11. Kehidupan Baru
Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
...
Hampir satu minggu Naruto dan Hinata tinggal di Namikaze mansion setelah menikah. Hari ini mereka akan pindah ke Penthhouse yang sudah sangat lama dibeli Naruto dengan cara mencicil dari penghasilannya sebagai tentara dan dibantu oleh ayahnya, mengingat cuti panjang Naruto akan berakhir tiga hari lagi.
Sejak menerima gaji pertamanya sebagai tentara, Naruto sudah mulai mencicil satu unit penthhouse satu lantai yang terletak di pusat kota Tokyo, distrik shinjuku yang merupakan distrik pusat pemerintahan Jepang, dimana markas besar JSDF dan gedung parlemen terletak di distrik ini. Selain merupakan distrik pusat pemerintahan distrik shinjuku berbatasan langsung dengan distrik shibuya yang merupakan surga bagi pecinta belanja di Jepang.
Entah kebetulan atau tidak penthhouse yang baru dilunasi Naruto enam bulan lalu ini, terletak di perbatasan antara distrik Shinjuku dan distrik shibuya dengan menggunakan mobil pribadi hanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di tempat dimana butik kecil Hinata berdiri, dan untuk sampai ke distrik Adachi tempat Konoha Hospital dibangun hanya memerlukan waktu tiga puluh menit.
Alasan inilah yang membuat Naruto berniat tinggal di penthhouse dari pada di Namikaze Mansion, kandungan Hinata seiring waktu akan semakin membesar, dan ia takut jarak yang jauh antara Chidoya dengan pusat kota Tokyo akan membuat Hinata kelelahan saat periksa kandungan atau ketika Hinata ingin mengunjungi butiknya.
.
Pagi ini pasangan pengantin baru ini belum melakukan persiapan apapun untuk kepindahan mereka. Keduanya sekarang sedang duduk bermalas-malasan di sofa depan televisi, dengan posisi Hinata yang duduk di antara kedua kaki Naruto yang bersandar di pegangan sofa panjang, kepala Hinata bersandar nyaman di dada bidang suaminya yang sedang bermain dengan game diponselnya dengan satu tangan, sedang tangan tannya yang lain asik membelai perut datar Hinata. Sementara Hinata sedang asik menonton acara memasak di televisi, sambil merajut.
"Nikmat sekali hidup mu bocah." Komentar Jiraiya saat melihat posisi nyaman pengantin baru itu dan tak di gubris oleh Naruto, sementara Hinata yang merasa tidak enak, ingin bangun dari posisinya tapi di tahan oleh suaminya.
"Sudah lah Hime Ero Jii-chan hanya iri saja."
Jiraiya mendengus kesal lalu duduk di single sofa di samping sofa panjang itu, dan mulai meminum kopi yang sudah disediakan maid dimeja kecil di sampingnya.
"Kau seperti tidak punya kamar untuk bermesaraan bocah." Protes Tsunade saat datang melihat posisi dua orang itu.
Hinata buru-buru bangkit, dan langsung pergi kekamar.
"Ano...Aku permisi dulu Baa-chan, Jii-chan mau membereskan pakaian kami untuk pindah nanti sore." Pamit Hinata dan di balas anggukan oleh Tsunade dan Jiraiya.
Naruto mendengus kesal saat kegiatannya di ganggu oleh kakek dan neneknya.
"Kalian ini mengganggu saja, aku hanya duduk berdua dengan istriku disini, dari pada kalian berdua berolahraga di dalam kamar tapi tidak di kunci, lebih parah mana?" Protes Naruto.
Bugghhhh.
Bantal sofa berukuran besar menghantam wajah Naruto akibat lemparan Tsunade dan berhasil membuatnya terjengkang.
...
"Hati-hati menyetir Naruto." Pesan Minato saat melepas kepergian anak dan menantunya.
"Kaa-chan akan sering mengunjungi kalian." Kushina berkata dengan tidak semangat karena baru dua minggu Naruto tinggal di mansion sementara Hinata baru satu minggu tinggal bersama dengannya.
"Jangan lupa temani istrimu kontrol bocah." Pesan Tsunade.
"Jangan kau apa-apakan dulu istri mu bocah, mentang mentang dia masih perawan." Komentar Jiraiya frontal, lucu memang Hinata masih perawan padahal dia sudah hamil.
"Ittekimassu, Kaa-chan, Tou-chan, Baa-chan, Jii-chan." Pamit Hinata sambil melambaikan tangannya.
Naruto mulai menjalankan mobilnya sambil melambaikan tangan pada keluarganya.
"Itteirasshai." Jawab Minato, Kushina, Jiraiya dan Tsunade bersamaan sambil melambaikan tangan.
...
Pukul tujuh malam pasangan pengantin baru ini sampai di Penthhouse mewah yang akan mereka tinggali.
"Arigatou." Ujar Hinata saat petugas apartment mengantarkan 5 koper besar yang mereka bawa dari mansion.
Hinata menyusuri pandangannya pada penthhouse yang mulai hari ini dia huni bersama suaminya. Warna coklat kayu mendominasi penthhouse mewah ini, terdapat ruang tamu yang dilengkapi sofa kecil putih yang terlihat empuk, dapur yang dilengkapi mini bar, meja makan mungil, lima kamar yang dipastikan ukurannya besar. Dan sofa bed merah yang menghadap ke seperangkat home teater, juga terdapat pintu geser kaca yang lansung terhubung dengan taman kecil. Pandangan Hinata beralih pada balkon yang menghadap langsung ke Tokyo tower.
Hinata membuka pintu geser kaca yang menjadi pembatas balkon itu memandang takjub pemandangan yang dia lihat melalui balkon ini dia bisa melihat pemandangan Tokyo di malam hari dengan lampu yang gemerlap, dan jangan lupakan Tokyo tower yang menjadi daya tarik utama.
Sepasang tangan kekar tiba-tiba meyusup diantara dua sisi pinggangnya "Kau menyukainya Hime?" Bisik pemilik tangan kekar itu.
Hinata menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya, sambil tetap melihat pemandangan indah di hadapannya.
"Hontou ni arigatou Naruto-kun." Jawab Hinata lembut.
"Tidak mau melihat kamarnya?" Pertanyaan bermakna menggoda seketika membuat wajah Hinata merah. "Aku hanya ingin tidur sambil memelukmu, jangan berpikir aneh-aneh." Naruto terkekeh kemudian menggendong di depan tubuh mungil istrinya.
"Kyaaaaaa." Jerit Hinata.
...
Sesuai ekspetasinya, saat berusia tiga belas tahun Naruto pernah mengatakan bahwa kelak Hinata akan menjadi istri yang baik, dan yang menjadi suaminya pasti sangat beruntung. Dan ternyata sekarang dirinya sendirilah yang menjadi pria beruntung itu.
...
Sudah tiga hari mereka tinggal di penthhouse ini berdua saja, dan wanita berambut Indigo itu benar-benar memanjakan suaminya, mulai dari memasakan makanan apa saja yang dia inginkan, menyiapkan air hangat untuknya berendam sampai, menggosok punggungnya, dan yang paling dia suka adalah cara istrinya ini membangunkannya.
Seperti pagi ini, ini adalah hari pertama Naruto bertugas di markas besar JSDF, setelah petualanganya menjelajahi dunia dan cuti panjangnya yang menghasilkan seorang istri dan sepasang anak kembar yang kini bersarang nyaman di rahim istrinya.
"Naruto-kun bangunlah..." Ujar Hinata lembut sambil membelai surai pirang suaminya.
Tak ada jawaban.
"Bangunlah sayang..." Masih tak ada jawaban, tapi malah tangan kekar sang suami menariknya kedalam dekapan pria berkulit tan itu.
Naruto mengerucutkan bibirnya sebagai kode.
Hinata menggeleng cepat.
"Ayolah Hime, hanya sekedar kecupan singkat."
"Bangunlah Naruto-kun, kau akan apel pagi ini, bukan?"
"Aku tidak akan berangkat ke markas sebelum mendapatkan kecupan selamat pagi."
"Tapi janji ya setelah itu langsung bangun....?"
"Iya aku janji."
Tinggal satu centi lagi maka bibir sepasang suami istri ini akan berputar untuk kesekian kalinya. Namun,
"Hmmkkkkkk." Seolah menahan sesuatu Hinata dengan segera berlari ke wastafel kamar mandi dirumahnya.
"Hoeeeekkk Hoeeeeekkk Hoeeeekkk..." Tak ada apapun yang di keluarkan dari hasil rasa mual yang melanda perutnya, tapi setiap pagi merasakan sesuatu yang akan ia muntahkan membuatnya sangat tersiksa.
Pijatan-pijatan lembut ia rasakan pada tengkuk putihnya.
"Sudah baikan...?" Tanya Naruto saat Hinata sudah tidak terdengar lagi ingin muntah.
"Aku tak apa Naruto-kun." Kilah Hinata.
"Tak apa bagaimana..., morning sicknessmu membuatku khawatir Hime."
"Ini biasa pada wanita hamil Naruto-kun lagi pula Baa-chan sudah memberi obat pengurang rasa mual." Ujar Hinata sambil mengelus rahang tegas suaminya.
Naruto menarik Hinata kedalam pelukannya," berjanjilah untuk tetap baik-baik saja saat aku tak disisimu."
"Sudahlah Naruto-kun, sana mandi sudah aku siapkan air hangat..."
Naruto berlutut menyamakan posisi wajahnya dengan perut istrinya, di peluknya perut yang berisi buah hatinya itu, lalu menempelkan pipinya pada perut Hinata " Jangan membuat Kaa-chan kalian sakit ya sayang."
...
Naruto sudah siap dengan seragam militer lengan pendek berwarna hijau lumut, di depannya sang istri sekarang sedang memasangkan kancing-kancing seragam sang suami.
"Ano... Naruto-kun, boleh aku pergi ke butik hari ini?" Tanya Hinata takut-takut.
Naruto menautkan kedua alisnya lalu menggeleng cepat.
"Ayolah Naruto-kun aku bisa bosan sendirian di sini lagi pula, aku sudah lama tidak kebutik..." Rengek Hinata.
"Besok saja aku antar, hari ini aku ada apel Hime, kau tidak boleh pergi ke shibuya dengan naik shinkansen, bus atau pun taxi, perutmu itu belum terlihat hamil, jika kau menggunakan fasilitas umum pasti orang-orang tidak memberimu perlakuan khusus."
"Kalau begitu biarkan mobilku dibawa kesini aku tidak mau merepotkan mu Naruto-kun."
Naruto menatap lekat istrinya.
"Siapa yang kau dengarkan, hm?" Tanya Naruto menuntut.
"Kau Naruto-kun." Jawab Hinata.
"Siapa yang kau turuti, hm?"
"Namikaze Naruto." Jawab Hinata.
"Kau sudah tahu jawabannya kan, jadi menurutlah, Hime."
"Demo...," bantah Hinata.
Naruto membungkam mulut istrinya dengan bibirnya. Hinata mendengus kesal sambil menyeka bibirnya.
"Baiklah sebagai gantinya pulang nanti bawakan aku coklat, satu buket mawar yang besar, dan steak ayam." Perintah Hinata.
"Kau ngidam, Hime?" Tanya Naruto usil.
Hinata memalingkan wajahnya.
"Berhenti merajuk atau kau akan ku hukum." Ujar Naruto sambil memakai ranselnya yang segera dibantu oleh istrinya.
"Kalau kau bosan kunjungi saja Sakura-chan. Teme dan dia tinggal di penthhouse di lantai bawah." Ujar Naruto, sambil mencium lembut kening sang istri yang tertutup poni rata.
"Ittekimassu." Pamit Naruto.
"Itteirasshai." Jawab Hinata.
...
"Himawari Collection?" Naruto mengerutkan kening nya saat melihat neonbox butik sang istri.
"Huum, aku sangat menyukai bunga matahari Naruto-kun, karena warna kelopaknya sewarna dengan rambutmu." Hinata sedikit berjinjit mengelus surai pirang suaminya.
"Ayo masuk aku sudah tidak sabar ingin melihat pekerjaan istriku ini."
Himawari Collection merupakan salah satu butik di distrik shibuya yang tidak hanya diminati oleh remaja perempuan dan wanita sosialita, butik ini juga menyediakan pakaian ibu hamil, pakaian bayi dan balita dengan desain yang beragam semua dirancang sendiri oleh tangan-tangan terampil Hinata. Menurut Hinata wanita hamilpun harus tetap tampil cantik dan modis, tapi tidak berlebihan itu yang menjadi alasannya untuk mendesain beragam pakaian untuk wanita hamil, dan sebentar lagi dia akan segera mendesain pakaian hamil untuk dirinya sendiri.
"Hinata-sama..." Teriak gadis berambut ungu yang merupakan orang kepercayaan Hinata mengurus butiknya.
"Yugao-chan..., kenalkan ini suami ku." Hinata memperkenalkan orang kepercayaanya pada suaminya.
"Namikaze-sama anda lebih tampan dari yang terlihat di tv dan internet." Ucap Yugao dengan mata berbinar-binar.
"Ne Naruto-kun kenalkan, ini Yugao bisa dikatakan dia adalah asisten kepercayaanku, dia yang mengurus pembukuan dan supply bahan ke butik ini." Jelas Hinata.
"Hm, lalu kerja mu apa sayang...?"Ucap Naruto sambil merangkul pinggang Hinata.
"Hinata-sama yang mendesain semua pakaian yang di jual di toko ini Namikaze-sama, terkadang dia bahkan membantu ku menjahit pakaian yang dia desain."
Sela seorang wanita tua.
"Chiyo Baa-san." Hinata menghampiri orang yang dipanggilnya nenek itu.
"Naruto-kun, ini Chiyo baa-san yang membantuku menjahit semua pakaian disini."
Naruto membungkuk memberi hormat.
"Anda berlebihan Hinata-sama saya juga dibantu oleh orang ini." Tiba-tiba muncul sesosok perempuan cantik berambut panjang dan berkulit putih.
"Namanya Haku, Naruto-kun dia juga membantu Chiyo Baa-san menjahit disini." Jelas Hinata.
"Kau jangan tertipu Namikaze-sama Haku itu laki laki, dia hanya bergaya seperti permpuan hmm bisa di sebut banci." Ujar Yugao frontal.
...
Naruto menjelajahi butik milik istri indigonya itu, butik dengan dinding warna biru muda, di hampirinya rak yang mendisplay pakaian bayi, diraih nya sati helai jumpsuit bayi yang berwarna biru.
"Kau menyukainya Naruto-kun?" Hinata menyentuh pundak Naruto dari belakang.
"Ya, tapi masih terlalu dini untuk membawa pakaian ini pulang." Jawab Naruto.
***
Konoha Hospital
"Bagaimana hasilnya Shizune sensei?" tanya Sakura saat Shizune melakukan pemeriksaan USG.
Satu minggu yang lalu Sakura dan Sasuke mengulangi lagi tahapan inseminasi yang sempat gagal, izin praktek Shizune tetap aman karena Hinata dan keluarga Hyuuga tidak pernah menuntut apapun pada pihak rumah sakit, setelah menyaksikan adegan lamaran Naruto dengan cara bersujud di hadapan Hiashi.
"Selamat Sakura, inseminasinya berhasil, mulai sekarang jaga kandunganmu baik-baik, kandunganmu sangat lemah aku takut miom mu akan kembali lagi."
Shizune menyingkap tirai yang membatasi ranjang pemeriksaan dengan mejanya, disana Sasuke sudah menunggu hasil pemeriksaan.
"Selamat Sasuke inseminasinya berhasil, di dalam rahim Sakura sudah terdapat zigot yang merupakan perpaduan antar sperma mu dan ovum Sakura, tapi sperma mu hanya mampu membuahi satu ovum Sakura hihihi..." Shizune terkikik geli saat mengingat kejadian salah inseminasi Naruto, Naruto dan Hinata yang malah belum menikah bisa menghasilkan bayi kembar dari proses inseminasi yang ia lakukan.
"Cih, jangan bandingkan aku dengan si Dobe itu."
.
"Ne Sasuke-kun apa kau tak merasa bahagia...?" Tanya Sakura.
"Hn."
"Apa ada kata kata yang lebih bagus lagi selain hn Sasuke-kun?"
CUP~
Sakura terdiam saat menyadari suami bermuka datarnya ini mencuri ciumannya di koridor rumah sakit.
"Kau tidak usah praktek lagi, nanti saja setelah melahirkan." Bisik Sasuke di telinga Sakura.
"Uhum." Gadis berambut sewarna gula kapas itu mengangguk sambil tersenyum melihat keposesifan suaminya.
"Oi Teme, Sakura-chan!" Sasuke dan Sakura hafal benar suara itu suara sahabat pirang mereka.
"Naruto mana Hinata-chan." Tanya Sakura.
"Oh dia ada di butiknya, tadi sebelum berangkat ke markas aku mengantarkannya dulu ke butik dan nanti sore akan ku jemput. Oh ya...., kami sekarang tinggal satu gedung apartement dengan kalian, sesekali berkunjunglah ke apartement kami, kalian bisa mencicipi masakan enak istriku. Terutama kau Teme aku tahu kau sering sekali mengkonsumsi makanan aneh buatan istrimu ini." Cerocos Naruto dan-
Jduakkkkkk
Seorang Kapten Namikaze Naruto terjengkang dengan seragam dinasnya karena terlalu bermulut besar sehingga di tonjok oleh Uchiha Sakura dengan dengan Tenaga Monsternya.
"Ngomong-ngomong kenapa kalian disini?" Tanya Naruto sambil mengusapi pipinya yang ditonjok Sakura
Tak ada jawaban.
"Oi... aku tahu kalian pasti melakukan inseminasi yang kemarin sempat gagalkan, bagaimana berhasil apa ada yang menggangu lagi?" Tanya Naruto.
"Kau terlalu mencampuri urusan orang lain Dobe kau sendiri kenapa disini, mangkir dari tugas?" Tanya Sasuke sakratis.
"Hmm ano, aku mengambil obat yang sudah diresepkan Baa-chan untuk mengurangi mual Hinata. Kalau begitu aku pergi dulu, tidak bisa lama-lama, harus segera kembali kemarkas."
"Si Baka itu banyak berubah Sasuke-kun."
"Hn."
"Aku bosan mendengar kata itu!"
"Hn."
***
Kandungan Hinata sekarang sudah berusia empat belas minggu atau sudah mencapai tiga bulan, dan morning sickness masih selalu dialaminya, tapi itu tidak menghalanginya untuk tetap membuat desain. Malah satu minggu terakhir ini dia semakin sibuk mendesain, untuk dikirimkan ke panita seleksi Tokyo Fashion Week, sebagai seorang fashion designer Hinata ingin sekali hasil karyanya di tampilkan di peragaan busana bergengsi di tingkat internasional.
Impiannya untuk mendapat gelar master of fashion designer lulusan Paris, sudah ia buang jauh-jauh untuk hidup bersama orang yang ia cintai. Kali ini hanya sebuah keinginan kecil, Hinata ingin designnya di lihat seluruh dunia. Tapi suami pirangnya ini selalu mengoceh menyuruhnya berhenti mendesain.
"Berhenti menggambar Hime anak-anakku ingin istrahat, ini sudah jam sebelas malam tapi kau masih saja menggambar." Oceh Naruto.
Bagaimana tidak kesal, setelah selesai makan malam yang di lakukan oleh Hinata selama seminggu ini hanya mendesain dan mendesain.
Ya, Hinata memang tetap mengurus Naruto dengan baik, mulai dari sarapan, menyiapkan bento, membantu memakaikan seragam, sampai menyiapkan air hangat dan menggosok punggung Naruto tetap dia lakukan seperti biasa. Tapi yang Naruto paling benci waktu istirahat istrinya sekarang dimanfaatkan untuk menggambar dan menggambar seperti malam ini.
"Kubilang berhenti Hime, anak-anakku butuh istirahat." Geram Naruto sambil mengambil pensil dan buku sketsa Hinata.
"Naruto-kun berikan bukuku." Hinata berjinjit untuk mengambil buku sketsa yang diangkat tinggi-tinggi oleh Naruto.
"Tidur Hime, atau ku bakar buku ini!"
"Kau Jahat!!" Hinata masuk ke mode merajuknya dan membuang muka dari hadapan Naruto dengan pipi menggembung dan bibir mengerucut.
"Hei,hei." Naruto meletakkan kembali buku sketsa itu ke meja kerja yang terdapat di kamarnya yang sedari tadi dipakai Hinata mendesain.
"Ayo tidur Hime ini sudah memasuki musim dingin, udara malam tak baik untuk anak-anak kita..." Naruto memeluk Hinata dari belakang tangannya mulai menerobos ke balik piama Hinata dan mengelus lembut perut Hinata yang mulai membuncit.
Tak ada reaksi dari perempuan hamil yang masih perawan itu. Suaminya mulai kesal dan, seketika ia merasa tubuhnya melayang, dan seketika tubuh mungilnya sudah berada dalam gendongan suaminya.
Naruto membawa Hinata ke atas tempat tidur mereka, diletakannya perlahan tubuh mungil itu seolah tubuh Hinata begitu rapuh dan bisa hancur kapan saja, diselipkannya bantal kecil di bawah pinggang Hinata, karena istri indigonya itu sering mengeluh merasa sakit pinggang.
"Tidurlah Hime.." Ujar Naruto. Setelah ikut berbaring dengan sang istri, ia mulai menyingkap bagian perut piama Hinata, perut mulus Hinata tampak membuncit sekarang.
Ukurannya lebih besar dari wanita hamil tiga bulan pada umumnya, karena di dalamnya sedang tumbuh sepasang janin yang sedang mendekam dengan nyaman. Tangan tan Naruto mulai membelai perut Hinata yang sekarang tampil polos, perlahan Hinata menikmati belaian sang suami pada kandungannya dan mulai terbawa ke alam mimpi.
....
Hinata's Pov
Aku pandangi sekelilingku dan kulihat jam yang tergantung di atas televisi layar datar yang berada di kamarku, pukul lima pagi, ya memang jam seperti aku biasanya bangun, suamiku yang seorang Tentara membuatku harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan kebutuhannya dan bersiap diri.
Ya..., setiap pagi aku selalu ikut dengannya ke markas besar JSDF tempat dia bekerja sekarang, karena aku akan menunggunya selesai mengikuti apel pagi. Setelah itu dia akan mengantarku ke butik kecilku di distrik Shibuya yang hanya butuh sepuluh menit untuk sampai kesana dari tempat suamiku bekerja.
Itu jika dia tidak ada pertemuan dengan anggota parlemen atau tidak ada tugas mendesak dilapangan, jika hal-hal yang ku sebutkan tadi sudah menantinya jangan harap aku bisa pergi kebutikku. Tapi akhir-akhir ini aku sering membohonginya, jika dia tak bisa mengantarkan ke butikku aku akan tetap pergi sendiri kebutik dengan menggunakan shinkansen dan sedikit berjalan sepanjang 1km dari stasiun shibuya untuk mencapai butikku.
Semua ini karena aku sedang sibuk mempersiapkan proposal untuk mengajukan desain desain ku di ajang Tokyo Fashion Week, jangankan aku yang merupakan designer berkebangsaan Jepang. Banyak designer dari negara lain pun berlomba lomba agar desain mereka di peragakan di ajang ini.
Aku sudah lulus tahap awal, sekarang aku harus mengirimkan desainku yang baru lagi disertai contoh yang sudah di jahit. Ini membuatku harus sering datang ke butik untuk turun tangan langsung ke proses penjahitan, dan jika menunggu suamiku sempat untuk mengantar, itu berarti aku melepaskan kesempatanku lagi.
Oh..., ayolah suamiku berlebihan dengan tidak membiarkan ku pergi sendirian ke butik. Aku buru-buru mendudukan diriku di ranjang setelah menyingkirkan tangan suamiku yang memeluk protektif perutku yang mulai membuncit.
Kenapa hari ini aku merasa perutku sedikit keram? Oh mungkin aku kelelahan, sudah dua hari suamiku tidak bisa mengantarku kebutik karena mengikuti Jenderalnya kepertemuan bilateral dengan pimpinan militer Korea Selatan dan Korea Utara. Ya dua negara yang sampai saat ini masih bertikai.
Dan selama dua hari pula aku membohongi suamiku dengan berkata tidak pergi kebutik, padahal aku nekat pergi dengan shinkansen dan berajalan kaki. Aku mencoba berdiri, oh Kami-sama kenapa kepala mulai berputar dan-
"Hmmmkkkkkk." Oh.., morning sicknessku datang lagi, aku mencoba berlari terkuyung kuyung ke kamar mandi dan-
"Hoeeekkkkkk, Hoekkkkkkk..." Aku memuntahkan semua makan malamku, kepala ku mulai berputar aku berpegangan erat pada wastafel agar tidak terjatuh dan, Kami-sama....!!! Darah mulai mengalir dari daerah kewanitaanku pandangan ku pun mulai menggelap.
***
To be continued
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top