09. Kesempatan Kedua

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
...

Naruto's pov

Aku menerima tawaran Kakashi sensei untuk bertugas Tokyo karena HinataHinata adalah satu-satunya tujuanku untuk kembali menetap di kota kelahiranku ini. Aku tidak mengerti mengapa aku begitu bahagia saat mengetahui ada kehidupan lain di dalam tubuh Hinata yang berasal dari bagian tubuhku.

Bertingkah konyol seolah aku dan Hinata benar-benar akan memulai kehidupan normal sebagai pasangan suami istri. Tapi harusnya aku sadar bahwa hanya aku yang menginginkan ini semua, harusnya aku sadar betapa besar kesalahanku pada gadis mungil itu, tak seharusnya aku memilikinya.

Biarkan dia bahagia dengan kehidupan yang sudah dipilihnya, kehidupannya tanpa diriku. Aku, aku akan kembali menjadi pasukan perdamaian PBB, aku tak akan pernah menetap lagi di Jepang, terutama Tokyo. Kota ini sudah terlalu banyak tersimpan kenanganku bersama Hinata, kenangan saat kami menjalani masa junior high shcool bersama, saat Hinata menjemput ku dengan malu-malu di stasiun Shinagawa ketika aku mendapat libur dari akademi militer.

Tentu aku tidak akan melupakan Konoha Hospital rumah sakit milik nenekku itu adalah tempat dimana aku menerima anugerah dari Kami-sama walaupun dengan cara yang tak wajar, dan di rumah sakit itu pula akau kehilangan anugerah itu.

Bandara Narita aku bersumpah lebih baik berangkat keluar negeri melalui bandara Hanedayang merupakan landasan udara militer Jepang, dari pada menginjakan kaki di tempat itu lagi dan berjumpa orang-orang yang menghalangiku mengejar Hinata.

End Naruto's Pov

Naruto membuka kelopak matanya hampir satu jam dia tertidur setelah sang ibu masuk kekamarnya. Kepalanya masih berdenyut, pikirannya masih menerawang jauh memikirkan Hinata.

Tiba-tiba ada tangan halus yang mengusap lengannya dari belakang.

"Kaa-chan sudah ku bilang aku ingin sendirian dulu." Ujar Naruto yang menyangka kalau itu adalah ibunya.

"Jadi Naruto-kun benar-benar menginginkan aku pergi?" Sahutan lembut dari orang yang menyentuhnya tadi.

Naruto membalikkan tubuhnya menghadap orang yang menyahut ucapannya tadi. Matanya membulat sempurna, ia benar-benar terkejut dengan orang yang sedang duduk di tepi ranjangnya sekarang.

"HINATA? Kau kah itu?"

"Uhum..." Hinata mengangguk malu dengan semburat tipis di pipi gembulnya

Naruto langsung terduduk dan memeluk posesif wanita yang membuat migrennya kambuh ini.

"Yokatta, Yokatta." Naruto mengeratkan pelukannya pada Hinata.

"Ano..., Naruto-kun jangan terlalu erat memeluk ku kasihan mereka." Protes Hinata sambil berusaha melepaskan pelukan posesifnya.

Naruto mengambil jarak antara dia dan Hinata.

"Maksud mu Hime?" Tanya Naruto sambil memiringkan kepalanya.

"Iya kasihan mereka Naruto-kun..." Jawab Hinata sambil mengelus perut ratanya.

"Maksudmu kau..., Tidak...?" Tanya Naruto terpatah-patah?

"Apa kau pikir aku sekejam itu, Naruto-kun? Melenyapkan darah dagingku sendiri..." Jawab Hinata sambil memainkan jari telunjuknya dan mengerucutkan bibirnya.

Sungguh manis, jika saat ini Naruto tidak di liputi rasa penasaran yang sangat besar, sudah ia kecup bibir mungil yang mengerucut itu.

"Jelaskan padaku Hime atau kau akan ku hukum karena perbuatan nakal mu yang hampir membuat ku mati karena stress." Tuntut Naruto.

"Sebenarnya aku sudah tidak kesal lagi pada mu, saat Hanabi menunjukan video saat kau melamarku dengan bersujud di hadapan Tou-sama. Aku bahkan ingin langsung menerima lamaranmu saat malam keluargamu datang, tapi Neji-nii bilang kau harus diuji dulu, apa kau benar-benar mencintaiku, atau karena bayi-bayi kita ini, dan darah yang kau pegang-pegang tadi... Naruto-kun, gommenasai itu darah dari Sasori-san yang sengaja melukai jarinya sendiri, asal darahnya disentuh oleh mu, hihihihihi." Jelas Hinata sambil terkikik kecil.

Naruto menenggang sejenak mengingat nama Sasori, petugas laboratorium gay berambut merah yang ingin meraba-raba dirinya. Naruto  bergidik ngeri.

"Dan soal keberangkatan ku Paris, tolong maafkan Tou-sama yang sedikit berlebihan,ya... Sebenarnya aku memang akan berangkat ke Paris tapi bukan untuk melanjutkan study disana. Aku sudah membatalkan beasiswa ku Naruto-kun. Aku berangkat kesana cuma untuk beberapa hari. Aku ingin mencari beberapa konsep untuk pesta..., pernikahan kita nanti... Tapi aku tak menyangka kalau migren akutmu bisa sampai kambuh begitu Naruto-kun. Aku pikir kau sudah cukup tenang saat aku meninggalkan mu di rumah sakit. Aku juga tak tahu kalau Tou-sama juga ikut mengerjaimu,untung saja saat koperku akan diperiksa, ada wanita yang tidak mendapatkan tiket ke Paris, padahal suaminya sedang kritis disana, jadi ku berikan saja tiketku, dan saat aku keluar bandara aku lihat Neji-nii memapahmu yang tidak sadarkan diri, gomenasai Naruto-kun."

Naruto kembali menarik Hinata kedalam dekapannya, sedangkan Hinata menyamankan kepalanya di dada bidang Naruto.

"Jangan seperti ini lagi Hime, kau hampir membuatku berniat tidak menetap lagi di Jepang." Ujar Naruto lirih sambil mengelus rambut indigo Hinata.

"Tidak akan Naruto-kun...." Cicit Hinata.

"Sekarang katakan mulai sekarang siapa yang akan kau turuti?" Tanya Naruto.

"Namikaze Naruto." Jawab Hinata lembut sambil mendongakkan kepalanya menatap Naruto.

"Siapa yang akan selalu kau dengarkan?" Tanya Naruto lagi.

"Kapten Namikaze Naruto." Kali ini Hinata menjawab dengan memiringkan kepalanya dengan imut.

"Ummm, tapi kau harus tetap di hukum Hime."

"Huh? Hukum? Aku sedang hamil Naruto-kun, kata Tsunade Baa-chan sperma bisa membuat kontraksi pada rahim wanita hamil." Jawab Hinata polos.

"Kau sudah mulai berfikir aneh Hime, aku tidak akan menghukummu seperti itu. Ah bukan tidak, tapi belum, nanti jika kita sudah menikah,dan si kembar sudah kuat. Sekarang terima hukuman ku." Naruto menghujani wajah Hinata dengan banyak ciuman, oh jangan lupakan bibir mungil yang akan ia kecup itu.

..

"Jadi kalian juga ikut mengerjaiku?!" Tanya Naruto sakratis kepada semua anggota keluarganya saa ini mereka ada di ruangan keluarga Namikaze.

Keluarga Namikaze, Hinata dan Neji duduk di sofa-sofa nyaman ukuran king size yang di import langsung dari Itali, dan jangan lupakan Naruto yang sekarang sedang duduk sambil memangku Hinata dengan tangan kekarnya memeluk protektif perut Hinata berisi benih-benihnya, seolah Hinata bisa pergi kapan saja.

Neji dengan tampang masamnya melihat adik perempuannya di pangku oleh Naruto. Sayang dia tidak bisa menghajar Naruto di depan keluarganya.

"Aku dan ayahmu tidak tahu apa-apa bocah, ini..." Jiraiya menunjuk istri dan menantinya, "dua wanita inilah yang ikut andil."

Sementara Kushina malah menampilkan cengiran yang ia wariskan pada puteranya, dan Tsunade hanya terkikik geli. Mengingat Naruto menangis pilu di rumah sakit tadi pagi.

"Kau tahu Neji-nii jika Naruto-kun sampai kenapa-napa karena rencanamu dan keusilan Tou-sama kupastikan aku tak akan membantumu saat pernikahanmu nanti." Tambah Hinata, sekarang dia sudah mulai berani pada kakaknya rupanya.

"Kau apakan adikku rubah sampai dia melawan padaku?" Umpat Neji.

"Hei wajar jika dia membelaku, aku ini akan menjadi suaminya, lihat Hime gara-gara dia kepalaku jadi terasa sakit begini." Naruto dengan manjanya mengadu pada Hinata sambil memegang kepalanya, yang sebenarnya tidak sakit lagi.

"Yang mana yang sakit Naruto-kun sini ku pijat?" Hinata menuntun kepala Naruto bersandar pada dadanya, dan mulai memijat lembut kepala kuning calon suaminya.

'Beruntung kau bocah.' Batin Jiraiya.

"Baiklah Minato Ji-san Kushina Ba-sanTsunade-sama, Jiraiya-sama karena Naruto baik-baik saja, sekarang kami pamit dulu." Ujar Neji seraya berdiri dan melirik Hinata kode mengajaknya pulang.

"Kalau mau pulang, pulang sendiri sana! Jangan mengajak-ngajak Himeku." Ucap Naruto manja yang tak mau melepaskan pelukannya pada Hinata.

"Naruto-kun kasihan Tou-sama siapa yang menyiapkan makan malamnya? Aku pulang dulu ya... Besok kita bertemu lagi..." Ucap Hinata dengan mata menyendu, mana tega Naruto tidak menurutinya.

...

Sepanjang jalan dari ruang keluarga ke pintu depan Naruto berjalan dengan tidak melepaskan rangkulannya pada Hinat

"Baiklah kami pulang dulu, Hinata ayo.." Pamit Neji pada Minato dan Kushina yang ikut mengantar, sementara kakek nenek Naruto sedang asik menonton dorama di ruang keluarga.

"Aku pulang dulu ya.., Naruto-kun..." Pamit Hinata.

Naruto memeluk Hinata mengecupi puncak kepalanya, kedua matanya, menggesekkan hidung mancungnya dengan hidung Hinata yang mungil, menciumi sepasang pipi gembul nan merah milik Hinata.

Terakhir Naruto berlutut menyamakan posisi wajahnya dengan perut Hinata, dipeluknya sayang perut yang masih rata itu lalu di berikan satu kecupan kecil tepat di pusat Hinata.

"Jaga Kaa-chan ya sayang, Tou-chan janji secepatnya kita akan tinggal bersama."

"Iya Tou-chan." Jawab Hinata seolah bayi-bayinya menjawab.

"Ayo Hinata.." Ajak Neji tidak sabaran.

Hinata megusap surai pirang Naruto, "Sudah ya Naruto-kun...."

Naruto melepaskan pelukannya dan berdiri dengan terpaksa, saat Hinata akan meninggalkannya untuk pulang di tariknya tangan Hinata dan di bawanya kedalam dekapan hangatnya.

"Hinata ayo pulang..." Ajak Neji sambil memisahkan pelukan Hinata.

"Sebentar lagi Neji, aku masih rindu dengan Hinata." Rengek Naruto tanpa melepaskan pelukannya pada Hinata. Sementara Minato dan Kushina hanya bisa terkikik geli melihat tingkah putranya.

"Naruto-kun sudah ya..." Hinata mencoba melepaskan pelukannya pada Naruto.

"Baiklah Hime kau boleh pergi..." Dengan wajah pasrah Naruto melepaskan pelukannya pada Hinata.

Baru tiga langkah Hinata menjauhi Naruto-

"Aduh..." Rintih Naruto dengan sengaja sambil menjambak surai pirangnya.

Hinata sedikit berjari mendekati Naruto "Naruto-kun kenapa?" Tanya Hinata lembut.

"Kepalaku Hime masih sangat sakit." Ucap Naruto manja yang dibuat-buat.

Kushina dan Minato terkikik sambil menutupi mulut masing-masing, mereka tahu benar Naruto sedang berakting.

Semantara Neji wajahnya memerah, tidak bukan merah karena malu-malu seperti Hinata, tapi merah karena tidak tahan ingin menghajar Naruto.

"Neji-nii kasihan Naruto-kun..." Hinata mulai memelas, di bahunya kini sudah bersandar kepala kuning Naruto yang sedang di belai dengan tangan lembutnya.

"Sudahlah Neji, kau pulang saja dulu, nanti malam kami mengantar Hinata. Lagi pula nanti malam kami akan pergi ke Hyuuga Mansion. Tou-samamu sudah ingin menentukan tanggal pernikahan." Sela Minato, ia mengambil jalan tengah sebelum ada perkelahian dirumahnya.

Neji mengdengus kesal dan menatap Naruto yang sedang dipeluk adiknya dengan tatapan membunuh (bayangkan Neji menatap Naruto dengan Byakugan) lalu meninggalkan kediaman keluarga Namikaze dengan Mercy nya.

.

"Ne Hinata, duduk disini." Ujar Naruto sambil menepuk tempat di sampingnya, saat ini mereka sudah berada di dalam kamar Naruto dan Naruto sudah lebih dahulu duduk di tempat tidur King sizenya. "Tunggu disini sebentar ya..."

Naruto mengambil sesuatu dari lemarinya "NeHinata lihat ini..." Naruto menunjukkan sebuah syal berwarna merah. Ya, syal yang pernah Hinata rajutkan untuknya dan diberikannya sebagai hadiah terakhir sebelum sembilan tahun mereka berpisah.

Hinata terisak melihat syal itu, melihat Hinata terisak dengan cepat Naruto menarik Hinata kedalam dekapannya. Tbuh Hinata yang mungil seketika tertutupi oleh tubuh lebar nan bidang milik Naruto.

"Hontou ni gommenasai Hime...." Naruto mengelus punggung Hinata, dan menciumi puncak kepalanya.

"Aku sudah memaafkanmu Naruto-kun, sebelum kita bertemu lagi aku sudah memaafkanmu, hanya saja setiap mengingat perkataanmu yang menyuruhku menjauh dari hidupmu.. Dadaku terasa sakit, dan aku ingin menjauh darimu, maafkan aku Naruto-kun, maaf karena tidak bisa mengendalikan rasa sakit hatiku dan mengabaikanmu, padahal aku sangat merindukanmu..." Ujar Hinata di sela-sela isakannya

Naruto mengeratkan pelukannya ia tak ingin bicara apapun tak ingin mengungkit apapun yang pernah terjadi sembilan tahun yang lalu. Baginya Hinata sudah mau kembali kepelukannya sudah cukup, tak ada yang perlu di bahas lagi tentang masa lalu.

"Aishiteru Naruto-kun, Watashi wa anata no tame ni shinu koto o osorete imasen yo..." Cicit Hinata di sela isakannya.

"Baka.., Aishiteru Hinata, hontou ni wa kimi wo mamori tsuzukeru yo..." Bisik Naruto tepat di telinga Hinata.

Mereka terkikik geli setelah penuturan cinta masing-masing. Hinata yang mengatakan mencintai Naruto dan tidak takut mati untuknya, sedangkan Naruto yang mengatakan bahwa Hinata bodoh, ia mencintai Hinata, sangat mencintainya dan akan selalu menjaganya.

"Cepat nikahkan mereka Anata mereka seperti tidak bisa hidup tanpa satu sama lain." Ujar Kushina sambil mengintip di lubang pintu.

"Dari pada kau mengintip seperti itu lebih baik kau bersiap siap Kushina kita akan ke Hyuuga Mansion untuk menentukan tanggal pernikahan mereka." Jawab Minato datar sambil berlalu meninggalkan sang istri
.

.

Alphard hitam milik Minato sudah terparkir di pekarangan Hyuuga Mansion. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di Hyuuga Mansion yang terletak di distrik Edogawa, sebuah distrik di Tokyo yang masih terdapat rumah-rumah khas tradisional Jepang pada zaman Edo, karena jarak dari distrik Edogawa yang kental tradisional Jepang tidak terlalu jauh dengan Namikaze Mansion yang terletak di distrik Chidoya yang terkenal akan bangunan bernuansa Eropanya.

Malam ini tidak seperti saat mereka melamar Hinata, Minato dan Kushina tidak menggunakan Hakama dan Kimono sesuai ucapan Hiashi kalau malam ini dia tidak mau terlalu formal. Kushina hanya mengenakan dress hitam panjang berbahan satin model babydoll dengan pita besar di pinggang belakangnya serta rambut merahnya yang dikuncir kuda menggunakan pita kecil berwarna hitam.

Sedangkan Minato mengenakan kemeja merah sewarna rambut Kushina dengan sepan dasar berwarna hitam. Minato dan Kushina harus mengakui kemampuan Hinata di bidang fashion lihat saja malam ini mereka tampil benar-benar serasi. Bahkan sebelum pergi tadi Kushina minta di foto dengan suaminya dengan beberapa gaya.

"Dimana Hinata dan Naruto...?" Tanya Neji saat melihat yang turun dari mobil hanya Minato dan Kushina.

"Oh..., Naruto mau berdua saja dengan Hinata, jadi dia pergi dengan mobilnya sendiri." Jawab Kushina sambil menampakan cengirannya.

"Dimana Jiraiya Ji-san dan Tsunade Ba-san?" Tanya Hiashi saat tidak melihat dua orang tetuah dari klan Namikaze.

"Mereka berangkat ke Osaka tadi sore dengan pesawat, tiga hari lagi akan kembali. Sebenarnya saat tragedi inseminasi di rumah sakit kemarin adalah ulang tahun pernikahan mereka, karena ada masalah itu, jadi mereka baru bisa berangkat tadi sore untuk berbulan madu lagi kata mereka." Jelas Minato.

Hiashi terkikik geli mendengar jawaban Minato 'Benar-benar pasangan romantis sepanjang masa' Batin Hiashi.

Sedangkan Neji terkesan tidak peduli, yang ia pikirkan sekarang hanya adiknya yang hanya berdua dengan Naruto 'Sial, benar-benar beruntung dia kali ini.' Batin Neji.

Penjaga gerbang Hyuuga Mansion membuka gerbang pertanda jika ada kendaraan yang masuk, benar saja itu adalah Jaguar hitam milik Naruto. Naruto turun dari mobilnya ia mengenakan kemeja sewarna rambut Hinata dengan corak garis-garis horizonrtal bewarna putiih yang bagian tangannya digulung sampai ke siku, dua kancing kemejanya terbuka menampakkan dada tannya yang bidang, dipadu dengan celana dasar hitam. Ia berjalan memutar membukakan pintu untuk Hinata turun dari mobil. Hinata malam ini begitu cantik, ia mengenakan dress warna putih berbahan sifon dengan pita kecil sewarna rambutnya melingkar dipinggang rampingnya, sebagian rambutnya dicepol, dan sisa rambutnya di keriting gantung tak lupa poni ratanya yang rapi.

"Ayo masuk semuanya sudah berkumpul." Ajak Hiashi.

.

Saat ini ketiga orang Namikaze dan tiga orang Hyuuga sedang duduk berhadapan di ruang tamu milik keluarga Hyuuga mereka sedang menentukan tanggal dan acara pernikahan Naruto dan Hinata.

"Jadi sudah di pastikan pernikahannya satu minggu dari sekarang." Ujar Hiashi.

"Jangan terlalu lama Hiashi-sama biar aku bisa mengurus kehamilan Hinata, tak enak jika terus merepotkan keluarga Hyuuga." Jawab Naruto.

"Seperti kau bisa saja mengurus Hinata." Umpat Neji.

"Neji!" Tegur Hiasi. "Panggil Tou-sama saja Naruto kau akan segera menjadi anakku juga" Jawab Hiashi seraya berpaling ke arah Naruto.

Sementara Naruto dia menampilkan senyum bangganya pada Neji. Tak usah di jelaskan lagi bagaimana ekpresi Neji saat ini.

"Maaf Minato bukannya aku ingin menyusahkan mu tapi..., kau tau sendiri para tetuah Hyuuga. Apalagi Hinata adalah gadis pertama yang akan menikah dengan orang  dari luar klan, ya.., kau tahu sendirilah...," ujar Hiashi sungkan.

Menikahi wanita dari klan bangsawan seperti Hyuuga tidaklah mudah mereka hampir tidak pernah menikahkan anak gadis mereka dengan orang luar klan, dengan alasan menjaga kemurnian darah biru, Hinata adalah yang pertama.

"Tak apa Hiashi katakan saja apa persyaratannya. Untuk putri secantik Hinata akan kami kabulkan." Ujar Minato. Klan Namikaze memang bukan klan bangsawan, tapi jangan remehkan harta yang ditinggalkan para leluhur Namikze yang merupakan saudagar sejak Zaman Edo hanya saja klan Namikaze yang sekarang bukanlah klan yang mengikuti secara detil setiap upacara adat istiadat Jepang kuno.

"Baiklah, upacara pemurnian pernikahan mereka akan dilaksanakan di Kuil Meiji, di diistrik Shibuya, lengkap dengan upacara san-sankudo. Tidak akan sulit meminta izin dengan pendeta di kuil itu, karena para muda-mudi sekarang lebih memilih menikah di hotel atau aula dibanding dikuil. Serta jangan lupa siapkan sesaji berupa ranting sakaki dan, untuk daftar hadiah yang diserahkan dari pihak laki-laki kami sudah buatkan daftarnya." Ujar Hiashi sambil menyerahkan secarik kertas pada Minato.

"Maaf Minato jika permintaan para tetua terlalu banyak, sebenarnya aku sudah memberi tahu mereka kalau sekarang sudah moderen tapi..." Ujar Hiasi merasa tidak enak.

"Sudah lah Hiashi, untuk putri secantik Hinata ini tidak masalah." Jawab Minato dengan menampilkan senyumannya.

"Ano..., untuk pesta pernikahannya biar aku dan Hinata saja yang menentukan." Sela Naruto, ia ingin pesta pernikahannya dengan Hinata bisa dinikmati oleh semua teman-temannya

"Terserah kau saja." Jawab Hiashi santai.

"Tou-sama kau tidak melupakan satu ritual, 'kan?" Tanya Neji licik.

"Sudahlah Neji, tetua tidak meminta ritual itu jangan kau tambah repotkan Naruto dengan ritual itu." Bantah Hiasi.

"Katakan saja Tou-sama aku tak keberatan." Jawab Naruto yakin

"Kau yakin Naruto?" Hiashi memastikan.

Naruto mengangguk mantap.

"Baiklah kau tahu Hinata bukan anak pertama, biasanya dalam klan Hyuuga jika seorang adik perempuan melangkahi kakak laki-lakinya menikah maka, sang calon suami si adik, harus mau menerima tantangan dari kakak laki-lakinya, dalam hal ini Hinata melangkahi Neji untuk menikah, berarti..." Ucapan Hiashi terpotong.

"Aku menantang mu aikido adik ipar." Ujar Neji dengan bangga sambil menampilkan senyum liciknya.

"Nii-san jangan keterlaluan kau tau sendiri Naruto-kun sangat kesulitan menguasai aikido." Protes Hinata.

"Sudahlah Hime aku akan belajar." Naruto menenangkan kekasihnya.

"Jika Naruto kalah?" Tanya Minato.

"Tidak mungkin pernikahan Hinata ku batalkan jika dia kalah dari Neji." Hiashi frustasi.

"Sebagai gantinya kau akan memberikan apa yang ku mau adik ipar." Jawab Neji sakratis.

Naruto memang menguasai beberapa jenis bela diri Jepang seperti judo dan karate, tapi aikido berbeda dengan judo dan karate yang mengandalkan kekuatan penuh pada setiap tekniknya. Aikido mengguakan harmonisasi kelembutan dengan kekuatan fisik, dan itu hanya bisa dikuasai oleh orang-orang dingin semacam pria dari klan Hyuuga.

"Besok lusa di dojo Hyuuga mansion, Namikaze Naruto." Tantang Neji.

To be contionued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top