Bab 3 : Jujurlah...
"Kau mau makan malam denganku?"
Beberapa pasang telinga dan mata langsung fokus pada Sasuke yang tengan mengajak asistennya sendiri kencan!!
"Makan? Hehe... Tentu saja, dimana?"
"Dirumahku."
Naruto yang sudah antusias langsung cemberut dan melempar pulpen pada atasannya itu.
"Itu sama saja bohong." seru Naruto,
"Aku yang masak."
"Sebagai pemberitahuan saja, terakhir aku mencicipi masakanmu aku sakit perut." ujar Naruto,
"Aku jamin sekarang tidak. Ya?"
Beberapa pasang mata menatap Hinata meminta penjelasan saat Sasuke dan Naruto pergi darisana untuk membahas kontrak baru.
"Hinata-san, apa Sasuke-san kencan dengan Naru?"
"Naruto-san bukankah sudah bertunangan? Aku bahkan menjaga jarak, aku menyukainya dari dulu."
Ahh lihat. Fans Naruto bertambah, jika kalian tak tahu, maka akan dia beritahu. Tanpa sepengetahuan temannya ini ada sekelompok pria di kantor yang mendeklarasikan sebagai fans dari Naruto.
Yaps. Wanita karir yang tak memiliki kepekaan akan hal romantis ini cukup banyak memiliki fans,
Mereka hanya bisa mengagumi tanpa bisa memiliki karena melihat cincin yang tersemat di jari manis wanita itu.
Dan sekarang mereka gempar karena Uchiha Sasuke terang-terangan mendekati pujaan hati mereka.
Selamat. Sasuke memiliki banyak musuh sekarang.
"Jangan tanya padaku. Kenapa tak langsung tanya pada yang bersangkutan?"
"Hinata-san..."
"Mereka teman masa kecil, jika sudah jodoh mau bagaimana? lagipula tunangan Naru sudah meninggal satu tahun lalu." jawab Hinata kesal.
"Hah?!! Bagaimana bisa?"
Hinata mengangkat bahunya tak peduli dengan rekan kerjanya yang protes karena tak diberitahu, dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
•
Sasuke menatap Naruto yang kini tidur di meja, tugas yang dia berikan pada Naruto sepertinya belum selesai dan hari juga memang sudah menjelang malam, hanya beberapa orang yang ada disana termasuk mereka.
"Dobe, bangun kita pulang ya?" bisik Sasuke ditelinga Naruto,
Wanita itu hanya menggerakan bibirnya dan kembali tidur.
"Dobe..."
"Neji-nii..." gumam Naruto,
"Nii?" beo Sasuke.
Dia mengusap air mata yang keluar dari mata tertutup Naruto,
"Apa masih ada ruang dihatimu untukku dobe."
Bruk.
Naruto langsung bangun saat dokumen dimejanya tersenggol oleh tangannya sendiri.
"Ah... Aku belum selesai!!" seru Naruto baru ingat,
"Eh... Sasuke? Kau belum pulang?"
"Kita pulang. Pekerjaan bisa besok," ajak Sasuke,
"Hm? Baiklah. Kau marah?"
"Tidak."
"Wajahmu menunjukan kau marah."
Sasuke terdiam dan berjalan mendahuli, yang paling tak dia sukai adalah saat orang tahu ekspresi datarnya dan Naruto bisa membedakan itu.
Yaps. Dia tengah kesal atau lebih tepatnya cemburu, rasanya tak rela mendengar Naruto mengucapkan nama tunangannya di alam bawah sadar. Seolah wanita itu benar-benar merindukan sosok itu.
'Tentu saja. Mereka bertunangan dan pria itu meninggal, tentu saja Naru tetap mengingatnya.' batin Sasuke dongkol.
"Makan malamnya bagaimana?"
"Besok. Aku akan menjemputmu besok dirumah, kita makan diluar."
"Ahh... Sasuke-kun sangat manis," puji Naruto dengan manja, merangkul lengan Sasuke dan menyandarkan kepalanya dilengah kokoh itu,
Ada rasa nyaman disana, dan dia tahu rasa nyaman itu datang karena mereka akhirnya kembali bersahabat.
Jauh di dalam lubuk hati Naruto masih ada nama Sasuke memang, tapi dia tak bisa melupakan Neji. Jika dia melupakan Neji dia akan merasa bersalah...
"Kau tak risih jika kita terkena gosip?" bisik Sasuke yang sebenarnya senang-senang saja dirangkul pujaan hati.
"Aku tak peduli. Apa salahnya, kita ini teman dari kecil, bahkan tidur bersamapun pernah." jawab Naruto enteng,
"Itu saat kita masih bocah dobe."
"Aku tak peduli... Ehh tunggu ada pesan dari Hinata." Naruto merogoh tasnya saat mendengar pesan masuk.
"Kenapa?"
"Hm? Ahh dia hanya pulang ke rumah utama katanya. Haahh... Aku akan sendirian," gumam Naruto.
"Mau kutemani?"
"Bolehkah? Kau tak sibuk?"
"Sudahlah ayo. Kau juga tak bawa mobilkan kesini? Diperjalanan kita juga beli makanan."
"Kau memang yang terbaik teme!!" seru Naruto senang.
Sasuke tersenyum kecil dan mengangguk.
Langit berpihak padanya agar bisa lebih cepat PDKT dengan Naruto.
•
•
•
Sasuke mengguyur tubuhnya dengan air hangat agar rileks. Setelah ini dia akan kerumah Naruto untuk menemaninya,
Kenapa dia menawarkan diri? Kalian berpikir dia moduskan? Tidak juga. Ya 50% dia modus sih, sisanya memang hanya ingin menemani, dia ingin lebih mengenal sosok Naruto setelah mereka tak pernah bertemu.
"Kau sudah datang Sasuke?" tanya Naruto menatap Sasuke yang tengah duduk santai dikursi tamu,
"Meski kau tahu aku akan datang. Bisakah kau mengunci pintu?"
"Memang kenapa?" tanya Naruto yang terus mengeringkan rambutnya,
Sasuke menepuk dahi, antara polos dan bodoh beda tipis memang.
"Kau itu wanita Naru!! Dan bagaimana jika ada orang jahat masuk kesini saat kau sedang mandi?!!"
"Kau mau berbuat jahat Sasuke."
Ya Tuhan. Otak lemot Naruto tak berubah.
"Ck. Dobe!!"
"Temani aku minum ya?" pinta Naruto, dia mengambil cemilan dan beberapa kaleng bir,
"Kau tidak kuat minum. Jangan berlebihan,"
"Tak apa. Ada kau yang menjagaku." ujar Naruto tersenyum santai.
Lihat. Kepolosan Naruto bisa membuat wanita itu dalam masalah suatu hari nanti.
•
"Naru soal tunanganmu. Dia meninggal bukan?"
Naruto terdiam dan mengangguk. "Tapi dia tetap hidup dihatiku," bisik Naruto,
"Jika aku memintamu untuk melupakannya apa kau mau?"
"Tidak bisa. Jika aku melupakannya, siapa yang akan mengingatnya lagi? Hanya aku yang menunggunya. Dia kesepian."
"Tapi aku ingin kau bahagia."
Naruto terkikik. "Aku sudah bahagia."
"Baiklah. Sudahi ini, kau mabuk, mau aku antar ke kamar."
"Aku tak mabuk." seru Naruto mendorong Sasuke.
"Dobe."
"Kenapa kau kembali? Kenapa kita bisa satu perusahaan, kenapa kita tetangga? Jika kau kembali, rasa itu akan muncul lagi. Aku tak mau, aku hanya ingin setia pada Neji!!"
Sasuke terdiam saat Naruto memukul-mukul dadanya, dia ingin melihat, mendengar pengakuan wanita itu saat mabuk, terkesan memaksa tapi memang itu yang tengah dia lakukan, orang mabuk adalah orang yang paling jujur.
"Karena aku ingin kau menjadi istriku. Pendampingku, aku ingin membahagiakanmu."
"Kau membenciku, kau mengatakan tak ingin melihatku lagi. Kenapa sekarang datang?!! Hinata bilang aku harus membuka hati, tapi aku tak mau. Ini milik Neji, jangan menganggu hatiku!!"
"Aku tak memintamu untuk melupakannya, tapi aku hanya ingin kau membuka hati. Aku harus berterimakasih pada tunanganmu karena menjagamu, memperlakukanmu dengan begitu baik."
"Sa-sasuke..."
"Maafkan aku." bisik Sasuke merengkuh tubuh Naruto, membawanya kedalam pelukan hangatnya.
•
•
•
Oke. Jadi dia harus bereaksi seperti apa? Terkejut? Senang? Terharu? Marah?
Err... Bagaimana menjelaskan situasi ini.
Saat dirimu pulang dan mendapati teman serumahmu tengah tidur di ranjang itu sudah biasa bukan? Bahkan kadang dirinya menjahili teman serumahnya ini dengan mengguyur wajahnya dengan air dingin, tapi lain ceritanya jika situasinya macam sekarang.
Teman satu rumahnya memang tidur dikamar dengan selimut hangat plus tambahan seorang pria memeluknya erat, tidur satu ranjang.
Coba kita cek. Syukurlah pakaian mereka lengkap, tapi itu juga tak bisa 100% disyukuri!!
Niat awalnya seperti biasa menjahili Naruto yang tengah tidur, tapi melihat situasi semacam ini? Maaf dia tak bisa berekasi apapun sungguh.
Dengan perlahan Hinata mundur secara teratur dan menutup pintu sepelan mungkin.
Err sebentar. Kita foto dulu untuk dijadikan bukti,
Hinata merogoh tasnya dan langsung memotret kejadian itu sebelum akhirnya benar-benar menutup pintu.
Baiklah. Analisis dimulai,
Ruang tengah berantakan oleh kaleng bir dan cemilan, bau alkohol yang amat sangat menyengat dari awal dia datang,
Kesimpulan. Naruto dan Sasuke mabuk-mabukan sampai tengah malam, dan kemungkinan Naruto melakukan hal konyol hingga membuat Sasuke tak bisa pulang dan bahkan tidur satu ranjang.
"Naru!!" geramnya merasa jengkel.
Teman satu perjuangannya ini memang jika sudah memasuki tahap mabuk, sulit dikendalikan.
•
Hinata menatap sekilas saat Sasuke keluar kamar Naruto, pria itu terlihat biasa, bahkan tak canggung sekalipun, yahh dia tak ambil pusing sebenarnya.
"Apa Naru sudah bangun Sasuke-san? Jika belum tolong bangunkan dan aku juga membuat sup pedas untuk kalian, sup ini bagus untuk orang mabuk."
"Aku sudah bangunkan tadi."
"Oh..."
Sasuke menyesap kopi yang disodorkan Hinata tak peduli tatapan Hinata yang terlihat meminta penjelasan.
"Oh Hinata kapan pulang?" tanya Naruto, wajahnya terlihat acak-acakan efek tidur dan mabuk,
"Tadi." jawab Hinata ketus dan menyiapkan sup ekstra pedas buatanya.
'Bruff... Ohok... Ohok...'
Naruto terbatuk-batuk saat menyicipi satu sendok, sedangkan yang memasak hanya memasang wajah puas.
"Sudah sadar 100% Nona?" tanya Hinata geram,
Naruto mengangguk untung dengan sigap Sasuke memberinya minum.
"Sasuke-san silahkan nikmati sarapannya karena aku harus berbicara pada si pemabuk ini empat kata." pamit Hinata menarik Naruto ke kamarnya.
•
"Jelaskan?!!"
Wajah Naruto memucat, "Ba-bagaimana ini aku sepertinya mengakui perasaanku pada Sasuke meski tak secara langsung."
"Lalu tidur bersama?"
Naruto menggeleng. "Bukan begitu!!"
"Lalu?"
"Kami menonton film horor, saat itu takut dan aku meminta menemaninya. Kami sering tidur bersama dulu jadi tak masalahkan?"
Hinata mencubit kedua pipi Naruto kesal, "Dulu dan sekarang beda Naru!!"
"Yang penting kami tak melakukan hal yang macam-macam!!" seru Naruto yakin.
"Jadi apa yang akan kau lakukan? Kau akan menerima perasaan itu lagi bukan? Kau tak akan menolak bukan?"
Naruto terdiam. Apa dia benar-benar harus mencoba membuka hati? Kembali menyambut Sasuke?
Itu pilihan sulit bukan?
Dia belum siap untuk membuka hati lagi.
Dia takut hatinya kembali tersakiti.
Tapi...
Bagaimana dia menghadapi situasi seperti ini sekarang? Dia semakin bingung. Sungguh.
•
•
•
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top