07. Si Kecil Yang Tak Terduga
Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
"Sensei apa yang terjadi padaku, mana Mei sensei,kenapa ramai sensei?" Tanya Hinata dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih
Shizune segera tersadar, bagaimana pun ia harus bertanggung jawab atas kecerobohannya, walaupun semua kekacauan ini tak sepenuhnya merupakan kesalahannya.
Shizune mengisyaratkan pada tiga orang yang berdiri menolongo di dekatnya untuk menjauhi Hinata, kemudian menghampiri gadis yang sudah menjadi korban malprakteknya.
"Kau tidur lagi saja Hinata kalau masih pusing." Ujar Shizune sambil mengelus lengan Hinata.
.
"Kenapa bisa terjadi begini?" Tanya Shizune dengan raut wajah serius pada tiga orang di hadapanya.
Naruto mulai menceritakan kejadian yang dia alami dan-,
PLAKKKKKKK.
Sebentuk tamparan berhasil mendarat di pipi tan Naruto.
"Itteeeiii Sakura-chan!!" Ujar Naruto sambil meringis.
"Baka! Aku gagal hamil gara-gara kau Naruto!" Amuk Sakura.
"Sudahlah Sakura, ini juga bukan hanya kesalahannya jika kau tidak mengajak Hinata kesini maka-," lerai Shizune yang kemudian dipotong oleh Sasuke.
"Maka Kau akan Hamil anak Naruto, dan bila si Dobe ini tidak mengaku pasien Shizune sensei hari ini maka Hinata lah yang hamil anakku." Sambung Sasuke.
"Apa maksudmu Teme, jadi Hinata akan hamil anakku?" Timpal Naruto.
"Hn." Jawab Sasuke.
"Huffftttt." Sakura menghela nafas jika dipikir pikir ucapan suaminya benar juga.
Shizune memijit pelipisnya, "Apa aku perlu melaporkan ini pada Tsunade sama?"
"HinatahamilanakkuHinatahamilanakuHinatahamilanakkuHinatahamilanakku." Naruto mulai merancau tak karuan, sepertinya ia benar benar shok dengan kejadian kejadian yang menimpanya hari ini.
PLAKKK.
Sakura menghadiahi Naruto lagi dengan tamparan.
"Berhenti meracau Naruto bagaimana jika ada yang mendengar!" Bentak Sakura.
"Apa maksud racauaan Naruto tadi Sakura?" Muncul suara yang di yakini bukan miliknya suaminya, Naruto, Shizune apalagi Hinata, patah-patah empat orang ini menoleh.
"Tsunade sama/ Baa-chan!" Ujar mereka bertiga dengan pucat pasih, setelah mendapati di dalam ruangan itu sudah ada penghuni lain, Tsunade, Jiraiya, Kushina dan Hanabi.
.
.
.
Tsunade memijit keningnya yang mulai terasa sakit, nenek-nenek yang masih terlihat cantik di usia senja ini baru saja mendengarkan penjelasan dari dokter kandungan rumah sakit yang ia pimpin.
Shizune memilih mewakili Naruto, Sakura dan Sasuke untuk menjelaskan kronologis yang sebenarnya, sementara tiga orang yang diwakilinya hanya diam menunduk.
Sekarang mereka berada di ruangan Tsunade, sementara Hanabi di suruh menjaga Hinata yang sudah di pindahkan ke ruang perawatan.
"Intratubal Insemination?" Tanya Tsunade.
Shizune menjawab dengan anggukan.
"Ya ampun." Keluh Tsunade sambil menepuk dahinya. "Dengarkan aku dalam waktu satu kali dua puluh empat jam Hinata akan hamil. Inseminasi jenis ini adalah inseminasi dengan cara menyuntikkan langsung sperma ke tuba falopi. Tuba falopi adalah dua buah saluran yang sangat halus yang menghubungkan indung telur dengan rahim, dengan kata lain sperma Naruto langsung bertemu dengan sel telur Hinata, pembuahan sedang terjadi sekarang, dan keberhasilannya tergantung dengan kualitas sperma Naruto...," jelas Tsunade yang langsung di potong suaminya.
"Dan Jangan ragukan kualitas sperma Klan Namikaze, kau tanyakan pada nenek dan ibumu Naruto, berapa lama mereka menunggu untuk hamil, setelah kami buahi, wanita-wanita subur yang di buahi oleh Klan Namikaze tidak perlu menunggu waktu lama untuk hamil, itu dengan cara alami. Apalagi jika sperma berharga klan kita disuntik langsung ke indung telur." Jelas Jiraiya dengan bangganya. Sementara sang cucu hanya melongo mendengar penjelasan kakek dan neneknya.
Tsunade dan Kusihna manggut-manggut, mereka setuju benar dengan ungkapan Jiraiya
"Jika Hinata dalam masa suburnya, maka benar Hinata akan hamil anak Naruto dalam kurun waktu dua puluh empat jam...," tambah Shizune lagi.
Brukkkkkk
Bunyi tiga tas kerja jatuh bersamaan seketika dihadapan, Jiraiya, Tsunade, Kushina, Naruto, Shizune, Sasuke dan Sakura. Pemiliknya adalah tiga orang pria yang di hubungi Kushina untuk segera datang ke Konoha Hospital mereka adalah Neji, Hiashi dan Minato, mereka bertiga dengan jelas mendengar ucapan ke terakhir Shizune Hinata akan hamil anak Naruto dalam Kurun waktu dua puluh empat jam.
.
Wajah Neji, merah memanas saat mendengar penjelasan ulang dari Tsunade, sementara Hiashi menyimak dengan dahi berkerut, dan Minato pria pirang ini dengan seksama menyimak dengan menampilkan senyum simpul.
Setelah selesai mendengar penjelasan Tsunade, Neji dengan amarah yang meletup-letup datang menghampiri Naruto yang duduk di sofa didepannya, menarik kerah baju Naruto sampai pemuda itu berdiri dan ketika hendak menonjok, Sakura berteriak.
"Tunggu Neji...!!!" Teriak Sakura Neji menghentikan aksi brutalnya untuk mendengarkan Sakura. "Tidak sepenuhnya ini kesalahan Naruto, jika dia tidak melakukan hal bodoh itu, maka sperma Sasuke lah yang sekarang ada di rahim Hinata, aku yang membawa Hinata ke ruangan Shizune sensei, itu berarti aku juga yang menyebabkan Hinata jadi begini, tapi ini lebih baik karena jika aku yang berada di posisi Hinata maka akulah yang akan hamil anak Naruto." Jelas Sakura panjang lebar.
"JADI MAKSUD MU KESIALAN ADIK KU ADALAH KEUNTUNGAN BUATMU, HAH!!! NYONYA UCHIHA?!" Teriak Neji di depan wajah Sakura setelah melepaskan cengkramannya pada kerah Naruto.
"BERSIKAPLAH SEDIKIT SOPAN HYUUGA!" Sekarang malah Sasuke yang menarik kerah baju Neji, ia tidak terima dengan tindakan Neji yang membentak istrinya di depan matanya.
"Kau juga bersalah Sasuke." Lerai Tsunade, "harga diri Uchihamu itu membuatmu menutupi identitas yang membuat awal dari masalah ini. Kau juga Shizune, kau seorang dokter yang punya kode etik, aku mengerti kau membantu Sakura, tapi menerima inseminasi tanpa mengkonfirmasi pihak rumah sakit adalah kesalahan fatal, izin praktek mu bisa dicabut dan karir mu sebagai dokter bisa berakhir. Naruto dan Sakura, apa lagi, dan hah..., dua petugas laboratorium itu, dan oh..., satu lagi adik kecilmu Neji, harusnya kau juga salahkan dia yang mengemudi terlalu kencang sehingga Hinata mengalami pusing hebat, semuanya bersalah, bukan? Jadi berhentilah saling menyalahkan." Jelas Tsunade ia sudah mulai pusing dengan kekacauan yang melibatkan cucu laki-laki satu satunya ini.
"Bisakah kalian pikirkan Hinata?" Naruto mengeluarkan suara paraunya, sedari tadi dia memang diam menahan emosinya karena dia juga merasa bersalah.
"Aku tidak peduli siapa yang salah disini, semuanya sudah terjadi, tak ada yang bisa merubah apapun, tapi satu yang aku tahu, bahwa lebih kurang dua puluh empat jam dari sekarang, dalam rahim Hinata akan tumbuh anakku, darah dagingku, sekalipun Hinata hamil tanpa campur tanganku langsung, tapi yang aku tahu sekarang benihku sudah bersarang dalam rahim Hinata, maka dari itu...," Naruto mendekati Hiashi yang sedang duduk di sofa dan,
DUKKKKK.
Ia menghantamkan kepalanya kelantai marmer itu dengan posisi bersujud.
"Izinkan saya menikahi Hinata, Hiashi-sama..."
Semua orang disana membulatkan matanya melihat aksi Naruto.
"Dia anakku." Ujar Kushina yang menitikan air mata terharu.
"Dia anakku." Komentar Minato tak mau kalah.
.
.
Semua orang yang ada di ruangan ini harap-harap cemas mendengar jawaban Hiashi, yang sedari tadi hanya diam dan masih menatap Naruto yang masih dengan posisi bersujud dengan tatapan datar.
"Kalau kau tak mencintai Hinata jangan kau paksakan." Akhirnya Hiashi mengeluarkan suaranya.
"Saya mencintai putri Anda Hiashi-sama, sudah lama sejak saya duduk di bangku Junior High School, dan dengan bodohnya saya mengusir Hinata dari kehidupan saya dengan kasar padahal dia telah telah menyelamatkan saya saat tragedi Akatsuki di Yamaguchi. Hampir ssmbilan tahun, Hiashi-sama, saya mengumpulkan keberanian untuk bicara pada Hinata, tapi putri anda tidak memaafkan saya dengan mudah, dan hari ini Kami-sama memberikan saya kesempatan untuk saya membuktikan cinta saya pada Hinata, saya mohon Hiashi-sama izinkan saya menikahi putri anda."
Hiashi menghela nafas panjang kemudian terdiam lagi. Dalam hati Neji sangat berharap bukan jawaban dari mulut ayahnya yang diberikan, tapi sebuah tendangan atau pukulan mematikan yang diberikan pada Naruto.
"Aku akan menerjang kepalamu sekarang." Hiashi menjawab lagi dan membuat Neji tersenyum simpul ."Jika aku adalah Hiashi yang dulu, Hiashi yang tidak peduli akan kebahagiaan Hinata, Hiashi yang egois yang hanya mementingkan emosinya sendiri dan harga diri klan Hyuuga saja, tapi Hiashi yang ada di hadapan mu sekarang adalah Hiashi yang merupakan seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya, aku tidak akan sembarangan mengambil tindakan. Semua ku serahkan pada Hinata, aku serahkan pada putriku keputusan yang menyangkut hidupnya, berjanjilah jika Hinata menolak mu, kau harus terima dan pergi menjauh dari hidupnya, dan masalah anakkmu nanti, aku bukanlah orang kejam yang akan menghilangkan nyawa dari cucuku, darah dagingku sendiri, sekarang berdirilah, tak pantas seorang Kapten Prajurit Jepang merendahkan martabatnya hanya untuk seorang wanita."
Naruto bangun dari posisi bersujudnya, tampak jelas keningnya membiru karena berbenturan dengan lantai.
"Tou-sama, kau terlalu baik padanya, apa kau tahu apa yang dia lakukan pada Hinata, dia mempermalukan Hinata kita?" Protes Neji.
"Ya Tou-sama tahu, setiap orang memiliki kesalahan Neji, dan kau merasa seperti manusia bersih tanpa noda. Tou-sama tahu kau tergabung dalam grup nista yang dibuat oleh Jiraiya Jii-san, bukan?"
Neji tertunduk diam mendengar ucapan ayahnya.
"Sejujurnya aku kecewa padamu Neji, Naruto, Minato, dan Jiraiya Ji-san kenapa kalian...?" Sambung lebar Hiashi sambil menatap satu persatu wajah orang yang ia sebutkan namanya. Ia lalu dengan sengaja memotong ucapannya
Neji, Naruto, Minato dan Jiraiya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena sungkan.
"Tidak mengundangku di grup itu sih." Dan semua orang disitu Jawn Drop mendengar penuturan terakhir Hiashi.
.
.
"Sakura, Sasuke...!" Panggill Shizune saat melihat mereka berjalan menuju pintu keluar.
"Ada apa, Sensei?" Tanya Sakura lesu.
"Kita akan mengatur ulang jadwal untuk inseminasi kalian, masalah biaya... Inseminasi hari ini tidak perlu dibayar, karena ya ... , kalian tahu sendiri...,.dan untuk inseminasi kalian selanjutnya juga tidak perlu dibayar, ini sebagai bentuk permintaan maaf dari rumah sakit." Jelas Shizune.
"Bagaimana dengan izin praktekmu, Sensei?" tanya Sakura.
"Semua tergantung Hinata, saat keadaannya pulih aku akan menjelaskan semuanya padanya, nasib karirku akan di tentukan oleh Hinata."
.
.
Konoha Hospital 18:00
Naruto menatap sendu sosok mungil yang terbaring lemah di atas ranjang suite di kamar VVIV itu, Hinata masih belum sadarkan diri bukan hanya karena efek pusingnya tadi siang, tapi juga karena obat penghilang rasa nyeri yang di konsumsinya, untuk mengurangi rasa nyeri akibat jarum suntik yang menembus di tuba falopinya.
Naruto menyingkap sedikit piyama rumah sakit Hinata, ada perban yang membalut perut bagian bawahnya, luka yang di akibatkan sayatan yang dibuat untuk memperlancar spermanya memasuki langsung tuba falopi Hinata.
"Oyasuminasai Hime." Lirih Naruto sambil membelai poni rata Hinata.
"Mau sampai kapan kau di sini Naruto-nii?" Suara Hanabi membuat Naruto menyudahi belaian tangannya pada poni Hinata.
"Kalau kau masih disini sampai Neji-nii kembali dari mengantar Tou-sama, kupastikan kepala mu akan pecah Naruto-nii..." Ancam Hanabi dengan lengan dilipat di depan dada.
Tak ada jawaban dari Naruto dia masih sibuk menatap Hinata yang tertidur dengan tatapan sendunya.
"Pulanglah Naruto-nii, kau sudah banyak mengalami kejadian aneh hari ini. Pulang dan beristirahatlah besok Tsunade-sama dan Shizune sensei akan memberitahu hal ini pada Nee-sama, kau kembali saja besok siang."
Dengan langkah gontai Naruto menjauh dari Hinata, dan saat mendekati pintu keluar dia menoleh dan berkata
"Tolong jaga mereka." Naruto menggunakan kata 'mereka', untuk menyebut Hinata dan anaknya, sepertinya ia benar-benar yakin Hinata akan mengandung anaknya.
.
.
Pagi-pagi sekali Shizune sudah berada di Konoha Hospital setelah Hinata selesai sarapan dan meminum obatnya ia mulai menjelaskan apa yang terjadi pada Hinata kemarin.
.
"Jadi begitulah ceritanya Hinata..." Shizune mengakhiri penjelasannya.
"Mohon tinggalkan saya sendiri dulu, Sensei." Pinta Hinata setelah mendengarkan penjelasan Shizune.
"Kau memang butuh waktu sendiri dulu, baiklah Hinata, nanti siang kami akan melakukan pemeriksaan USG pada rahimmu, kalau begitu aku pergi dulu." Pamit Shizune.
Tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir Hinata, hanya sesekali isakan dengan bulir air mata yang menetes.
"Naruto-kun...," lirih Hinata disela tangisannya, sambil mengelus bagian perutnya yang diperban.
.
.
Konoha Hospital 11:00
Ruangan Tsunade sekarang sudah di penuhi oleh seluruh anggota keluarga besar Namikaze dan Hyuuga, mereka berada disini untuk melihat pemeriksaan USG yang sebentar lagi akan dilakukan oleh Tsunade pada Hinata.
Hinata sudah siap dengan berbaring, sedangkan Naruto sedari tadi ia sibuk mencuri pandang pada Hinata, tapi hanya direspon Hinata dengan membuang muka ke arah lain.
Dengan hati-hati Tsunade mengoleskan jel pada bagian perut bawah Hinata yang tidak diperban.
"Jika inseminasi berhasil, sel telur Hinata yang sudah dibuahi sudah sampai dan turun ke rahim dari tuba falopi." Jelas Tsunade sambil menggerakan alat serupa pendeteksi itu di perut Hinata.
Tampak di samping Hinata ada layar Hitam yang terhubung dengan alat pendeteksi tadi
"Inseminasinya berhasil." Lirih Tsunade setelah melihat sesuatu di layar. "Dan...hmmmmmmm... , sperma Naruto berhasil membuahi semua indung telur Hinata." Tambah Tsunade.
"SUGOI DATTEBANE!" Teriak Kushina frontal.
"NARUTO KAU BENAR BENAR CUCU KEBANGGAANKU!!!!" Teriak Jiaraiya sambil berdiri dengan tangan menunjuk acungan jempol ke Naruto.
Dan pemandangan ini yang mengejutkan, Minato dan Hiashi berpelukan.
"Kita akan punya sepasang cucu Minato." Ujar Hiashi terharu.
"Kau benar Hiashi..., sepasang cucu yang lucu." Jawab Minato.
"Cih..., si Baka yang beruntung." Umpat Neji.
"BAKA OTOTOU KAU HEBAT, NEE!" Teriak Saara tak mau kalah.
Sementara Itachi hanya tersenyum miring.
Hinata memandang takjub pada layar menampilkan keadaan buah hati di dalam rahimnya, setetes air mata turun dari ekor matanya.
Sementara Naruto dengan bodohnya dia bertanya. "Apa maksud perkataan kalian, ttebayo?"
"Huuuhhhh, aku tahu kau sangat bodoh pada ilmu biologi keucali yang berbau mesum, bocah, jadi biar ku jelaskan." Keluh Tsunade sambil memijat pelipisnya.
"Setiap wanita itu punya dua sel telur, pada proses inseminasi untuk memperbesar kesempatan berhasilnya pembuahan maka sperma disuntikkan pada semua indung telur, walaupun sel telur dalam keadaan matang atau dengan kata lain sang wanita dalam masa subur, pada inseminasi biasanya sperma hanya mampu membuahi 1 sel telur saja, dan pada kasus kalian spermamu berhasil membuahi semua sel telur Hinata secara bersamaan, dan biasanya bayi-bayi yang berasal dari dua sel telur yang berbeda dan dibuahi dalam waktu bersamaan adalah bayi kembar beda jenis kelamin. Jadi initinya Hinata akan mengandung bayi kembar yang berbeda jenis kelamin." Jelas Tsunade panjang lebar.
Naruto mencoba memahami apa yang Tsunade jelaskan.
1 Detik.
2 Detik.
.
.
.
Lima menit, dan semua orang di dalam ruangan itu mulai kesal dengan kelambanan Naruto berfikir, kecuali Hinata yang menyembunyikan senyuman di balik telapak tangan, melihat tingkah konyol calon ayah dari bayi-bayinya ini.
"Kyaaaa, aku akan punya sepasang anak kembar, dattebayo!!" Naruto berteriak kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya.
"Baiklah aku lanjutkan penjelasan." Tsunade mengakhiri kekonyolan yang di buat keluarganya, sejujurnya dia malu di hadapan keluarga Hyuuga atas tingkah konyol keluarga besarnya.
"Kalian lihat ini." Tsunade menunjuk dua buah titik sebesar biji kacang hijau di layar hitam tersebut.
"Jadi itu calon anak-anakku, Baa-chan?" Tanya Naruto antusias.
"Ini masih berupa sel telur Hinata yang baru berhasil di buahi, yang bisa dikatakan Hinata sudah hamil, tapi ini masih berupa benih yang belum tumbuh. Biasanya dalam ilmu kedokteran disebut zigot, zigot ini belum memiliki sel sendiri karena masih merupakan campuran sel telur Hinata yang dan sperma Naruto. Zigot juga masih belum tertanam di rahim Hinata, jadi belum cukup kuat, biasanya para wanita yang dalam fase ini sering tidak menyadari sehingga saat melakukan hal berat zigot akan luruh, dan mereka merasa itu seperti menstruasi, karena dalam fase zigot ini wanita tidak mengalami yang namanya tanda kehamilan. Terlalu dini kalau kau katakan ini adalah anak-anakmu Naruto. Mungkin lebih tepatnya kau sebut ini benih-benih mu. Nah, zigot ini akan berkembang menjadi janin setelah berusia dua minggu. Ya, satu minggu dari sekarang lah, dan baru bisa disebut janin karena dia sudah punya sel sendiri, sudah tertanam di rahim, dan sudah mulai membentuk jantung." Jelas Tsunade sambil terus menggerakan alat pendeteksi berupa stik itu di perut Hinata.
Semua orang di dalam ruangan itu hanya manggut-manggut mendengar penjelasan dokter dengan tiga speialisasi ini, kandungan, bedah plastik, dan syaraf.
"Ne Hinata kau hanya punya waktu satu minggu untuk memutuskan melanjutkan kehamilanmu atau tidak, sebagai ganti rugi pihak rumah sakti akan membantu meluruhkan zigot ini karena ini merupakan kesalahan tim medis kami, tapi setelah berbentuk janin, aku sudah tidak bisa membantu lagi, karena itu sama dengan tindakan aborsi. Sebagai seorang dokter, aku tau ini sangat berpengaruh bagimu, mungkin kau punya kekasih di luar sana, mengandung benih orang lain karena kesalahan yang tidak kau perbuat tentu menjadi beban untukmu maka dari itu aku berikan pilihan padamu. Tapi sebagai keluarga dari Naruto aku sangat berharap kau mau melanjutkan kehamilanmu, karena nanti malam kami sekeluarga besar akan melamarmu untuk menjadi seorang Namikaze." Tsunade mengakhiri penjelasannya dengan sebuah lamaran tidak langsung atas nama cucunya.
Sebenarnya bukan Naruto tidak berani untuk melamar Hinata langsung, tapi Tsunade sadar sebagai bentuk petanggung jawabannya sebagai dokter pemilik rumah sakit ia harus memberi solusi medis jika Hinata tidak menginginkan kehamilannya, tapi nalurinya sebagai seorang ibu dan nenek sangat menginginkan Hinata membawa kehidupann sang penerus keluarga yang berada di rahimnya.
Semua orang terdiam menunggu jawaban Hinata, Naruto bahkan terus memandang Hinata dengan tatapan memohonnya, tapi sama sekali tak di tanggapi oleh Hinata.
"Aku akan memikirkannya dulu." Jawab Hinata lirih.
...
Hinata mulai beranjak dan berniat kembali ke kamarnya, saat ruangan Tsunade mulai sepi, hanya ada dia , Naruto, dan adik bungsunya. Saat Hinata melangkah menuju pintu keluar ia melewati begitu saja Naruto, seolah di situ tidak ada orang kecuali dia dan adiknya.
Tersinggung, sakit hati dan dadanya terasa nyilu, itu yang dirasakan Naruto saat ini, saat gadis yang dulu selalu memberikan perhatian berlimpah padanya sekarang bahkan menganggap kehadirannya pun saja enggan.
"Hinata...," panggil Naruto.
Dulu, dulu sekali saat Naruto memanggil namanya ia akan menoleh menampakkan senyum tulus, hingga kelopak matanya tertutup dan semburat merah keluar dari wajahnya. Tapi sekarang ia menoleh dengan menapilkan wajah sedatar Sasuke.
"Hinata tolong jaga mereka ya..." Ucap Naruto sambil menunjuk perut rata Hinata, dan menampikan senyumnya yang sehangat matahari.
.
"Konichiwa ...," kepala Naruto menyembul dari balik pintu kamar rawat Hinata, tanpa basa-basi dan percaya diri dia langsung masuk dan mendekat kearah Hinata yang duduk di dekat jendela.
"Memikirkan ku?" Tanya Naruto dengan percaya dirinya.
Tidak di pedulikan Hinata.
"Kudengar sebentar lagi kau akan pulang dari rumah sakit, apa sudah merasa baikan?"
Tidak digubris Hinata.
"Bagaimana mereka?" Tanya Naruto dengan tangan yang ingin menggapai perut rata Hinata.
PLAKKKK.
Hinata menepis kasar tangan Naruto.
"Pulanglah Namikaze-san, bukankah saya bukan siapa siapa anda. Anda tidak ingin melihat saya lagi, bukan? Jadi pergilah..., saya tidak mau menjadi beban pikiran anda, jadi jangan terlalu memikirkan saya, karena kita tak punya hubungan apapun." Hinata membalikkan semua kata-kata yang pernah Naruto ucapkan dulu tanpa sedikitpun melihat ke arah Naruto.
Naruto's Pov
Inikah yang dirasakan Hinata dulu? Saat dia ingin meringankan bebanku, saat dia ingin memperhatikanku aku malah mengusirnya dengan kejam. Tak apa, Hinata pergi saat aku mengusirnya tapi aku, aku takkan pergi begitu saja meninggalkan Hinata sekalipun ia mencaci makiku. Hinata sangat mencintaiku saat ini dia hanya di liputi emosi. Dia akan kembali menjadi Hinata yang lembut aku yakin itu, sekarang tinggal bagaimana usahaku.
"Baiklah aku akan pergi Hinata, tapi nanti malam kau akan bertemu denganku lagi, karena aku akan menjadikan mu seorang Namikaze." Ucapku yakin dengan cepat ku elus perut Hinata saat Hinata lengah dan berkata "Tou-chan pergi dulu sayang sampai bertemu nanti malam."
.
End Naruto's Pov
"Nee-sama kau pasti terharu, bukan?" Tanya Hanabi setelah menunjukkan vidio saat Naruto bersujud melamar Hinata kepada Ayah mereka, yang ia rekam diam-diam, sekarang turunlah keluarga Namikaze sudah menuggu mu Nee sama"
"Tunggu dulu." Tahan Neji yang baru memasuki kamar Hinata.
.
Di ruang tamu khas Jepang itu sekarang telah berada keluarga Namikaze. Mereka bersimpuh di atas tatami. Naruto tampil gagah malam ini denga haori Orange Tua dipadukan dengan hakama Hitam, Minato juga tampak tampan malam ini dengan haori Kuning kunyit dan hakama biru gelap pilihan sang istri, sementara Jiraiya mengenakan haori maron dean hakama putih.
Tsunade dan Kushina juga tampak cantik dengan furidose Hijau muda dengan motif buka sakura berwarna putih, rambut kedua mertua menantu ini di sanggul rapi dengan menyisakan anak rambut di bagian depan.
Sementara kakak perempuan Naruto dengan sangat terpaksa tidak bisa ikut dalam acara lamaran adiknya ini. Karena sang ayah mertua kembali mengoceh karena dia terlalu sering mengajak anak dan suaminya dalam acara Namikaze, sehingga lupa kalau dia sekarang seorang Uchiha.
Seorang pelayan dari keluarga Hyuuga membungkuk mohon pamit setelah menyajikan ocha hangat dan kue-kue kecil khas Jepang. Suara alunan musik khas Jepang yang merelaxaxi diiringi dengan gemericik air dari kolam ikan koi milik Hiashi, ditambah dengan aroma bunga lavender yang menguar semakin membuat nyaman para anggota Namikaze menunggu sang tuan rumah.
"Okaa-san, aku merasa seperti di tempat reflexi, dattebane, rasanya ingin tidur saja." Ceplos Kushina saat mulai terhanyut dengan suasana yang diciptakan di rumah keluarga Huyuga.
"Kau sungguh norak Kushina." Komentar sang ibu mertua.
"Minato kalau seperti ini aku jadi teringat di onsen, hhehehe, sayang kurang gadis-gadisnya." Cerocos Jiraiya pada putra semata wayangnya ini.
"Pikiranmu sungguh mesum Otou-san." Jawab anaknya.
"Kalau aku tak mesum kau tak lahir bocah." Balas Jiraiya.
Sementa Naruto sibuk meremas-remas jari tangannya untuk mengurangi kegugupannya.
Krieeetttt.
Suara pintu geser berbunyi, seketika keluarga Namikaze ini menghentikan obrolan tidak bermutunya, dan membuat Naruto sontak mendongak dan melihat Hiashi yang masuk dengan menggunakan haori dan hakama berwarna hitam, sementara Neji berdiri disampingnya dengan mengenakan haori putih dan hakama coklat.
"Maaf menunggu lama Minato, Kushina, Jiraiya Ji-san, Tsunade Ba-san." Ujar Hiashi sembari membungkuk kepada keempatnya, disusul dengan Neji yang membungkuk di hadapan keempat orang tua Namikaze ini.
Naruto bangkit dari tempat duduknya, ia membungkuk dihadapan Hiashi dan Neji untuk memberi hormat.
"Duduklah Naruto." Pinta Hiashi. "Hinata sekarang sedang siap-siap, hmmm sebenarnya aku sangat ingin berbesan dengan keluarga Namikaze, mengingat aku dan Minato adalah sahabat sejak kecil, tapi yang akan menjalani ini adalah Hinata. Jadi jawaban dari lamaran Naruto aku serahkan sepenuhnya pada Hinata saja." Hiashi membuka pembicaraan.
Krieettt
Pintu geser kembali terbuka dan menampikan Hinata dalam balutan Kiimono Putih dengan motif bunga lavender ke unguan, ah, sungguh serasi dengan hakama dan haori yang dikenakan Naruto malam ini. Rambutnya di biarkan tergerai seperti biasa.
"Kau cantik sekali, sayang. Rasanya aku tak sabar menjadikan mu menantuku." Ucap Kushina dengan mata berbinar-binar.
"Putramu sungguh pandai Minato." Bisik Jiraiya.
Sementara Tsunade dan Minato hanya tersenyum tipis.
Naruto? tak usah ditanyakan lagi reaksinya saat ini wajahnya menampilkan semburat merah tipis dan dia tersenyum malu-malu.
Sementara Hinata dipuji dan dipandangi oleh semua Namikaze seperti itu hanya bisa menunduk dengan wajah merah kepiting rebus.
"Mohon maaf Namikaze-sama lama menungguku". Ucap Hinata sambil menunduk di hadapan keluarga Namikaze.
Ia mundur beberapa langkah dan mengambil posisi duduk di samping ayahnya.
"Begini...," Hinata memulai pembicaraan. "Tentang lamaran Naruto-san yang disampaikan kepada ayah saya, mohon maaf apakah boleh saya pikirkan terlebih dahulu beberapa hari ini, apa anda sekalian tidak keberatan?" Tanya Hinata sopan.
"Kenapa harus dipikirkan, Hinata? Kenapa tidak langsung terima saja? Kita saling mencintai, dan anak-anak kita membutuhkan kita berdua." Sela Naruto
"Naruto..., gunakan bahasa yang bertutur, ini acara resmi." Tegur Minato.
Menarik nafas panjang mencoba mengatur emosinya, diliriknya sedikit wajah Hinata yang sayu, itu sangat bisa menenangkan.
"Silahkan Hinata-chan, kau boleh memikirkannya dulu lalu, kami akan menuggu jawabanmu." Jawab Minato sopan.
Sejujurnya Naruto tidak puas dengan jawaban Hinata yang menggantung, tapi setidaknya dengan jawaban seperti ini berarti Hinata sedang memberikannya kesempatan untuk membuktikan cintanya.
'Tak apalah aku menunggu jawaban Hinata, aku yakin dia masih mencintaiku, karena jika dia tidak mencintaiku, dia pasti lansung menolak.'
.
Setelah menyelesaikan acara makan malam, di gazebo luas pekarangan Hyuuga Mansion, Keluarga Namikaze ini beranjak untuk segera pulang.
"Terimakasih jamuanmu Hiashi, kami merasa tersanjung." Ujar Minato.
"Kau ini seperti orang lain saja." Jawab Hiashi sambil menepuk bahu Minato.
"Baiklah kalau begitu kami mohon pamit." Ujar Minato.
Mereka saling membungkuk memberi hormat, lalu berjalan menuju alphard milik Minato, saat hendak memasuki mobil Naruto kembali lagi dan mendekati Hinata yang masih berdiri sambil melambaikan tangan.
Cup~
Naruto mengecup perut datar Hinata dan berkata "Tou-chan pulang sayang, sampai jumpa lagi," dan,
Cup~
Naruto lagi mengecup jidad Hinata yang tertutup poni rata. "Oyasuminasai Hime, mimpikan aku." Barulah ia berlari memasuki mobil.
Wajah Hinata secepat kilat memerah seperti kepiting rebus yang direbus berulang kali.
Semua keluarga Namikaze dan Hyuuga hanya tersenyum sambil menggeleng melihat kelakuan Naruto barusan, Hanabi yang melihat dari balkon atas hanya terkikik, dan Neji matanya membulat sempurna menampilkan aura kemarahan.
.
Kesokan harinya di Namikaze Mansion.
"Kaa-chan, dimana Baa-chan?" Tanya Naruto yang baru bangun tidur sambil menguap dengan bertelanjang dada dan celana training.
"Kerumah sakit." Jawab Kushina sambil menata piring untuk sarapan keluarganya.
"Sepagi ini?, biasanya masih bermesraan dengan ero jii-san." Komentar Naruto sambil mengunyah sepotong roti.
"Semalam, setelah kita pulang Hinata menelpon dia memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya pagi ini, dan Baa-chanmu sedang mempersiapkan itu sekarang." Jawab Kushina santai.
To Be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top