aku tersegel," ucapnya dengan nada marah.

Sasuke mendelik pada sekitar. Memastikan tak ada ANBU lain yang mengikuti.

"Bukankah mereka tak bisa menaruh kesalahan padamu atas kematian tiga murid desa bunyi." Kening Sasuke mengerut.

Ia sudah memberi kelonggaran agar Naruto tidak dapat dituduh langsung. Dengan beberapa alibi dan bantuan distraksi pada tempat perkara yang ia buat, seharusnya remaja blonde itu tidak menjadi tersangka.

"Tsk—para tetua menyegelku demi membuat yang lain merasa puas."

Sasuke makin tak senang melihatnya. Sosok hewan yang buas akan terlihat majestik jika dibiarkan bebas di alam. Bukan dikungkung.

Tetua yang dibicarakan adalah dari pihak Uzugakure. Tentu saja.

Si raven mendekat, manik hitam menilik di balik kaus yang terbalut jaket oranye. Di mana segel berbentuk seperti rantai gelap tengah mengelilingi dada hingga nyaris ke leher.

"Kau harus melakukan sesuatu," ucap si pirang tak tahu diri. Meminta sesuatu pada orang yang baru ditemuinya dua kali.

Tapi, keduanya tahu. Ada koneksi di antara mereka. Sesuatu yang terhubung dari sisi gelap diri masing-masing. Yang saling memanggil untuk melengkapi.

"Aku akan memikirkan sebuah cara."

-

TBC...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top