10. Pernikahan

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Aikido adalah salah satu ilmu beladiri Jepang yang konsepnya hampir mirip dengan Taichi yang berasal dari China, mengutamakan gerakan-gerakan pukulan lembut tapi jika lengah pukulan lembut itu bisa berakhir dengan bantingan menyakitkan.

Naruto sudah sejak usia tiga belas tahun diajarkan oleh ayahnya yang saat itu adalah Jenderal JSDF, berbagai ilmu beladiri. Semua jenis ilmu beladiri dapat ia kuasai dengan cepat mulai dari ilmu beladiri Jepang seperti karate, judo, kempo, sampai kungfu, muay thai dan taekwondo bahkan menggunakan katana dan pedang pun bisa diuji kemampuannya.

Tapi jangan pernah tanyakan tentang taichi dan aikido justru yang ilmu beladiri yang terlihat lembut itu lah yang sangat susah ia kuasai, bukannya susah untuk berksonsentrasi, tapi dua jenis ilmu beladiri tersebut membutuhkan kestabilan emosi tingkat tinggi, dan pria ini adalah tipe orang yang tidak bisa lembut saat menjajal kemampuan beladirinya. Memang sifat hiperaktifnya tidak bisa dikendalikan.

Dan disinilah dia sekarang, di halaman belakang Namikaze Mansion sedang menjalani latihan kilat aikido bersama kakak iparnya Uchiha Itachi yang memiliki pengendalian emosi yang sangat baik serta peraih banyak medali kejuaraan Aikido. Kemampuan aikido sulung Uchiha ini, setara dengan kemampuan sang sulung Hyuuga. Sebenarnya Naruto sudah menguasai teknik dasar aikido hanya saja dia belum sepenuhnya bisa menyetabilkan emosinya saat bertarung.

BRUUKKKKK.

Naruto terbanting lagi karena gegabah ingin membalas serangan Itachi.

"Kau harus sedikit lebih tenang saat menggunakan Aikido adik ipar, ini bukan karate yang butuh kecepatan serangan, kau harus membaca titik lengah lawan dulu, berbeda dengan karate dimana kau berebut kesempatan memukul lawan mu." Ujar Itachi seraya menghampiri istri rambut merahnya, Saara.

Sungguh pemandangan yang sangat membuat Naruto iri, Itachi begitu menghapiri Sara langsung mengecup kening kakak perempuannya. Naruto memutar matanya bosan sebelum suara lembut mengalihkan pandangannya

"Koniciwa..." Oh itu dia.., suara lembut yang ia tunggu-tunggu, suara gadis manis bersurai indigo yang tadi berjanji datang akan memasak bersama Kaa-channya hari ini.

Baru berjalan beberapa langkah keluar lewat pintu belakang Namikaze mansion menuju taman, tiba-tiba kekasih kuningnya langsung memeluknya dengan protektif.

"Kau lama sekali Hime..." Bisik Naruto yang membuat telinga Hinata sedikit geli.

"Gomenasai Naruto-kun tadi aku menunggu Ko-san yang menjemput Tenten-nee dan Lee-san di bandara, bukankah Naruto-kun sendiri yang melarangku menyetir?" Ucap Hinata sambil mengerucutkan bibirnya.

Cup~

Hinata kecolongan, kekasih mesumnya ini mengambil kesempatan untuk mengecup pipi tembamnya.

"Baiklah untuk kali ini, hanya ini hukumannya. Karena kau tak nekat menyetir sendiri, hey bagaimana kabar si kecil?" Naruto mulai mengelus perut datar Hinata

"Mereka baik Naruto kun, hanya saja..." Jawab Hinata menggantung.

"Hanya saja apa, hm? Apa kau mengidamkan sesuatu, katakan padaku." Ujar Naruto sambil mengusap pipi gembul milik Hinata.

"Ano.. aku sering merasakan ingin berdekatan dengan mu Naruto-kun..." Ujap Hinata sambil menunduk dan memainkan kedua telunjuknya.

"Hontou?" tanya Naruto sambil menyentuh dagu Hinata menuntut wanita itu untuk mendongak.

Mereka saling bertatapan lembut, menghapus jarak satu sama lain dan perlahan bibir itu mulai saling bersentuhan. Hanya kecupan lembut di bibir mungil Hinata, tapi seketika ciuman lembut itu berakhir tidak elitnya.

"Itteiii!!!" Teriak Naruto sambil melepaskan pautan bibirnya dengan Hinata, merasa ada sebentuk benda tumpul yang menghantam kepalanya.

Dan benar saja sekarang tampak sang Kaa-chan yang sedang memegang sendok pengaduk sup. Ya, Naruto yakin sekali bahwa sesuatu yang menghantam kepalanya adalah sendok sup sang ibu.

"Kau tahan di sini ternyata menantu ku heh, ayo Hinata-chan kita harus segera memasak sebentar lagi Tou-chan pulang untuk makan siang." Kushina menarik tangan Hinata, sedangkan Hinata berbalik melihat calon suaminya tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Kau harus tau tempat jika bermesraan di mansion ini Naruto." Ujar Itachi yang mendekatinya sambil mengusap kepala.

"Kau dipukul Kaa-chan?" Tanya Naruto.

"Hn."

"Mencium Saara-nee di depan Tobi?" Tanya Naruto lagi.

"Ayo latihan." Itachi mengallihkan perhatian. Haruskah ia menjawab pertanyaan Naruto, dengan kata 'iya'

"Sudah kuduga." Ujar Naruto sambil terkekeh.

...

Dojo yang terletak satu kompleks dalam Hyuuga mainsion itu hari ini terlihat sangat ramai beberapa tetua klan Hyuuga sudah menanti kedatangan Naruto, untuk menjawab tantangan Neji bertanding aikido.

Naruto berjalan memasuki pintu dojo dengan didampingi kedua orang tua, kakak perempuan dan kakak iparnya mereka berlima sudah mengenakan montsuki putih dan hakama hitam sesuai dengan ketentuan klan Hyuuga. Saat mulai memasuki pintu utama dojo Naruto bisa melihat di hadapannya ada sekolompok orang-orang dengan mata sewarna bulan persis milih Hinata, mereka adalah para tetua Hyuuga, disisi kanan ada Hinata dan Hanabi yang memakai yukata putih juga.

Ditengah-tengah dojo di satu sisinya ada Neji yang duduk bersimpuh dengan memakai hakama hitam seperti dirinya, dan di tengahnya Hiashi yang berlaku sebagai wasit hari ini, dan di hadapan Neji adalah tempat dirinya sendiri untuk bertarung dengan Neji.

Setelah keluarga Namikaze duduk di dekat Hinata dan Hanabi, Naruto mengambil posisi duduk bersimpuh dihadapan Neji, sekilas dia melemparkan senyum pada calon istrinya yang duduk bersama keluarganya.

"Baiklah silahkan mulai." Hiashi membuka pertarungan.

Mereka berdua saling membungkuk memberi hormat, Neji selaku pihak penantang, melayangkan pukulan pancingan dengan telapak tangannya, namun berhasih di tahan oleh Naruto, namun karena Naruto terlalu terburu-buru.

Bruukkkk

Tubuh Naruto lah yang dibanting oleh Neji dengan itu Neji sudah mendapat satu poin.

.

Naruto terlalu gegabah dalam membalas dan menangkis serangan Neji, dan hasilnya, sekarang dia sudah tiga kali di banting Neji, sedikit darah keluar dari sudut bibirnya.

Mencoba bangkit dari bantingan terakhir Neji, Naruto melayangkan pukulan dengan telapak tangannya, hampir saja Neji menarik tubuhnya dan membantingnya lagi, tapi Naruto sudah bisa membaca pergerakan Neji, di pelintirnya tangan Neji dan,

Brukkk.

Kali ini Neji yang terbanting, dengan demikian satu poin sudah di dapatkan Naruto.

"Selesai." Hiasi menutup pertarungan.

.

Neji keluar sebagai pemenangnya dengan wajah mulus tanpa luka walaupun satu kali terbanting.

Sekarang di tengah dojo Naruto sudah duduk bersimpuh, di sampingnya sudah ada Hinata yang sedang mengobati bibirnya yang sobek karena berbenturan dengan lantai kayu. Sebenarnya saat ini Naruto ingin sekali memeluk perut datar Hinata yang berisi buah hatinya, tapi para tetuah Hyuuga itu tidak ada yang tahu soal kehamilan Hinata, Hinata bisa diusir dari klan dengan tidak hormat jika diketahui hamil sebelum menikah, walaupun sebenarnya Hinata belum pernah melakukan hubungan suami istri.

Hiashi berjuang keras agar bisa mendapat izin menikahkan Hinata dengan orang diluar klan dengan sangat mendadak. Ia berkilah bahwa ini adalah janjinya dengan Minato saat masih muda dulu dan Minato sekarang terkena penyakit mematikan dan ingin cepat-cepat melihat putranya menikah. Dengan alasan seperti itu tentu Hyuuga dengan mudah memberi izin pernikahan mendadak Hinata dan Naruto. Poor Minato, besanmu menyumpahimu terserang penyakit mematikan.

...

"Kau sudah siap dengan permintaan ku Naruto?" Tanya Neji dengan melipat kedua tangannya di depan.

"Katakan saja Neji." Jawab Naruto.

"Baiklah..." Neji kemudian memejamkan matanya dan menarik nafas.

"Yang pertama, aku minta kau lindungi Hinata dengan taruhan nyawamu, yang kedua aku minta kau bahagiakan Hinata seumur hidupmu, yang ketiga aku minta kepalamu jika suatu saat kau buat Hinata menderita karena ulahmu." Ucap Neji pasti.

Neji sangat menyayangi adik perempuannya ini Hinata yang lembut yang selalu ia lindungi, Hinata yang selalu tidak mau terlihat lemah di hadapannya, Hinata yang selau mempedulikannya, Hinata yang selalu mendukung hubungannya dengan Tenten kekasihnya sekarang. Padahal saat itu ayah mereka tidak setuju ada anak-anaknya yang menikah dengan orang-orang diluar klan, oh dan jangan lupakan sejak Hinata kembali dari kuliahnya di Yokohama.

Hinata adalah satu-satunya orang di rumahnya yang bersedia mencatok rambut Neji yang indah itu, setiap hari, sebelum kekantor.

"Aku penuhi semua permintaanmu Neji." Jawab Naruto dengan keyakinan penuh. Tak ada keraguan sedikitpun pada ucapannya.

Air mata Hinata jatuh sempurna di pipi porselennya ia berlari ke tempat dimana Neji sekarang duduk, memeluk erat kakak laki-laki yang sangat ia sayangi.

"Nii-san..., arigatou Nii-san , terimakasih selau melindungi adikmu yang lemah ini, terimakasih selalu menyayangi ku, hontou ni arigatou Neji nii-sama, hiks hiks..."

Neji membalas pelukan Hinata dan mengusap punggungnya.

"Imotouku yang bodoh, berhentilah menangis kau terlihat jelek tau!" Neji masih bertahan dengan sikap dinginnya padahal air matanya sudah hampir turmpah. "Kau lihat calon suami rubahmu itu, sepertinya sudah mulai terbakar api cemburu padahal kau sedang memeluk kakak kandung mu sendiri."

"Neji-nii kau harus mulai terbuka pada Tenten-nee tentang kebiasaanmu mencatok rambut sebelum ke kantor, karena aku sudah tak mungkin lagi membantu mencatok rambut mu." Ujar Hinata dengan polosnya.

...

Neji menuntun Hinata mendekat pada Naruto, ia satukan tangan putih Hinata dengan tangan tan Naruto. "Mulai hari ini kupercayakan kau untuk menjaganya kau pantas untuk menjaganya, dan untuk serangan terakhirmu tadi, jangan kau kira aku sengaja menyerah, itu adalah usahamu sendiri Kapten Namikaze Naruto." Ujar Neji sambil menepuk bahu Naruto.

"Terima kasih Neji Nii-san..." Ucap Naruto berlebihan.

"Kau jangan senang dulu rubah, masih ada satu lagi permintaan ku." Ujar Neji dengan seringai liciknya.

Naruto merasa sesuatu yang tidak menyenangkan dengan permintaan Neji ini

Neji menyerahkan secarik kertas, dan di baca Naruto.

....................................................
INVOICE

BALL ROOM TOKYO CONVENTION CENTRE

HYUUGA NEJI & MAITO TEN TEN

¥ 500.000

............................................

"LUNASI!!! Acaranya 3 bulan dari sekarang." Perintah Neji.

Seketika wajah Naruto pucat pasih.

..............................................
*500.000 yen sekitar 50 juta kurs rupiah*
...............................................

*****

Waktu baru menunjukan pukul enam pagi itu, tapi Namikaze Mansion sudah menampakan kericuhan, tidak seperti biasanya karena hari ini adalah hari pernikahan putra kebanggaan mereka.

"Kaa-chan hentikan aku bisa sendiri!" Protes Naruto karena sang ibu sedang merapikan rambut pirang cepaknya, pagi buta seperti ini tentara berambut kuning ini sudah siap dengan setelan Hakama dan Haori hitam pernikahannya.

"Kapan lagi aku bisa merapikan rambutmu seperti ini Naruto..., sebentar lagi kau akan jadi suami orang." Kushina pagi ini sudah tampak cantik dengan furisode hitam bermotif lili putih dengan obi merah, rambut merah panjangnya di sanggul ke atas dengan anak rambut bagian depannya yang menjuntai.

"Kalian sudah siap?" Minato menampakan dirinya yang sudah mengenakan hakama dan haori berwarna biru gelap.

Jiraiya dengan hakama dan haori coklat tuanya sudah siap di lantai dasar Namikaze Mansion bersama sang istri Tsunade yang mengenakan furisode berwarna coklat madu dengan motif bunga teratai berwarna hijau rambut pirang pucatnya di kuncir satu di belakang.

Tak lama kemudian Itachi dan Saara yang sejak semalam menginap di Namikaze Mansion menampakkan batang hidungnya.

Itachi mengenakan setelan hakama dan haori berwarna abu-abu gelap, sedangkan Saara mengenakan kimono berwarna hijau muda dengan motif bunga mawar kecil berwarna merah muda, sedangkan Tobi yang berada dalam gendongan Sara sangat lucu dengan memakai kimono khusus balita berwarna biru muda.

"Yosh semuanya sudah siap ayo kita berangkat!" Ucap Naruto semangat saat turun dari lantai dua mansion bersama kedua orang tuanya.

...

Hinata baru menampakkan dirinya sejak pukul enpat dini hari dia berdandan, mengenakan kimono shiromuku berwarna putih susu dengan obi berwarna merah, kepalanya di tutup dengan wataboshi putih yang hanya menampakkan wajah dan sedikit poni ratanya. Jika pada hari biasanya Hinata hanya menggunakan make up tipis, kini didandani agak mencolok, dengan bibir yang di bubuhkan lipstick warnah merah, Hiashi dan Neji mengenakan hakama dan haori berwarna ungu gelap, sedangkan Tenten dan Hanabi mengenakan kimono berwarna ungu muda bermotif bunga-bunga kecil.

"Tou-sama aku ingin meminta izin pada kaa-sama dulu." Hinata berjalan mendekati sebuah bingkai foto yang merefleksikan ibunya yang duduk dengan menggenakan kimono berwarna merah muda, dengan rambut yang sewarna dengan Hinata.

Hinata menutup kedua matanya dan menangkupkan kedua telapak tangannya.

'Kaa-sama hari ini Hinata akan menikah. Mohon doakan Hinata dari sana ya agar Hinata menjadi istri dan ibu yang baik. Terimakasih karena sejak kecil kaa-sama sudah medidik Hinata menjadi Yamato Nandeshiko'

...

Keluarga Namikaze sudang tiba duluan di kuil Meiji di distrik Shibuya yang merupakan kuil Shinto terbesar di Jepang, mereka duduk bersimpuh di sebelah kiri sisi kuil, sedangkan Naruto sudah siap duduk di tengah tengah kuil di depan altar.

Tak lama kemudian keluarga Uchiha yang terdiri Fugaku, Mikoto, Sasuke dan Sakura pun ikut bergabung, disusul dengan pasangan dari keluarga Hatake, teman-teman Naruto dari Junior High School. Dan diantara tamu yang hadir hanya keluarga Hatake, Sakura dan Sasuke lah mengetahui kehamilan Hinata.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu keluarga besar Hyuuga hadir. Semua tamu, keluarga Namikaze dan Naruto pun berdiri saat pengantin wanita berjalan menuju altar. Hiashi berjalan bergandengan dengan Hinata, mengantarkan putrinya pada orang yang akan ia serahkan tanggungjawab melindungi putrinya. Menyerahkan tangan Hinata pada Naruto lalu membantu kedua mempelai tersebut untuk duduk bersimpuh kembali.

'Kirei', batin Naruto saat melihat penampilan Hinata yang cantik seperti bidadari hari ini. Semua orang kembali duduk keluarga Hyuuga duduk di sisi kanan kuil. Minato, Kushina dan HiasHi sekarang sudah duduk di belakang pengantin untuk mengikuti upacara pernikahan anak mereka.

Pendeta mulai merapalkan mantra-manta pernikahan, selanjutnya Hinata dan Naruto diminta duduk saling berhadapan, lalu mereka saling membungkuk memberi hormat, setelah itu dua orang yang mendampingi pendeta memberikan Naruto gelas kecil yang kemudian diisi dengan sake selanjutnya sake tersebut diminum oleh Naruto lalu dengan gelas yang sama berganntian sake itu di minum oleh Hinata sampai masing-masing tiga kali. Hinata tidak benar-benar meminum sakenya ia hanya menempelkan bibirnya pada gelas kecil itu, karena keadaanya yang sedang hamil sekarang.

Setelah acara san-san kudo selsai, Naruto dan Hinata membaca sumpah pernikahan di hadapan pendeta, selanjutnya mereka saling memakaikan cincin pernikahan di jari manis-masing.

"Kalian telah resmi menjadi suami istri sekarang, sekarang kau boleh mencium istrimu Namikaze-san." Ujar sang pendeta.

Naruto mendekatkan bibirnya pada bibir sang istri mengecup perlahan bibir atas dan bawah milik Hinata, tak ada nafsu yang menggebu-gebu hanya ciuman manis yang dalam.

...

Pasangan pengantin baru ini keluar dari kuil diiringi dengan orang-orang yang memegang payung tradisional yang menutupi mereka. Saat Hinata hendak masuk kedalam mobil pengantin yang akan membawanya ke Namikaze mansion Hinata berbalik, ia pandangi kakak laki-lakinya, ayahnya dan adiknya.

Hinata menghampiri mereka bertiga lalu merentangkan tangannya, dimulai dari Neji, Hanabi dan terakhir Hiasi. Mereka berempat berpelukan, mulai hari ini Hinata bukan lagi seorang Hyuuga, Hinata sudah resmi menjadi Namikaze sekarang.

"Jaga dirimu baik-baik Hinata." Pesan Hiasi sambil mengelus lengan putrinya.

"Jangan cengeng lagi Nee-sama." Pesan Hanabi sambil menghapus air mata kakak nya.

"Laporkan pada ku jika Rubah itu menyakitimu, kupastikan dia tidak bisa melihat dunia lagi." Ujar Neji sambil memeluk Hinata.

Sementara Naruto meneguk perlahan ludahnya setelah mendengar penuturan Neji.

...

Hinata sekarang berada di dalam kamar Naruto bersama Kushina. Wanita paruh baya berambut merah itu sekarang sedang membantu menantunya melepaskan baju pengantinnya. Setelah selesai Kushina meninggalkan menantunya sendirian di kamar.

Cklek.

Knop pintu terbuka menampakan sosok Naruto yang saat ini mengenakan celana training orange dan kaos dalaman berwarna putih

Naruto duduk di tepi ranjang di sisi Hinata yang sedang duduk sambil menunduk malu dan meremas ujung dress rumahan berwarna ungunya.

"Jangan berfikir macam-macam, aku tidak bisa menyentuhmu sekarang Hime setidaknya tunggulah empat bulan lagi." Bisik Naruto Jahil tepat di telinga Hinata.

Hinata mendongak menatap wajah Naruto dengan wajah memerahnya.

"Um..., tapi jika sekedar kecupan manis aku tak keberatan." Naruto menampakan seringainya sambil mengelus lembut bibir Hinata.


...

Tokyo tower menampakkan cahaya dari gemerlap lampu kristal yang di lilit pada pohon-pohon bunga sakura yang tidak ditumbuhi bunga, mengingat ini adalah pertengahan musim gugur.

Iringan musik militer membuat para tamu undangan sejenak terdiam, sepuluh orang prajurit Jepang dengan pakaian upacaranya berbaris berhadap hadapan menyatukan masing-masing pedang mereka ke udara membentuk pagar.

Naruto dengan setelan Jas militer hijaunya yang di hiasi dengan atribut militer dan beberapa lencana penhargaan berjalan tegap dengan menggandeng perempuan mungil yang berstasus Istrinya.

Hinata dengan mengenakan kimono uchikake berwarna cream emas yang bermotif daun bambu berwarna hijau selaras dengan jas militer Naruto, rambutnya di sanggul tinggi di hiasi dengan mahkota kecil dengan menyisakan poni ratanya.

Berjalan beriringan dengan sang suami, mengikuti upacara pernikahan militer dimulai dari berdiri di depan para prajurit yang menjaga jalan masuk, membentuk pagar dari pedang, dua orang prajurit menurunkan pedangnya seiring langkah pertama Naruto dan Hinata, di langkah kedua dua orang prajurit menurunkan pedangnya, begitu terus hingga mereka semua melewati barisan para prajurt yang menjaga jalan masuk.

Bejalan kearah podium yang berada tepat di bawah Tokyo tower, dari tempat itu mereka bisa melihat para tamu undangan, salah satunya teman-teman junior high school yang menjadi saksi cinta mereka, orang tua dan keluarga mereka.

"Lihat keatas Hime." Pinta Naruto.

Seketika Hinata dapat melihat banyak kembang api menghiasi langit Tokyo malam itu.

"Bukankah Tokyo tower mirip dengan Eifel di Paris, Hime?" Tanya Naruto dengan menampilkan cengirannya.

"Baka..." Jawab Hinata sambil meninju pelan lengan sang suami.

Naruto mendekap istrinya sambil menyaksikan kembang api yang menghiasi langit Tokyo.

'Hinata mulai sekarang, nanti, selamanya sampai ajal menjemput, aku hanya ingin bersamamu, hanya kau, Hinata.'

To be continued
***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top