Bab 5 : Semakin membaik.

"Paman, bibi. Aku datang berkunjung," seru Naruto memasuki rumah keluarga Uchiha dengan santai karena dari kecil memang sudah seperti itu, seolah keluarga Uchiha adalah rumah keduanya.

"Ayo masuk Naru, masuk." ajak Mikoto ramah seperti biasa,

"Bibi, Sasuke mana?"

"Dikamar sayang, tolong panggilkan juga agar kita bisa makan bersama."

"Aku akan kesana kalau begitu,"

Dengan langkah ringan Naruto menaiki tangga.

Sudah berapa tahun dia tak kelantai dua? Tak main ke kamar Sasuke? Rasanya memang ada yang hilang saat itu

Dengan santai dia membuka pintu kamar Sasuke,

"Teme... Kata bibi ayo ma... TEME!! APA YANG KAU LAKUKAN MESUM!!"

BUGH.

Dan suara pintu ditutup kasar oleh Naruto yang kini wajahnya memerah,

Sedangkan Sasuke kini membatu dengan posisi tengah memakai celana dalamnya.

"Sayang kenapa nak?" tanya Mikoto dari lantai bawah,

Dengan cepat Naruto bergegas kelantai bawah tanpa ada niat mau masuk kamar Sasuke kembali.

"Biar aku tebak, saat Naru masuk Sasuke tengah ganti baju." tebak Itachi yang kini melihat kecanggungan diantara keduanya.

"Diamlah Aniki, lebih baik kau makan makananmu." desis Sasuke berbahaya.

"Bibi, Sasuke mesum. Tadi aku berganti baju dia malah melihatku," curhat Naruto sungguh-sungguh,

"Itu salahmu tak menutup gorden."

"Lalu saat aku masuk kamar dia tak memakai pakaian dalam,"

"Kau tak mengetuk pintu dulu."

Naruto menatap Sasuke kesal.

"Paman, Sasuke menyebalkan." ujqr Naruto mengadu pada Fugaku yang memang dari kecil dia selalu mendapat pembelaan dan dukungan dari ayah Sasuke meski dia salah.

"Selalu mencari perlidungan pada ayahku, pengadu." cemooh Sasuke,

Fugaku menggeleng dan membuang nafas, "Kalian ini sudah dewasa, kenapa sikap kalian masih seperti remaja? Dan Sasuke, jangan menjahili Naru."

Naruto menjulurkan lidah merasa menang.

"Jadi sekarang kalian satu perusahaan dan akhirnya saling bertegur sapa lagi?" tanya Shion yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi adik iparnya besama Naruto.

Sasuke mengangguk singkat tak ingin membahas masalah sensitif itu.

"Benar Shion-nee, kami akhirnya bertegur sapa, bahkan Sasuke menyatakan cintanya dan mau menungguku membuka hati." jawab Naruto polos,

Semua mata langsung menatap Sasuke meminta penjelasan,

Jika mereka bertanya pada Naruto entah kenapa jawabannya akan kurang memuaskan.

"Ah maaf, aku mau mengangkat telepon dulu." pamit Naruto yang menjauhi ruang makan saat dirasa handphonenya bergetar.

"Kau benar-benar menyatakan cinta?" tanya Itachi serius,

"Ya."

"Dia dulu sulit move on darimu sampai bertemu pria yang akhirnya menjadi tunangannya tapi sayangnya pria itu gugur di medan perang. Dan sekarang kau menyatakan cinta bahkan menunggu cintamu dibalas?"

Sasuke membuang nafas menatap kakaknya, "Aku tahu. Aku tak masalah menunggu karena dia juga menungguku kala itu, dan aku serius dengan hubungan ini."

"Kau yakin akan mendapat restu orangtua Naru?" tanya Fugaku,

"Tentu saja."

Fugaku mendengus, "Aku tak yakin."

"Ayah harusnya mendukung."

"Ibu pasti medukungmu, bukan begitu Shion?"

"Aku tak yakin ibu, karena yang kita bicarakan disini bukan bibi Kushina yang selalu ramah, tapi paman Minato yang overprotektif. Aku masih ingat Neji-san diteriaki oleh paman Minato saat meminta restu bahkan diajak duel karate." ujar Shion memegang dagunya ala detektif,

Itachi menatap Sasuke dan terkekeh, "Adikku tak bisa berkelahi, sudah pasti gagal." tawa Itachi kesenangan.

"Nii-san kenapa tertawa?" tanya Naruto yang telah selesai dengan teleponnya.

"Naru, Sasuke pasti tak akan mampu meminta restu ayahmu. Ayahmu atlet karate semasa muda, dia sudah pasti akan menjadikan Sasuke sebagai samsaknya."

"Aku akan melindungi Sasuke, tenang saja."

Mendengar penyataan Naruto mereka yang tengah makanpun tergelak,

Apa Sasuke selemah itu sampai harus dilindungi oleh Naruto?

"Besok, besok kau ada waktu untuk berjalan-jalan bukan?" tanya Sasuke yang mengantarkan Naruto sampai gerbang rumah keluarga Namikaze, dia menggaruk telungkuknya canggung,

"Kita berkencan?"

"A-ah? Ya... Tentu saja, kau tidak mau?"

"Mau. Aku mau,"

"Tidak, aku tak mengijinkan." suara seorang pria dari arah belakang,

Minato dengan tampang garangnya menatap Sasuke tak suka,

"Ayah darimana?" tanya Naruto mengambil kantong kresek yang dibawa Minato,

"Minimarket, ibumu kehabisan kecap. Dan kau Uchiha bungsu, Naru tak akan berkencan denganmu besok atau kapanpun." seru Minato mendorong putrinya masuk.

Sasuke yang bahkan belum mengucapkan satu patah katapun hanya bisa terbengong.

Itu calon ayah mertuanya benar-benar tak menyukainya?

"Tentu tak suka Sasu-nii, ayah tau kisah kalian, kisah cinta bertepuk sebelah tangan Naru-nee. Mau?" Menma yang entah sejak kapan disana menyodorkan es krim yang ada di kresek,

Sasuke menggeleng, "Aku akan berjuang untuk restu itu Menma dan kau harus mendukungku karena aku akan memberikan semua koleksi gameku padamu. Bagaimana?"

Menma terdiam dan menyeringai, "Deal."

Bagus. Yang dia lakukan adalah mencari sekutu untuk menaklukan calon ayah mertuanya.

Ini pertama kalinya dia harus berjuang untuk seorang wanita.

Tentu saja ini pertama kali, dia ini tipe pria dikejar bukan mengejar.

"Aku sudah makan malam tadi dirumah Sasuke, jadi aku tak makan lagi, aku mau tidur." pamit Naruto yang sudah menyimpan kresek yang tadi dibawakannya.

"Tidak. Kita bicara Naru," ujar Minato menunjuk kursi yang ada didepannya,

Naruto mendecih tapi tetap menuruti perkataan ayahnya, karena dia tak mau menjadi anak durhaka.

"Ayah menentang hubunganmu dengan Sasuke."

"Kenapa?"

"Dia tak pantas untukmu, dia pernah menyakitimu, dia bisa kembali menyakitimu." seru Minato menyuarakan keberatan,

"Aku sudah dewasa ayah. Dan aku yakin Sasuke sudah berubah, memang sikapnya masih terkesan dingin, tapi dia sangat baik, sangat."

"Kau selalu membela pria itu, pokoknya selama cuti ayah akan mengawasimu."

"Jadi menurut ayah aku tak akan bahagia jika bersama Sasuke?"

"Ya."

"Itu artinya aku tak akan pernah bahagia ayah. Aku sekarang ini bahagia bersama Sasuke, dan jika ayah tak mengijinkanku bersamanya itu artinya ayah tak menginginkanku bahagia."

"Bukan seperti itu..."

"Ayah menyebalkan," ujar Naruto berlari ke lantai dua menuju kamarnya.

"Kushina apa aku salah?" tanya Minato menatap tangga lantai dua,

Sedangkan sang istri yang tengah menyiapkan makan malam menggeleng dan tersenyum.

"Kau melakukan itu untuk kebaikan Naru, tapi kau juga terlalu berlebihan menganggapi sesuatu, sudah saatnya dia berdiri sendiri, biarkan dia melupakan Neji."

"Bagaimana jika dia tersakiti lagi?"

"Bukankah ada kita yang akan menghiburnya? Jangan terlalu mengekang ya?"

"Baiklah..."

"Ayah mau es krim?" tawar Menma yang entah sejak kapan menonton adegan kedua orangtuanya itu.

"Kita akan makan malam dan kau malah makan manis, sini ayah satu."

Kushina hanya menggeleng.

Trak. Trak.

Naruto menatap jendela karena suara yang membentur kaca,

Mungkinkah Sasuke?

"Ya teme?"

Sasuke yang siap melemparkan batu lagi berhenti dan tersenyum kecil.

"Apa ayahmu memarahimu?" tanya Sasuke dari balkon kamarnya,

Naruto berjalan lebih dekat ke balkon dan menggeleng, "Kau akan tetap berjuang untukku meski ayah menentang bukan?"

"Tentu saja!!"

Naruto terkekeh an menopang dagu, "Andai sedari dulu. Akan sangat menyenangkan jika kita terus dekat seperti ini,"

"Maaf..."

Naruto menggeleng, "Bukan salahmu. Dan juga sekarang kita memiliki waktu bersama jadi itu bukan hal yang patut disayangkan, anggap saja itu adalah proses."

"Tidurlah, besok aku akan mengajakmu kencan." ujar Sasuke mengedipkan sebelah matanya,

Naruto mendengus melihat sikap Sasuke tapi tak banyak protes.

"Ya. Aku akan menunggumu menjemputku, semoga ayah mau menerimamu."

"Jangan khawatir, aku pasti akan mendapatkan restunya dan setelah itu melamarmu!!" teriak Sasuke sebelum akhirnya masuk kamar.

Minato yang mendengar teriakan iti hanya mengeratkan gemgamannya pada sumpit,

Anak ayam minta dikuliti sepertinya.

"Ayah, jangan merusak properti rumah, sumpit untuk makan, jangan melampiaskan amarahmu, kasihan bukan?" ujar Menma santai.

"Menma ayah ajarkan sesuatu padamu. Jangan pernah menyakiri wanita, kau bisa tak mendapat restu dari calon mertuamu atau bahkan akan kena karma. Sayangi wanita, jangan menyakiti mereka, dan cukup memiliki satu wanita saja yang kau cintai dan nikahi."

"Dan berapa banyak mantanmu Minato? Kau pikir aku tak tahu?" tanya Kushina menatap geli suaminya karena menasehati putra mereka padahal masa muda Minato tak jauh beda dengan Sasuke yang memang paras pria itu tampan.

"Setidaknya aku mencintai satu wanita dan itu dirimu, aku tak pernah mendua."

"Sepuluh tahun lalu, kau bahkan pernah makan dengan mantanmu."

"Itu masa lalu sudah lama, kami hanya reuni."

"Sudah lama katamu?! Itu seperti baru terjadi kemarin, kalian reuni mengenang masa kalian dipenuhi cinta bukan?!"

"Kenapa wanita senang membesarkan masalah yang kecil?"

Kushina menatap Minato garang, "Kecil katamu?! Hah?!"

Ahh... Sudah lama Menma tak menyaksikan pertengkaran kedua orangtuanya, dan selalu seru menjadi tontonan.

Tapi dia tahu jika kedua orangtuanya saling mencintai meski sering bertengkar.

"Besok kira-kira Naru-nee akan pergi kencan dengan Sasuke-nii tidak ya?" gumam Menma berjalan menuju kamarnya,

Sudah cukup menonton kedua orangtuanya bertengkar,

Keduanya tak sadar umur? Mereka tak muda lagi, jadi tidak usah membahas hal konyol seperti itu bukan?


TBC

A/N : Sebelum aku sok sibuk karena laporan akhir bulan maka aku sempatkan untuk meng-up cerita ini. Sebenernya cerita yang lain juga ingin aku up tapi... Waktuku terbatas, jadi sampai jumpa dilain waktu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top