04. Kesalahan Fatal dan Penyesalan

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
....

flashback 9 tahun yang lalu (naruhina side)


Anak laki-laki pirang itu begitu semangat hari ini, ia terus saja celingak celinguk mencari keberadaan orang-orang yang ditunggunya.

"Kaa-chan, Sara-nee disini!" Teriaknya sambil melambaikan tangan begitu menemukan dua sosok perempuan dengan surai merah panjang. Dua orang wanita yang sangat ia sayangi.

Hari ini adalah hari kelulusan Naruto di Akademi Militer Shokasonjuku, hari kelulusan, bukan hari pelantikan, tidak semudah itu menjadi prajurit di Negara Matahari ini,.

Tiga tahun pertama menjalani pendidikan di Akademi Militer Shokasonjuku itu setara dengan menjalani pendidikan di sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan. Jika lulus di tiga tahun pertama maka para calon-calon prajurit itu akan mengikuti pendidikan lagi selama 2 tahun lagi, jika lulus, barulah mereka bisa di lantik menjadi Prajurit Jepang.

Penampilan para calon prajurit ini pun tidak terlalu extrim seperti para tentara pada umumnya, rambut mereka pendek tapi tidak di potong cepak, mereka bahkan belum di perbolehkan memakai pakaian loreng hijau atau jas kebesaran khas tentara Jepang.

Dengan seragam khusus Akademi militer yang berbeda dengan seragam prajurit sungguhan, para calon prajurit ini berbaris dilapangan akademi untuk mengikuti upacara kelulusan mereka, tinggal menunggu sang Jendral yang akan datang langsung dari Tokyo dengan helikopter militer, untuk membuka upacara kelulusan mereka.

"Naruto! Masuklah kebarisan, jangan mentang-mentang Tou-chanmu Jenderal kau seenaknya duduk di tenda tamu seperti ini!" Omel Kushina karena anaknya itu masih asik duduk di kursi yang seharusnya di duduki suaminya dan memakan kue yang tersaji di meja di depannya.

"Issss, kau ini jangan membuat malu Tou-chan, Baka Ototou." Tambah Sara yang duduk tepat di belakang Kushina

"Kalian berdua ini cerewet sekali, ttebayo...,"

"Kau mau masuk kebarisan dengan berjalan kaki atau ku tendan,g ttebane." Khusina sudah mengeluarkan aura menakutkan dengan tangan yang terkepal

"Hai' Kaa-chan." Jawab Naruto sambil berlari terbirit birit.

.

.

Helikopter itu mendarat dengan sukses di lapangan akademi militer tapi betapa terkejutnya semua orang yang ada disana karena yang turun dari helikopter bukan sang Jendral yang mereka tunggu, empat orang dengan jas hitam Turun dari helikopter yang berada. Mata Naruto membulat, tiga dari empat orang itu adalah orang-orang yang menyerang Namikaze mansion saat dia berusia tiga belas tahun, saat sang ayah sedang dalam perjalanan dinas.

Mereka adalah para prajurit yang diberhentikan ayahnya secara tidak hormat karena sudah menjual senjata di markas besar pada pembenrontak pemberontak di China yang membuat pemerintah China mengira Jepang berkomplot dengan pemberontak. Merekalah yang menembak dada kiri Menma saudara kembarnya tepat di depan matanya, sebagai bentuk balas dendam akan keputusan sang Ayah.

Yang lebih membuat Naruto terkejut lagi adalah orang keempat itu adalah tidak lain Uchiha Sasuke, sahabat sekaligus rivalnya.

Akatsuki, organisasi pemberontakan Jepang ini sudah menyebarkan teror di Jepang selama oima tahun, di ketuai mantan tiga kolonel JSDF, Nagato yang tidak lain kakak ipar Jenderal, Yahiko, dan Hidan.

Hari ini mereka akan menyebarkan teror lagi di Akademi Militer Tertua di Jepang, tentu bukan tanpa alasan mereka melakukan ini, putra Jenderal Namikaze, adalah salah satu dari ratusan calon prajurit yang akan menjalani acara kelulusan hari ini.

Merekrut Uchiha Sasuke yang merupakan mantan siswa akademi milter ini, membuat usaha mereka untuk menyusup berjalan mulus, Akademi Militer Shokasonjuku sekarang dikepung oleh akatsuki, para perwira yang berstasus Sensei di tempat ini berada di bawah tudingan senjata api mereka, para calon prajurit dan para tamu undangan yang sebagian warga sipil dan pejabat setempat, juga di luput dari tudingan senjata mereka.

"MANA ANAK NAMIKAZE SIALAN ITU, HAH! Tunjukan batang hidungmu atau akademi ini akan rata dengan tanah!" Teriak Nagato yang membuat jantung Kushina seolah berhenti.

'Jangan Kami-sama jangan terulang lagi, cukup, cukup kehilangan Menma saja aku bisa membuatku masuk rumah sakit jiwa' Batin Kushina saat melihat sang kakak berteriak mencari anaknya.

Namikaze Naruto anak laki-laki yang baru menginjak usia tujuh belas tahun itu keluar dari barisan dan mendekati sang paman "AKU DISINI NAGATO JI-SAN!"

"Hai apa kabar keponakan?" Ucap Nagato sakratis, "Yahiko bawa dia!" Dengan itu Yahiko segera menarik kerah baju Naruto.

"Kalian jangan ada yang mencoba yang meninggalkan tempat ini akau akan berakhir seperti dia!" Ujar Nagato lagi sembari melirik Hidan dan-,

JDUARRRRR

Suara tembakan memecah keheningan, Hidan menembak salah satu calon prajurit teman Naruto hingga jatuh ketanah dan menghembuskan nafas terakhir.

"BRENGSEK! AKU SUDAH MENYERAHKAN DIRI KENAPA KALIAN MASIH MEMBUNUH HAH!" Teriak Naruto yang berusaha menyerang tapi tangan Yahiko lagsung meninju pipinya, dan mereka pun menghilang entah kemana setelah menaiki humvee militer.

.

.

"Hinata-chan... kau melamunkan apa?" Panggil Matsuri dengan ceria, sekarang mereka sedang berada di pantai Yamaguchi, sekolah kejuruannya mereka hari ini sedang melakukan study tour pantai Yamaguchi, setelah beberapa hari yang lalu mereka melakukan acara kelulusan

"Ah tidak matsuri-chan...," sejujurnya Hinata saat sengat senang ketika sekolahnya mengadakan wisata di pantai Yamaguchi, bagaimana tidak ? Pantai ini berada satu distrik dengan Akademi Militer Shokasonjuku, 'kalau saja aku punya kesempatan untuk melihat acara kelulusan Naruto-kun, Naruto-kun bulan depan aku akan pindah Yokohama apa kita bisa bertemu lagi hm?' batin Hinata.

"Hinata, aku masuk bus dulu ya, kau jangan lama nanti tertinggal loh," ujar Matsuri seraya tersenyum girang.

"Iya Matsuri aku ambil jaketku dulu ya, tertinggal di kamar mandi."

..

"KOSONGKAN PANTAI INI!" Teriak orang-orang yang berjas hitam yang tidak lain adalah anggota Akatsuki sambil melepas tembakan ke udara.

"Kyaaaaa!" Para pengunjung dan orang yang berjualan di pantai sontak lari tunggang-langgang.

Orang-orang berjas hitam itu membentuk sebuah lingkaran sebagai pagar, di dalam ligkaran sudah ada dua orang berjas hitam yang sedang menghajar anak laki-laki berambut pirang.

Buggh

Naruto jatuh tersungkur setelah mendapat bogem mentah dari kakak dari ibunya, Nagato.

"Kalian belum puas dengan membunuh Menma hm? Mau membunuh aku juga?" tanya Naruto datar sembari memasang kuda-kuda.

.

.

Hinata begitu terkejut ketika dia keluar dari kamar mandi pantai itu, pantai itu kosong, ada sekitar sepuluh orang berjas hitam terkapar tak bernyawa. Satu orang berjas hitam dan berambut merah yang terduduk sekarat, dan yang membuat Hinata lebih tekejut lagi disana ada Naruto dengan nafas terengah-engah sedang berhadapan dengan orang berjas hitam dengan banyak tindik di wajahnya.

Dengan mengendap-ngendap di belakang batu-batu karang raksasa di sekitar pantai, Hinata mencoba mendekati mereka.

'Naruto-kun...,' batin Hinata

.

"Minato benar benar mendidikmu dengan baik, merebut senjata salah satu orang dan sekarang sepuluh orang sudah mati di tanganmu, bahkan pamanmu sendiri sudah kau buat sekarat," ucap Yahiko sakratis.

"Sebegitu saja kemampuanmu heh?" Ejek Naruto.

"Tapi kalau kala cepat bocah." Gerakan Yahiko dengan cepat mampu memborgol tangan Naruto, menendang kaki Naruto hingga dia berlutut.

"AKHHHHHHHH!!!" Teriak Naruto saat kaki nya di tendang dan tak bisa di gerakan lagi.

"Aku akan sampaikan salammu untuk orang tuamu, dan selamat bertemu dengan saudara kembarmu..." Yahiko mengambil jarak beberapa meter dan menodongkan pistol tepat di jantung Naruto. Naruto memejamkan matanya ia sudah siap menerima rasa sakit.

"Kaa-chan, Tou-chan, Saara nee, Sayonara."

DOORRR

Tembakan itu berbunyi dengan sangat kencang, Naruto membuka kelopak matanya, tak ada rasa sakit yang Naruto rasakan, tapi ada sebuah pelukan hangat, ia mengedarkan pandangannya pada wajah sosok yang sedang memeluknya.

"HINATA! KENAPA KAU DISINI? BODOH APA YANG KAU LAKUKAN!" Punggung kecil Hinata sudah tertembus dengan peluru, menggantikan dada kiri Naruto yang seharusnya menerima itu.

Hinata tersenyum, "aku tak pernah takut mati Naruto-kun, jika itu untuk melindungimu, karena aku... mencintai mu," seketika pelukan itu terlepas tubuh Hinata jatuh di atas pasir pantai, matanya menangis menahan sakit di punggungnya akibat tembakan.

"Huh... mengharukan sekali, akan menjadi drama yang sangat menarik," Timpal Yahiko, lalu ia mencoba mendekati Hinata.

"MAU APA KAU SIALAN JAUHI DIA SIALAN!" Naruto mengamuk, walau tanggannya di borgol dan kakinya tak bisa digerakkan tapi tak di indahkan oleh Yahiko.

"Bagaimana kalau kulakukan ini?" Tanya Yahiko sembari menjambak rambut Hinata.

"Akhhhhh," Hinata merintih kesakitan saat Yahiko menjambak rambutnya dan menyeretnya.

"BANGSAT! LEPASKAN DIA, LEPASKAN DIA, JAHANAM!" Naruto berteriak teriak seperti orang kesetanan, ia berjalan dengan menggunakan lutunya mengikuti kemana arah tubuh Hinata di seret, Yahiko tertawa terbahak-bahak seperti sedang bermain dengan bocah kecil yang sedang marah saat di jauhkan dari mainan barunya.

"Ayo kejar Naruto-kun..." Ejek Yahiko sambil tertawa "Oh lepaskan ya baik lah..." Diangkat nya tubuh Hinata dengan jambakan seingga posisi Hinata sekarang berdiri, lalu di lepaskannya seketika.

BUGGHHHHH

Bunyi keras tubuh Hinata mengantam pasir.

"BIADAB KAU!" Teriak Naruto sebari mendekati Hinata dengan berjalan menggukan lutut, tapi sebelum sampai-,

DOORRR!!!

Peluru Yahiko menembus kulit perut Naruto.

"AKHHHHH!" Teriak Naruto, dengan keadaaan merangkak menggeret tubuhnya sendiri sambil menahan sakitnya, Hinata yang kesadarannya mulai menipis melihat keadaan Naruto juga merangkak menyeret tubuhnya sendiri agar bisa mendekati Naruto.

"Naruto-kun," lirihnya selagi menahan sakit di punggunnya.

"Akh..., aku kasihan kalau harus menyiksa kalian lagi, aku percepat saja prosesnya, lagi pula aku harus segera memakamkan Nagato-sama..."

Yahiko mengambil katana yang tergeletak di pasir ia ayunkan untuk menebas punggung Hinata, ia berjalan mendekati Hinata.

"HINATA...!"Teriak Naruto entah dari mana kekuatanya ia berdiri berlari memeluk tubuh dari Hinata, dan-,

Crasssssr

Katana itu menyanyat punggung Naruto, seketika pandangan kedua insan ini menjadi gelap.

DORR

Suara tembakan peringatan, Minato datang terlambat bersama pasukannya.

"Semua anggotamu yang ada di Akademi sudah kami tangkap, dan yang ada disini sudah di selesaikan purtraku, tinggal kau yang tersisa Yahiko." Ucap Minato.

.

.

"HINATA...!" Naruto berteriak keras sekali seketika ia terduduk, di padanginya seluruh ruangan, ada ibunya yang sedang tertidur duduk dengan kepala yang digeletakan di kasur, kakak perempuannya sedang tertidur di sofa, dari sebelah kanannya ada tirai pembatas yang menandakan ada orang disebelahnya, disingkapnya tirai itu.

Ia tersenyum tipis, pasien di sebelahnya adalah tidak lain sahabat rambut pantat ayamnya, di sampingnya ada Mikoto yang tidur dengan posisi sama seperti ibunya, di sofa lain di ujung ruangan ada Itachi yang sedang tertidur dengan tenang.

"Huh.... tidak ada yang mendengar teriakanku, ttebayo," Keluh Naruto, "Akhh" Ia meringis karena luka di perutnya terasa sakit saat ia duduk tiba-tiba, "Tidur lagi saj,a ttebayo."

.

"Baka, kalau kau sudah sadar semalam harusnya kau bangunkan kami, dan Hinata, dia kusuruh tidur di hotel semalam, sudah seminggu dia menemani Kaa-chan menjagamu, aku jadi tak enak." Gerutu Saara, saat melihat Naruto begitu bangun sudah menanyakan Hinata.

"Oh jadi selama aku tidak sadar, kau enak -enakan tidur di hotel Nee-chan? Anak gadis macam apa kau ini ck."

"Kau pingsan lama sekali Dobe, seperti orang mati." Komentar Sasuke saat tirai pemisah mereka di buka, Mikoto tersenyum manis.

"Ohayou minna," sapa Mikoto.

"Ohayou...," suara dua gadis dengan rambut berbeda warna menambah keceriaan pagi itu.

"Ne, Hinata-chan kemari sayang..." Panggil Kushina, sementara Sakura dia langgsung berjalan ke ranjang Sasuke.

"Sakura-chan kenapa kau ada disini, kau pasti khawatir padaku ya?" Celoteh Naruto penuh harap, ia lupa kalau Hinata disampingnya.

"Oi bocah, kau tidak lihat di sini ada Hinata, tadi saja kau tanya tanya keadaanya saat dia datang kau acuhkan, dia sampai rela tidak pulang ke Tokyo saat sudah membaik, hanya untuk menunggumu siuman." Kushina geram melihat tingkah anak laki lakinya sudah jelas jelas Sakura itu kekasih Sasuke tapi masih saja berharap.

Padahal ada gadis lain yang mencintainya.

"Eh, Hinata bagaimana keadaanmu?" Tanya Naruto kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Uhm, Baik Naruto-kun." Sepasang pipi gembul Hinata bersemu merah.

.

"Hinata-chan, aku minta tolong jaga si Baka ini dulu ya, aku mau pulang dulu ke hotel mengambil pakaian ganti, Kaa-chan mungkin agak lama kembali, dia sedang menjumput Tsunade Baa-chan dan Jiraiya Ji-chan di stasiun.

"Baik Sara-nee..." Jawab Hinata lembut.

"Tachi-kun ayo," ajak Sara pada pacar barunya itu.

"Anikiku ini tak usah kau panggil terlalu manis Saara-nee." Protes Sasuke ia merasa geli dengan dua pasangan yang baru dijodohkan ini padahal sebelumnya jika Saara mengoceh hanya akan di jawab Itachi dengan 'HN'.

"Biarkan saja Sachi dia hanya iri karena dia dan Sakura tidak punya panggilan sayang." Jawab Itachi seraya meraih tangan Sara.

"Apa ada yang tak ketahui selama aku pingsan?" tanya Naruto celengak celinguk.

"Itachi nii dan Saara-nee sudah dijodohkan oleh Minato-sama dan Fugaku-sama Naruto." Jawab Sakura sambil menyuapkan bubur ke mulut Sasuke.

.

Naruto meliririk dengan ekor mata saat Sakura sedang menyuapi bubur ke pada Sasuke, ada sedikit rasa iri dihatinya, saat melihat Sasuke begitu di perhatikan oleh Sakura.

Padahal dia sendiri saat ini sedang di suapi bubur dengan lembut oleh Hinata.

"Sakura-chan, tak bisa kah kau melihatku sedikit? Kenapa hanya si Teme yang kau perhatikan?" Ucap Naruto frontal, dia seolah lupa kalau Sakura itu adalah kekasih sahabatnya sendiri yang berada disitu.

"Apa maksudmu Dobe?" Selidik Sasuke.

"Aku mencintainya mau apa kau?" tantang Naruto," nyut..., hati Hinata ngilu, tidak dianggapkah keberadaannya disini?

"Kuso..!" Sasuke dan Naruto turun dari ranjang masing-masing dan mencabut selang infus dan saling mendekat.

Sakura dan Hinata sudah siap untuk melerai mereka.

"Kau tau dia milikku Dobe!" Sasuke menarik kerah piama rumah sakit Naruto.

"Aku tidak peduli, aku lah yang menemaninya selama kau hilang."

"Kau hanya pelariannya Dobe."

"Apa maksudmu Teme?" Naruto mencoba mencoba meninju Sasuke, tapi luka di perutnya mendadak ngilu saat ia mengangkat tangan. "Akh," keluh Naruto.

"Naruto-kun hati-hati..." ucap Hinata perhatian.

"Lucu," sela Sasuke, "kau mencintai kekasih orang lain, tapi kau tak sadar ada gadis lain yang mencintaimu."

Naruto terdiam, dia menoleh ke arah Hinata yang berada di belakangnya, seketika ia ingat pernyataan cinta Hinata

"Kenapa kau disini?" Tanya Naruto dingin pada Hinata. "Kau siapa ku heh? Kekasih ku? Saudaraku? Atau ibuku? Aku tidak butuh kau disini kau bisa pergi sekarang!"

Hinata tersentak mendengar penuturan tajam Naruto, tak pernah Naruto bicara sekejam itu padanya.

"Kau tidak punya telinga Hyuuga? aku bilang aku tidak membutuhkanmu, kenapa kau masih disini?"

"Naruto kau keterlaluan," potong Sakura.

"Kau lebih brengsek dari aku ternyata Dobe!"

"Dan oh iya, tentang pernyataanmu waktu itu, kau akan mendapatkan kepastiannya hari ini. Jangan berharap lagi padaku Hyuuga, Aku hanya mencintai Sakura-chan sekalipun dia sudah jadi milik Sasuke, kupastikan akan merebutnya." Naruto menambahkan lagi kata-kata kejamnya.

"Sialan kau Dobe!" Sasuke ingin menghajar Naruto tapi pelukan Sakura menghalanginya.

"Kau menunggu apalagi Hyuuga?, pergilah dan jangan pernah muncul lagi di hadapan ku!" Entah emosi apa yang sudah merasuki Naruto melihat kemesraan Sakura dan Sasuke, membuat darahnya mendidih, dan mengeluarkan kata-kata kasar. Ia tak pernah tau akibat dari kata-katanya itu Hinata benar-benar menghilang dari kehidupannya.

"Sayonara Naruto-kun" Ucapan Hinata yang lirih dan memilukan. Itu adalah suara terakhir yang bisa kau dengar Naruto dari bibir mungil Hinata. Hinata berjalan mundur dan meninggalkan ruangan itu.

.

"Hinata sudah pulang ke Tokyo, ini ada titipan untukmu..." Ujar Saara sambil menyerahkan sebuah paper bag, yang berisi surat dan hadiah dari Hinata.

...

Naruto-kun jaga diri baik-baik, ya.
Jika Naruto-kun ingin aku pergi aku akan pergi.
Tapi Naruto-kun harus berjanji untuk selalu sehat.
Soal pernyataanku tempo hari tolong lupakan saja ya....
Anggap saja aku tak pernah bicara apapun, aku doa kan suatu hari nanti Naruto-kun menjadi Jenderal yang hebat seperti Minato ji-san.
Menikah dengan Sakura-chan, dan punya anak yang lucu.
Oh ya, Naruto-kun maaf waktu itu aku tak sempat merajutkan syal untukmu
Karena aku sedang ujian akhir.
Ini syalnya sudah selesai.
Hontou ni arigatou Naruto-kun untuk perhatian dan ke baikanmu selama ini

Sayonara...

...

"Cih." diremasnya surat itu dimasukkan ke dalam paper bag pemberian Hinata tanpa melihat lagi isi paper bag itu, dilemparnya paperbag itu hingga mendarat di dekat kotak sampah kamarnya.

.

Saat petugas rumah sakit akan mengambil mengambil isi kotak sampah di kamar Naruto.

"Nona apa ini sampah?" Karena melihat tadi Naruto melempar barang itu Saara hanya mengangguk tanpa beralih dari majalahnya.

"Oi, jangan sembarangan mengambil barang orang lain!" Teriak Naruto saat petugas itu ingin mengambil paper bag yang ia buang tadi.

"Kembalikan!" Ucap Naruto. Petugas itu memberikan paper bag itu pada Naruto di buka oleh nya antusias dan ditatapnya dengan tatapan sendu.

"Aneh sudah dibuang diambilnya lagi?" Komentar Saara yang tidak tahu apa-apa.

"Dia menyesal." Komentar Sasuke.

Di jawab dengan anggukan oleh Sakura.

end flash back

.

.

Kau tak pernah mencintai ku Naruto.
Kau hanya tidak ingin kalah dari Sasuke.
Kau hanya terbiasa karena sejak kecil kita di besarkan bersama.
Kau tidak pernah menangis saat aku pergi dengan Sasuke.
Kau tidak pernah berkeluh kesah padaku yang kau lakukanhanya mencari perhatianku saja.
Pikirkan yang ku ucapkan sekarang.
Bagaimana rasanya tanpa Hinata sekarang.
Apa Sama seperti tanpa aku.

...

Naruto memampakkan manik sewarna samudera miliknya, perkataan Sakura setelah kepergian Hinata, kerap kali terngiang di telinganya, semua yang dikatakan Sakura itu benar dan bodohnya dia baru bisa menyadari saat gadis itu sudah menjauh darinya.

Stasiun Shinagawa Tokyo tak begitu ramai hari ini mengingat ini adalah Hari minggu, Naruto turun dari dari kereta cepat yang membawa nya dari Yamaguchi kota Kobe, kembali Tokyo. Ini mengingatkannya saat hari pelantikanya sebagai prajurit, naik kereta dari Yamaguchi bersama temam-teman sengangkatanya dengan seragam resmi JSDF lengkap, Untuk menghadiri acara pelantikan mereka di markas besar JSDF, dan disambut oleh banyak keluarga saat sampai di stasiun.

"Apa Kaa-chan tidak memberi tahu yang lain aku pulang hari ini, huh?" Gerutu Naruto saat melihat tak satupun keluarga yang menjemputnya.

Mengotak ngatik ponsel pintarnya dan membuka group chat bersama teman junior high schoolnya dulu.

.

namikazenaruto : minna, aku di Tokyo hari ini, datang lah kerumah, Kaa-chan memasak banyak makanan, bawa pasangan kalian, ttebayo.

sabakugaara : kita kembali bersama dari Libiya Naruto, kenapa kau baru sampai Tokyo?

narashikamaru : mendokusei na , ini hari minggu aku punya jadwal tidur siang kuning.

shimurasai : aku tergantung Ino-chan.

uchihasasuke : aku sudah tahu Dobe.

uchihasakura : kami sudah  dalam perjalanan, Naruto.

akimichicouji : makanan aku datang...

rocklee : aku pulang ke Beijing bersama ce Tenten lain waktu, Naruto.

shimuraino : kami pergi setelah Sai selesai mencuci mobil, Naruto

inuzukakiba: aku pergi dengan Akamaru

shino : aku datang Naruto

hyuuganeji : aku sibuk.

'Neji menjawab,tumben,' batin Naruto

namikazenaruto : Neji sombong sekali kau ayolah datang ajak Hinata juga.

hyuuganeji : Huh kenapa harus ku ajak?

namikazenaruto: ayolah Neji, eh kenapa Hinata tidak ada di grup ini?

hyuuganeji : kau lupa kau yang mengusirnya?

Sebenarnya Neji tidak tau apa-apa tentang kejadian di Yamagushi  Sembilan tahun yang lalu, lalu ia hanya asal menjawab, tapi itu membuat Naruto kecil hati.

namikazenaruto : boleh aku minta idnya Neji 😞???

narashikamaru : pirang!!!! Kalau kau ingin ngobrol dengan Neji berdua saja, chat pribadi saja sana ponsel ku berbunyi terus karena kau ribut di grup, kau mengganggu waktu tidur berhargaku BAKA!!!

Hinata benar-benar menghilang sesuai permintaan Naruto, bahkan untuk bergabung di grup chat atau datang ke acara reuni yang ada Naruto di enggan.

.

"BAKA OTOTOU...!" Teriakan cempreng it,u Naruto hafal betul suara kakak perempuannya ini.

"ONEE-CHAN...!" Naruto dan Saara berlari saling menghampiri dengan dramatis bagai dua saudara yang bertahun tahun tidak bertemu.

"BAKA OTOTOU...!" Sambil berlari lari semua orang di stasiun melihat mereka dengan tatapan aneh, Sara seolah lupa meninggalkan suami yang sedang menggendong anaknya dibelakang.

"ONEE-CHAN...!" Sambil berlari juga.

"BAKA OTOTOU...!"

"ONEE-CHAN...!"

Dan saat jarak antara mereka sudah sangat dekat mereka berpelukan, Naruto bahkan memeluk Saara dengan sedikit mengangkatnya lalu mereka berputar putar, siapa pun yang melihat adegan ini bisa di pastikan akan menyangka Naruto dan Saara adalah sepasang kekasih.

Toel toel

Ada jari yang menoel-noel pundak Naruto menggunakan telunjuk.

"Ehem..., bisa kau lepas kan pelukan possesif mu pada istriku, adik ipar?" Ternyata itu adalah Itachi yang melihat adegan pelukan kakak adik yang menyerupai sepasang kekasih.

"Oh ayolah kakak ipar, aku tahu kau sangat mencintai Nee-chan ku ini, tapi kenapa kau harus cemburu juga padaku, aku dan Sara nee lahir dari satu rahim yang sama, kau tau itu," Ucap Naruto dengan tanpa disaring.

"Kakak ipar manapun akan merasa waspada jika punya adik ipar mesum seperti mu." Jawab Itachi datar, ia menyodorkan Tobi untuk Naruto gendong dan berjalan menuju parkiran dengan memeluk possesif pinggang istrinya

"Lihat Tobi papa mu kekanakan sekali" Ujar Naruto pada balita berusia 1 lebih itu.

"Pa...me cum." rancau Tobi

.

.

"Du...du...du..." Kushina bersenandung sambil menambahkan sentuhan terakhir pada makanan yang tersaji dimeja makan, tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang memeluk pinggangnya.

"Sedari tadi kau hanya sibuk menyiapkan kedatangan putramu, kau mengabaikan ku." protes Minato sembari menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher Kushina.

"Hentikan Minato-kun sebentar lagi Naruto tiba, aku harus menyiapkan semua makanan ini."

"Apa semuanya untuk Naruto, hm? Jadi aku tidak boleh memakannya?" Rajuk Minato sambil mengerucutkan bibirnya.

Cup

Kushina berjinjit dan mencium bibir yang mengerucut itu.

"Oi...., Kaa-chan Tou-chan Ingatlah kalian sudah punya cucu, berhetilah berbuat bertingkah seperti pengantin baru selamanya, huh!" Minato dan Kushina hafal betul suara itu ,suara putra satu-satunya mereka.

Putra mereka yang selama ini hanya pulang di satu bulan sekali itu pun di malam hari dan besok paginya akan pergi jauh lagi menjalankan tugas sebagai Jietai.

"NARUTO!" Teriak Kushina dengan histeris sampai seluruh penghuni rumah menutup telinga, Kushina berlari dan menerjang kepelukan putranya.

"Naruto kau tega, kau tega pada Kaa-chan, hah? Selalu pulang sebentar ke Tokyo, ini rumah mu, bukan penginapan tempat kau singgah jika hanya ada tugas di Tokyo." Isak Kushina sambil menenggelamkan kepala di dada bidang putranya.

"Ehem, bisa kau lepaskan pelukanmu pada istriku Kapten Namikaze Naruto." Minato menginstrupsi.

"Tou-chan kenapa kau sama seperti Itachi-nii saja, Kaa-chan ini hanya milikmu seorang kau tak perlu cemburu begitu padaku, aku tak akan bergairah, dia itu sudah jadi nenek-nenek, walau nenek-nenek sexy..." rajuk Naruto.

BLETAKKKKK.

Kushina menjitak kepala putranya "Ralat kata-katamu, aku ini masih muda!!! Dasar bocah mesum!!"

"Nah itu dia jawabannya, karena laki-laki Namikaze itu semuanya mesum maka selalu jaga istri atau pacarmu dari sesama Namikaze," tambah Minato.

"HAHAHA HAHHAHA." Semua anggota keluarga itu pun tertawa terbahak sudah lama sekali mereka tidak berkumpul seperti ini.

"Tidak merindukan Tou-chan jagoan," Ucap Minato seraya merentangkan telapak tangannya berharap di peluk, tapi Naruto malah berlari dan menerjang Minato dengan sebuah tinjuan di perutnya.

"Itu balasan untuk Tou-chan yang lama datang dalam kejadian sembilan tahun lalu, kau hampir membuat atku dan Hinata mati ttebayo."

"Kenapa baru di balas sekarang huh?" Ujar Minato seraya memegang perutnya kesakitan, sebenarnya tidak terlalu sakit sih, tapi Minato hanya mendramatisir.

"Karena kau sekarang sudah bukan Jendral lagi, Tou-chan. Jadi karirku aman..." Jawab Naruto sekenanya.

"Ne, ngomong-ngomong soal mesum, dimana pasangan paling mesum di rumah ini?" Tanya Naruto, siapa lagi yang dia maksud selain kakek neneknya.

Minato, Kushina, Saara dan Itachi hanya memutar bola mata bereka kesembarang arah.

"Oh aku tahu," ujar Naruto kegirangan.

Naruto berjalan setengah berlari ke kamar lantai dua milik kakek dan neneknya, dan tada... ,begitu pintu dibuka,

"GAKI...!" Teriak Tsunade lalu melempar bantal ke kepala Naruto.

.

.

Naruto memakan porsi makan siangnya dengan lingkaran mata membiru, hal ini terjadi karena dia membuka pintu kamar kakek, dan neneknya sedang mempertontonkan adegan film dewasa secara live.

'Malang sekali nasibmu nak, baru pulang sudah mendapat tonjokan,' Batin Minato.

Sementara sang pelaku nenek-nenek cantik ini, sedang asik meminum teh herbal nya setelah menyantap makan siang nya.

"Baa-chan, Ji-chan, kalian tahu umur kenapa sih ? Kalau mau beryoga selau saja kamar tidak kunci, kalian tidak tau? Betapa seringnya aku dan nee-chan menonton film dewasa secara live, oh dan iya, Baa-chan berhentilah membodohi Jii-chan genitku ini dengan terus melakukan operasi plastik, kasian sekali dia terus menjadikanmu objek khayalan dalam novelnya padahal itu adalah tipuan semu." Oceh Naruto tanpa sadar aura di sekitarnya sudah mulai gelap.

Poor Naruto.

.

.

"Koniciwa...," suara riang sepasang anak kecil memenuhi ruang tamu Namikaze mansion.

"Ah, Ken, Rin, sudah datang kalian...," Ujar Kushina riang sambing merentangkan kedua tangannya ingin memeluk dan di balas oleh anak-anak itu.

Dua anak kecil dari klan Hatake itu langsung memeluk bibi, ya bibi bukan nenek, mengingat usia orang tua mereka dengan Kushina hanya terpaut 10 tahun.

Dua anak kecil tersebut langsung mendekati Saara yang saat ini sedang menggendong Tobi.

"Kakashi mau kau kirim kemana lagi anakku setelah ini?" Ujar Kushina sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Shizune melihat wajah suaminya langsung berubah menjadi kikuk karena pertanyaan Kushina, hanya terkikik dan mengikuti kedua anaknya bermain dengan Tobi.

"JSDF tidak semudah itu Kushina, kau tidak bisa seenaknya menahan anakmu. Apalagi dia adalah jietai elit yang diutus Jepang sebagai pasukan perdamaian PBB." Intrupsi Minato saat mendengar pertanyaan Kushina yang sangat tidak masuk akal baginya, bagaimanapun ia adalah seorang Jenderal. Dulu.

"Kau tak tahu perasaan seorang ibu Minato-kun."

"Tapi aku pernah menjadi Jenderal, dan pasti aku akan jawab begitu jika kau bertanya padaku saat aku masih menjabat."

Kushina memutar matanya bosan.

"Hehe, tenang saja Kushina-nee, Naruto mendapat cuti selama satu bulan sebagai imbalannya membantu melerai pemberontakan di Libiya, perang saudara di Filiphina, oh... dan jangan lupa jasanya yang akan diingat seluruh Jepang, menghabisi sebagian Akatsuki, dan satu lagi saat Jepang di serang tsunami tiga tahun lalu, dia terjun langsung menyelamatkan para korban," Jelas Kakashi.

"Lalu setelah itu dia akan kau kirim kemana?" Tanya Kushina sakratis.

"Dia akan tetap di Tokyo Nee-san, Divisi Penanggulangan Teroris di markas besar, bulan depan kaptennya akan pindah ke Hokaido, menjadi panglima markas disana," tambah Kakashi.

"Kya...," Kushina kesenangan dan berhambur kepelukan Minato.

...

Saat ini teman-teman Naruto dari Junior High School minus Hinata, Lee, dan Ten ten,sudah berkumpul di halaman belakang Namikaze Mansion yang sedang mengadakan pesta barbekyu untuk merayakan cuti panjang Naruto. Maklum setelah resmi dilantik menjadi prajurit Naruto langsung di pilih menjadi pasukan perdamaian PBB. Hal itu membuatnya sering berkeliling dunia untuk membantu misi-misi perdamaian PBB yang membutuhkan prajurit dari Jepang.

Namikaze mansion selalu menjadi base camp bagi sahabat sahabat Naruto, jadi tidak heran keluarga Namikaze hampir mengenal semua sahabat puteranya itu.

Choji di berikan panggangan khusus untuk memanggang barbekyunya sendiri, karena Kushina kesal dengan porsinya yang besar, akhirnya Khusina memberikan panggangan dan daging yang berbeda untuk si tambun satu itu, agar tidak mengganggu yang lain.

Kushina, Tsunade, Shizune, Ino, Temari, Saara dan Matsuri sedang duduk di sofa teras bersama, mereka sedang berbagi pengalaman kepada Matsuri, istri Gaara yang sedang hamil muda.

Sakura dan Sasuke duduk menjauhi asap panggangan barbekyu mereka terkesan seperti mojok berdua, dan sedari tadi hanya makan salad buah dan sayur. Mungkin sebagian orang menganggap mereka berdua pasangan mesum yang sedang mojok menjauhi keramaian. Tapi Shizune tau mereka berdua sedang menjaga kualitas ovum dan sperma mereka, dan rasa gugup menghadapi inseminasi besok lusa.

Dan para laki-laki nista ini minus Neji yang belum datang, Sasuke, dan Choji yang asik dengan panggangan privatnya, sedang mengadakan PERVET SHARING SESSION, mereka duduk bersila membentuk lingkaran di halaman belakang Namikaze Mansion dipimpin oleh master pervet Jiraiya sama dengan narasumber Kapten Namikaze Naruto yang baru kembali dari 'petualangannya' keliling dunia (bukan petualangan perang Naruto yang dimaksud disini, tau sendiri, bukan?).

"Ne, Naruto Jadi bisa kau ceritakan tentang Amaru-chan, gadis blasteran brazil Jepang yang foto kau kirim di grup," Buka sang master.

Oh jangan salah para laki-laki nista ini juga punya grup chat khusus untuk membagi info dan foto koleksi dewasa mereka, tanyakan pada Minato apa dia marah pada anaknya yang mengikuti jejak ke hentaian dirinya dan sang Ayah?, karena dia sendirilah yang membimbing Naruto mengasah kemampuan hentainya. Baru saja Naruto ingin bercerita ada suara lain yang menginstrupsi.

"Ano, Otou-san, bukan kah lebih menarik menceritakan Koyuki yang blasteran Jepang Korea? Ini Naruto, foto yang kau kirim ini," instrupsi Minato sambil menyerahkan ponselnya ke Naruto.

"Yang mana sih?" Naruto meladeni dengan antusias dengan mendekat ke ayahnya.

"Mana mana mana?" Neji yang baru datang langsung penasaran ingin melihat.

"Itu kurang pas, bagaimana kalau Shion-chan Naruto, yang fotonya kau kirim saat kau di Venezuela, yang blasteran Jepang Italy itu," protes Kakashi.

"Angel, yang saat kau di Filiphina juga boleh Naruto," Saran Sai.

"Tidak-tidak bagaimana kalau Miss Steffany yang saat kau Kanada Naruto," Kiba menimpali.

Sementara Shikamaru di diam-diam menyimak dalam keadaan pura-pura tidur

"Hei satu-satu, jadi aku harus mulai dari yang mana, ttebayo..." Seketika aura menjadi gelap para laki-laki nista yang sedari tadi berebut bertanya pada Naruto, menunduk diam seribu bahasa, dan sang ayah, kakek, guru, serta kakak iparnya entah sudah menghilang kemana.

Patah-patah Naruto menoleh ke arah belakangnya dan ternyata penampakan sang Kaa-chan dengan rambut merah yang berterbangan serta mengepalkan kedua tanggannya,

"HENTAI GAKI!" Teriak Kushina. Para pria nista itu berlari berhamburan, meninggalkan Naruto sendirian. Dan setelah itu apa yang terjadi sudah dapat diprediksi.

...

Naruto duduk di sofa teras dengan lukisan indah telapak tangan sang Kaa-chan di pipinya

"Kaa-chan tidak mau tahu, secepatnya kau harus segera di suntik vaksin HIV, oh ya jangan lupa sebelumnya kau harus diperiksa apa kau sudah terserang HIV atau belum."

"Kaa-chan, aku bersumpah demi Kami-sama," Naruto membentuk huruf V dengan telunjuk dan jari tengahnya. "Aku tak pernah berhubungan lebih dengan mereka seperti yang kau kira... Aku hanya membawa mereka ke pesta-pesta agar aku terlihat keren dan tidak dianggap MAHO, alias manusia homo..." Bantah Naruto panjang lebar.

"Aku tidak mau tahu, kau tidak bisa dipercaya!!!" Kushina murka, dia mencurigai puteranya menebar benih dimana-mana. Padahal tingkat kemesuman Naruto tak sebejat yang Kushina pikir. Naruto itu prajurit teladan, idaman setiap wanita....

Gadis-gadis murahan itulah yang meminta berkencan dengan Naruto, dan sebagai pria baik Naruto hanya ingin memamerkannya pada teman-temannya. Namun naas, sikap paranoid sang ibu harus membuatnya terlibat dengan benda yang paling ia benci. Jarum suntik.

"Baiklah, tapi besok lusa, besok aku ada urusan," Jawab Naruto kesal.

"Aku akan minta bantuan Shizune mengawasi mu agar tidak kau tidak berbohong," oceh Kushina sambil pergi.

Mata Naruto melirik ke arah sang Ayah sedang asik mengobrol dengan Neji tentang urusan bisnis, ya semenjak pensiun dari JSDF, Minato mengambil alih Namikaze TV dari sang ayah Jiraiya, dan melakukan perombakkan besar-besaran pada semua acara TV tersebut.

Stasiun televisi yang sebelumnya hanya hampir bangkrut karena hanya menayangkan drama-drama impor dewasa dari berbagai negara (mungkin jika Jepang tidak melakukan tes lulus sensor, Jiraiya tidak akan memotong adegan di setiap drama yang dia impor itu.)

Ditangan Minato, berubah image menjadi Televisi Berita Jepang yang bergenggesi, bahkan CNN untuk Jepang pun dimenangkan tender oleh Namikaze TV. Neji berencana mensponsori salah satu acara olah raga di Namikaze TV, dengan salah satu produk motor keluaran terbaru Hyuuga Corp.

Begitu sang ayah meninggalkan sofanya segera Naruto yang duduk diposisi sang ayah.

"Neji-nii tunggu!" Pinta Naruto.

Neji melihat dengan padangan jijik karena dipanggil dengan sufix -nii.

"Hn..." Jawab Neji.

"Boleh aku minta id Hinata?"

"Tidak."

"Boleh ya,"

"Tidak."

"Neji-nii...,"

"Berhenti memanggil dengan suffix itu!" Neji marah.

"Baiklah-baiklah, Neji kau lihat Itachi-nii kan, kau lihat rambutnya begitu berkilau, kalau kau mau aku bisa memberi tahu mu shampo apa yang di belilkan Saara-nee untuk Itachi-nii asal kau...,"

"Kau menyogok ku Naruto?" Sinis Neji.

"Kau mau atau tidak?" Tawar Naruto.

"Apa shamponya?" Kyaaaa, Neji tergoda.

"Mana id nya?" Tagih Naruto.

"Is kau ini!" Ujar Neji seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. "Sudah kukirim, sekarang beritahu aku!"

Naruto menyelipkan rambut Neji ketelinga, dan membisikan sesuatu.

"Kami-sama..." Kushina dari kejauhan terperanjat melihat Naruto menyelipkan rambut Neji dan berbisik, ia menutup mulutnya seolah tak percaya "Ini tidak bisa dibiarkan, Naruto benar, dia memang tidak berhubungan aneh-aneh dengan gadis-gadis itu, tapi dia berhubungan dengan para pria..." kushina mengambil ponsel pintar dari sakunya memencet nomor telepon. "Shizune kau harus menolongku.".

...

Naruto mengotak atik ponsel pintarnya, ia mencoba menambahkan Hinata kedalam list teman di aplikasi chatnya

"Yosh ! Berhasil." Ditatapnya foto profil Hinata, foto dengan gaya candid Hinata menumpukan dagunya tangan kanannya, ia sedikit menoleh ke jendela sisi kanannya sehingga lebih banyak menampilkan sisi wajah kirinya, sepertinya foto itu diambil disebuah cafe karena disisi kiri Hinata ada mug lucu berbentuk kepala kelinci putih, rambut sisi kiri Hinata diselipkan di telinga, dan poni ratanya sedikit tiertiiup angin. Terlihat bagian atas baju Hinata berbahan sifon dengan warna peach.

"Kau cantik sekali sekarang, hm...?" Gumam Naruto sembari mengelus foto Wajah Hinata yang ada di ponselnya.

Tanpa buang waktu Naruto segera memulai chat dengan Hinata.

namikazenaruto: Hime apa kabar?

Tak ada balasan, dibaca pun tidak, Naruto mulai panik, dan tiba-tiba chatnya dengan Hinata menghilang.

Buru-buru dibuka menu pertemanannya, diketiknya nama Hinata dan melanjutkan proses mencari.

PENGGUNA INI MEMBLOKIR ANDA

"KUSSO!" Umpat Naruto sembari menjambak rambut pirang cepaknya.

.

Hinata's side

Hinata sedang asyik menyeruput ochanya di malam yang dingin seperti sekarang.

Trriiggggg

Suara aplikasi chat dari ponsel Hinata.

Mata Hinata terbelalak saat melihat notifikasinya.

NAMIKAZE NARUTO MENAMBAHKAN ANDA SEBAGAI TEMAN

Secepat kilat foto profil Naruto, sama persis seperti foto yang Naruto yang pernah Hanabi kirimkan padanya muncul, pertanda Naruto mengirimkan chat pertamanya.

Tanpa melihat isi chat Naruto, segera iya buka menu pertemanan, dicarinya nama laki-laki itu dan dipilihnya menu:

BLOKIR PENGGUNA INI

'Apalagi ini? Kenapa Naruto-kun begini, munggkin dia tidak sengaja, jika aku menerima permintaan pertemanannya dan bicara padanya nanti dia akan marah, bukankah dia tak menginginkanku,' batin Hinata dengan wajah cemas.

.

"Kuso! Kenapa ponsel Neji sibuk terus?" Naruto segera menghubungi ponsel Neji setelah akun chatnya di blokir oleh Hinata.

"Halo Neji, Hinata bersama mu berikan ponsel padanya aku ingin bicara!"

'Kau ini apa-apaan Naruto aku sedang berada Hokaido bersama Tou-sama sekarang!'

"Kalau begitu aku minta nomor ponsel Hinata!!" Naruto tak sabaran.

'CK, untuk apa?'

"Sudahlah Neji aku tidak mungkin berniat jahat pada Hinata, kubelikan shampo itu untuk mu besok,"

"Akan ku kirimkan, kirimkan juga shamponya besok, Naruto."

Klik

Telepon terputus.

"Akan ku antar langsung shampomu Kakak ipar, ke Hyuuga Mansion, besok pagi, pagi sekali." Ujar Naruto Tersenyum ceria.

.

.

Hinata sedanga asik menyiapkan sarapan untuknya dan sang adik, semalam ayah dan kakaknya terbang ke Hokaido, untuk perjalanan bisnis, dan sekatang tinggal dia berdua dengan adiknya.

"Nee-sama, kau sudah urus kelengkapan keberangkatanmu ke Paris minggu depan?" Celoteh Hanabi sambil menyumpitkan ramen kemulutnya.

"Sudah Hana-chan," jawab Hinata sembari ngelosekan selai di rotinya

"Jangan lupa besok kau ada janji dengan mei sensei kita akan ke Konoha Hospital, untuk vaksin HIV."

"Iya besok Hana, temani nee-sama ya... kau tidak usah sekolah dulu."

"Tentu Nee-sama, tapi aku yang bawa mobil ya."

"Nee-sama saja Hana."

Hanabi menunduk.

"Nee-sama juga tidak percaya padaku..." Ucap Hanabi seolah siap terisak, Hinata paling tidak tahan dengan mode ngambek adiknya yang seperti ini, ia tidak tega.

"Terserah kau saja," jawab Hinata.

"Hah benarkah, terimakasih nee-sama, aku pergi," Ucap Hanabi kegirangan.

"Hana habiskan dulu sarapanmu.., ah anak itu."

Hinata mendekati pintu tempat Hanabi keluar, berencana menutup pintu itu tapi tangan berwarna tan itu menghalangi pintu.

"Jangan ditutup!"

'Suara itu...' Batin Hinata

Hinata menatap orang itu dari bawah keatas, sepatu olah raga, jeans hitam, kemeja orange yang di gulung sampai disiku, wajah tan, tiga goresan di pipi, mata biru, dan rambut kuning , tidak salah lagi.

Sontak Hinata langsung menundukkan kepalanya, wajah itu cantik itu tak terlihat lagi, sekarang yang tampak helaian indigo miliknya.

"Apa kabar Hinata?" Tanya Naruto, Hinata tak mengeluarkan suaranya.

"Kenapa menunduk, huh?" Tak ada jawaban dari bibir Hinata, di lirikpun tidak.

"Boleh aku masuk?" Dijawab Hinata dengan bergeser dari jalan pintu, itu artinya Hinata mempersilahkan masuk.

"Tolong berikan ini untuk Neji, ya Hinata," ujar Naruto seraya meletakan Paper bag berisi shampo pesanan Neji, Hinata masih dia seribu bahasa.

"Dan ini untuk mu," Naruto menyerahkan sebucket kecil rangkaian mawar putih dan bunga lavender yang diterima oleh Hinata.

"Tak mau mengucapkan terimakasih, huh?" Naruto mulai kesal dengan sikap Hinata.

Pria pirang itu berjalan lagi menuju ruang makan, Hinata mengikutinya dengan menunduk.

"Ramen? Kau sengaja menyiapkan ini untukku 'kan Hime? Pasti Neji yang mengabarimu kalau aku akan berkunjung kesini..." Naruto berusaha mencairkan suasana antara dirinya dengan Hinata saat melihat sisa ramen sarapan Hanabi yang tidak habis, tapi Hinata tetap dingin dengan diam dan menunduk. Karma kah ini?

"Hinata aku mohon bicara, satu katapun tak apa, dan tolong jangan menunduk Hinata, tolong perlihatkan wajah cantikmu," ucap Naruto dengan memegang kedua lengan Hinata.

"Hinata aku tahu kau marah padaku tentang kejadian di Yamagushi sembilan  tahun yang lalu, kau boleh menamparku, berteriak atau memaki padaku, asal jangn diam seperti ini Hinata," Ucap Naruto dengan nada frustasi.

"Hinata aku tahu aku pengecut baru datang sekarang untuk minta maaf, aku tahu Hinata kesalahanku tak bisa dimaafkan, tapi aku mohon tampakkan wajahmu sebentar, dan satu kata satu kata saja tolong kau ucapkan, walaupun itu adalah makian aku terima, asal kau bicara padaku," habis, habis sudah pertahanan Naruto pria menitikan sedikit air mata di sudut matanya.

Perlahan kepala Hinata mulai terangkat, senyum kecil pun sedikit terbentuk di bibir Naruto. Mata Naruto membulat sempurna saat Hinata menatapnya dengan iris lavendernya yang di genangi air mata.

Ditangkupnya sepasang pipi gembul Hinata yang kemerahan dengan tangan besarnya, "maaf, maaf, maaf kan aku, Hime...." Suara Narruto terdengar parau.

"Naruto..," ucap Hinata pelan tanpa suffix -kun dan itu membuat dada Naruto terasa ngilu.

"Hm," Jawab Naruto lembut.

"Pergi." Ucap Hinata datar sambil melepaskan tangan Naruto dari pipiny.a

"Kau mengusirku?" Naruto masih tak percaya dengan kata yang keluarkan Hinata.

"Tolong pergi Naruto-san."

'-San suffix macam apa itu, yang kau pakai untuk memanggilku Hime? Sejauh itukah jarak antara kita sekarang, ya kau berhak bahkan mengusirku sekarang kau berhak. Ini yang disebut karma,' Batin Naruto.

"Aku pergi, tapi ku pastikan kita akan bertemu lagi." Ujar Naruto seraya berlalu.

Hinata terduduk dan menangis di lantai saat Naruto sudah pergi dengan mobilnya.

"Maaf Naruto-kun, tapi disini masih terasa sakit." Isak Hinata sambil memegang dadanya.

...

"Sakura, bagaimana persiapan besok?" Tanya Sasuke diantara kegiatan sarapan mereka.

"Besok aku akan datang pukul sepuluh pagi Sasuke-kun dan langsung memasuki ruang praktek Shizune Sensei, kita datang secara terpisah agar tidak ada yang curiga. Kau datang lima belas menit setelahnya, langsung keruang laboratorium, temui Deidara dan Sasori. Mereka adalah petugas laboratorium yang di tunjuk Shizune sensei untuk mengambil spermamu, jangan sebutkan identitas apa-apa, mereka tidak tahu apapun tentang mu, cukup katakan kau ini pasien Shizune sensei dan murid suaminya lalu berikan fotomu bersama timmu di akademi militer yang ada Kakashi senseinya. Itu kode yang beri Shizune sensei berikan. Jadwal Shizune sensei besok kosong, hanya ada kita pasiennya, dengan itu walaupun kau tidak menunjukan identitas apapun resiko kesalahan sangat amat kecil. karena hanya kau yang akan mengaku pasien Shizune sensei hari itu, satu orang laki-laki murid dari suami Shizune sensei". Jelas Sakura panjang lebar.

"Bagaimana dengan si Dobe itu? Dengan ciri-ciri yang disebutkan juga bisa mengarah padanya. Bukankah dia juga ada janji dengan Shizune sensei besok? Aku tak mau spermanya masuk ke rahimmu Sakura." Kesal Sasuke.

"Shizune sensei sudah mengurusnya, dia akan diantar Kushina Ba-san ke dokter Anko, kau tahu 'kan bagaimana Naruto kalau berhadapan dengan Kushina Ba-san?" Sakura terkekeh mendengar penuturan cemburu sang suami.

to be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top