Bab 2 : Tetangga

"Eh Sasuke?"

Sasuke tersenyum kecil dan mengangguk.

Oii... Jangan bilang cinta pertamanya ini tinggal bersebalahan dengannya.

Jadi yang semalam pindahan itu adalah Sasuke?

Tuhan ini sebenarnya sedang merencanakan apa? Mau membuat kisah cintanya lebih rumit dengan memasukan Sasuke kedalam kisahnya ini?

Oii... Itu tak lucu sungguh.

"Sewa rumah ini murah jadi kuputuskan untuk tinggal disini." jelas Sasuke tanpa ditanya,

Sepertinya dia tahu jika Naruto ingin bertanya.

"Bagus kalau begitu." seru Naruto tak terduka,

"Bagus?" beo Sasuke.

"Kau punya mobil. Jadi aku bisa menebeng. Kebetulan mobilku rusak parah saat aku menabrak pembatas jalan karena mengantuk dan harus menginap di bengkel,"

Sasuke mengagguk mengerti.

Tunggu

Menabrak?

"Dobe kau... Kapan kau kecelakaan?"

Naruto menutup mulutnya.

Sial dia keceplosan.

"Satu minggu yang lalu."

"Apa kau terluka?" tanya Sasuke

"Oh ya apa kau sudah makan malam? Mau makan di tempatku?" tawar Naruto mengalihkan pembicaraan.

"Jika boleh aku tak menolak. Tapi aku masih menunggu penjelasanmu."

.

.

Hinata menatap Naruto penuh tanya,

Sedangkan Naruto mempersilahkan Sasuke duduk dan memberi isyarat pada Hinata untuk tak bertanya.

"Malam ini kebetulan aku memasak kari, hanya kari sederhana." jelas Naruto menyiapkan nasi untuk Sasuke,

"Aku bahkan biasanya makan makanan cepat saji. Aku tinggal di Amerika sendiri dan sibuk, alhasil makananpun tak terjaga." ujar Sasuke menerima piring dengan senang hati,

"Tapi badanmu bagus Sasuke." puji Naruto yang memang sesuai kenyataan.

"Rajin olahraga."

"Ah iya. Mungkin kau cukup kaget ya Hinata, manager baru kita itu teman masa kecilku, hehe..."

Hinata mengangguk kaku.

Tunggu. Teman masa kecil?

Hinata menatap Sasuke lekat.

Ah. Benar, foto Naruto dan seorang pria tak dikenalnya ada di balik bingkai foto Naruto bersama tunangannya yaps, wajah Sasuke ada didalam foto tersembunyi itu dan dia pernah melihatnya tak sengaja saat menjatuhkan foto itu.

Cinta pertama Naruto!!

Sasuke, Naruto dan Hinata menikmati makan malam mereka dengan keheningan,

Sasuke diam-diam melirik foto yang terpajang dirumah itu.

Dan fokus pada satu foto yang ada dimeja.

Hinata, bersama Naruto dan seorang pria,

Terlihat Naruto dan pria itu menunjukan cincin yang tersemat dijari manis mereka dan Hinata yang tersenyum bahagia.

Pria itu mirip dengan Hinata.

Kesimpulannya, pria itu tunangan Naruto sekaligus memiliki ikatan keluarga dengan Hinata.

Jadi Naruto benar-benar sudah melupakannya?

"Sekarang kau pintar masak Naru. Aku jadi ingat makan masakan pertamamu, penampilan yang hancur ditambah rasa yang aneh. Kukira kau ingin membunuh indera perasaku," canda Sasuke,

Terlihat wajah Naruto memerah malu, "Itu masalalu. Tapi ayah dan ibu mengatakan enak!!"

"Itu agar kau tak menangis, dasar dobe."

"Apa kau bilang teme?!!"

Sasuke memgangkat sedikit sudut bibirnya,

Dia rindu panggilan itu sungguh.

"Jadi. Apa paman dan bibi tahu kau kecelakaan?" tanya Sasuke yang masih penasaran,

"Tentu saja."

"Tahu?"

"Tidak hehehe..."

Sasuke menepuk dahinya.

"Apa kau terluka?"

Naruto menggeleng, "Hanya luka kecil, aku terselamatkan berkat airbag."

"Syukurlah." ujar Sasuke tersenyum kecil.

Wajah Naruto memerah, ahh sial, ada apa dengan jatungnya yang berdetak kencang ini?

.

"Terimakasih atas makan malamnya. Selamat beristirahat Naru,"

Tanpa diduga Sasuke mengecup singkat dahi Naruto,

Wanita itu tak beraksi sampai Sasuke pergi.

Dia menutup pintu saat melihat Sasuke sudah memasuki rumah.

"Naru... Kau baik-baik saja?" tanya Hinata,

"Aku..."

"Kau masih mencintainya bukan?"

Mata Naruto bergetar, dan mengangguk.

"Kembali kejar."

Naruto menggeleng.

"Tapi Neji..."

"Yang selama ini kau lakukan itu menyakiti dirimu sendiri, kau membuat kakakku tak bisa tenang di alam kematian!! Sadarkah kau akan hal itu?!!"

Tubuh Naruto merosot,

"Dia masih hidup. Sebelum aku melihat tubuhnya, dia tetap hidup."

Hinata menutup mulutnya.

"Ma-maaf Naru a-aku..."

"Aku tidur duluan." ujar Naruto perlahan memasuki kamarnya.

.

Hinata menatap pintu kamar yang tertutup, menatap foto dia bersama Naruto dan kakaknya Neji.

Dia membuka luka lama Naruto,

Temannya ini masih belum bisa move on dari kakaknya,

Kakaknya menghilang di medan perang. Ya kakaknya yang seorang pasukan khusus mendapatkan misi untuk membebaskan sandera, tim yang dipimpin kakaknya hanya sebagian yang pulang, dan kakaknya sampai sekarang masih belum ditemukan, dan dinyatakan meninggal dalam misi.

Jika kalian melihat leher Naruto bisa dilihat jika temannya itu selalu memakai dog-tag kakaknya,

Keyakinan kakaknya masih hidup terkadang membuatnya kasihan melihat Naruto, terlihat seperti janda yang tengah menunggu suami yang tak akan pernah pulang.

.

.

.

Sasuke menatap rumah Naruto yang sudah gelap,

Sepertinya penghuninya sudah tidur.

Sial. Dia masih terbayang wajah pria didalam foto,

Dia ingin bertanya tapi... dia belum siap mendengar cerita tentang tunangan Naruto dari mulut wanita itu.

Dia ingin tahu kehidupan Naruto setelah wisuda sebenarnya, tapi sekali lagi, ada perasaan tak rela saat dia akan tahu jika dikehidupan setelah wisuda tak ada sosok dirinya dalam kehidupan Naruto.

Dia hanya mendengar dari ayah, ibu maupun kakaknya tentang kabar Naruto,

Bahkan mereka tak pernah memberitahu perihal pertunangan Naruto.

Sasuke menatap cincin yang dia simpan di dalam lemari kaca,

Cincin bermatakan batu merah.

Ingin rasanya dia menyematkan cincin itu dijari manis Naruto entah kenapa.

"Ada apa denganku sebenarnya?"

.

.

.

Sasuke dan Naruto berjalan bersama sambil berbincang masalah pekerjaan,

Keduanya kombinasi yang sangat pas, padahal baru satu bulan mereka bekerja sama tapi kontrak yang mereka dapatkan bisa dibilang cukup banyak hingga membuat keduanya sering menghabiskan waktu bersama untuk membahas berbagai hal tentang bisnis.

"Menurutku kontrak ini lebih baik tak dilanjutkan, dimasa yang akan datang kita akan rugi cukup besar. Coba baca poin ke-3 kontrak kita," jelas Naruto memberi pendapat,

Sasuke menatap wajah wanita didepannya,

Wajah serius itu, entah kenapa belakangan ini dia semakin suka melihat wajah serius Naruto.

"Tapi di poin ke-7 kita mendapatkan keuntungan lebih bukan?"

Naruto menggeleng, "Baca poin ke-10 dan kau akan tahu jika mereka banyak mengambil keuntungan dari kita."

Sasuke tersenyum, dia tahu, tadi dia hanya mengetes seberapa banyak Naruto mempelajari dokumen yang baru mereka baca, dan wanita ini cepat tanggap.

Jauh dari Naruto ceroboh yang sering mencontek PR padanya.

"Kukira kau tetap dobe." komentar Sasuke datar,

Naruto mendengus dan merapihkan dokumen miliknya,

"Aku akan pulang lebih awal. Ada hal yang penting." pamit Naruto.

"Kuantar."

Naruto menggeleng, "Terimakasih. Sampai jumpa lagi."

Sasuke menatap punggung Naruto yang menjauh.

Hal penting apa gerangan? Mungkinkah bertemu tunangan? Memang selama ini yang dia libat Naruto tak pernah terlihat berkencan,  ahh sial dia penasaran.

.

.

.

Naruto duduk di kursi yang sudah dia pesan dan memesan pesananya seperti biasa.

Wajahnya menatap jalanan dari balik kaca.

Benar. Lagi-lagi dia disini, di kafe ini menunggu seseorang yang entah kapan datangnya.

"Lagi?" bisik pelayan disana,

Pelayan yang melayani Naruto mengangguk.

.

Sasuke menatap Naruto yang tengah duduk di kafe itu, dia kini berubah menjadi penguntit, penasaran dengan hal penting yang ingin Naruto kerjakan.

"Apa dia menunggu tunangannya?" tanya Sasuke pada dirinya sendiri.

Tapi sampai malampun tak ada yang datang, bahkan dia melihat Naruto tak menyentuh makanan yang dipesannya.

Sungguh dia tak mengerti.

.

Naruto keluar dari kafe dengan langkah santai,

Berjalan menuju mobilnya bermaksud pulang.

.

Dan seperti biasa Hinata menunggu Naruto didepan rumah dengan senyum diwajahnya.

"Okaeri Naru."

"Tadaima."

"Aku masak makanan kesukaanmu masuklah."

Sasuke memasuki halaman rumahnya, menatap Naruto yang baru mau memasuki rumah,

"Sasuke-san mau makan bersama kami?" tawar Hinata saat dia mau menutupi pintu dan melihat Sasuke yang baru pulang.

"Hn, boleh." jawab Sasuke.

"Eh ada Sasuke, ahh jangan-jangan kau ini selalu ingin makan gratisan ya?" tuding Naruto yang baru mengganti pakaian.

"Hinata mengajaku dobe." jawab Sasuke kesal,

"Hah alasan. Wahh udang!!" Naruto langsung mengambil udang goreng tepung yang baru disajikan,

"Cuci tanganmu Naru!!" seru Sasuke,

Hinata terkikik.

"Berisik teme. Tanganku bersih!!"

"Jangan pedulikan dia Sasuke-san. Nah silahkan dinikmati l."

Sasuke mengangguk dan duduk dikursi meja makan, siap menikmati makan malam yang Hinata sajikan.

Naruto? Jangan ditanya. Dia tengah asik melahap makanannya, tak ada istilah jaga image karena ada Sasuke, toh dari jaman mereka masih kecil pria itu sudah tahu keburukannya.

"Ck. Kebiasaan," gumam Sasuke, refleks dia mengambil tissue dan mengelap saus yang menempel di pipi Naruto,

Gerakan Sasuke langsung kaku saat mata Hinata menatap penuh minat.

"Err... Kebiasaan, si dobe kalau makan dengan bersemangat memang seperti ini dan aku terbiasa ya kau tahu, membantunya." jelas Sasuke.

Hey. Dia masih menganggap Hinata itu memiliki hubungan keluarga dengan tunangan Naruto, jadi wajar jika dia tak ingin wanita itu salah paham.

Hinata hanya mengagguk maklum.

Mungkin saja, Sasuke akan membawa angin segar untuk sahabatnya.

Naruto harus menerima kenyataan jika kakaknya sudah meninggal dunia dan melanjutkan hidupnya lagi.

"Sasuke-san. Apa kau tahu jika kakakku adalah tunangan Naru?"

Sudah Sasuke duga, mereka ada hubungan darah.

"Aku baru tahu. Dan jangan salah paham akan hubungan kami, karena kami teman masa kecil." jelas Sasuke menatap Naruto yang tertidur setelah meminum beberapa kaleng bir.

Hinata menggeleng dan mengambil selimut untuk menyelimuti tubuh Naruto.

"Kakakku, dia menghilang saat misi, dia seorang pasukan khusus, dan negara menganggapnya gugur. Tapi Naru tak menerima hal itu, dia... setiap bulannya ditanggal yang sama selalu menunggu di kafe tempat mereka janjian, terlalu menyedihkan, sudah 1 tahun ini dia terus ke kafe itu."

Ahh. Jadi begitu.

"Kakakmu sangat beruntung dapat dicintai wanita baik seperti Naru."

"Sasuke-san. Jika kau datang untuk Naru, bisakah kau membuatnya melupakan Neji-nii?"

"Apa maksudmu?"

"Matamu tak bisa berbohong. Selama satu bulan ini aku mengawasimu, kau selalu menatap wajah Naruto, tatapanmu begitu hangat. Katakan dengan jujur, kau mencintai Naru?"

Sasuke terdiam.

"Sepertinya aku terlalu banyak ikut campur. Maaf,"

"Dimana kamarnya. Aku takut dia sakit." Sasuke mengangkat tubuh Naruto, dia bermaksud pulang setelah membantu Naruto tidur dikamarnya.

"Yang ini." Hinata membuka pintu kamar, membiarkan Sasuke membaringkan Naruto di kasur.

Sasuke menatap bingkai foto yang ada di nakas sebelah ranjang,

Foto Naruto dan tunangannya, keduanya tersenyum bahagia.

Sasuke tak tahu saja jika dibalik foto itu ada foto dirinya dan Naruto saat masih remaja,

Mungkin benar dihati Naruto ada Neji, tapi jauh didalam hatinya ada nama Sasuke yang sulit dihapuskan.

"Jika boleh, ijinkan aku memasuki hatimu Naru." bisik Sasuke begitu pelan dan mengecup dahi Naruto sebagai ucapan selamat tidur.

.

"Terimakasih atas makan malamnya Hinata, terimakasih juga sudah banyak cerita tentang Naru."

Hinata mengantar Sasuke sampai pintu depan tersenyum dan mengangguk.

"Sama-sama, dan coba pikirkan lagi apa yang hatimu katakan Sasuke-san. Selamat tidur dan sampai jumpa di kantor."

.

Sasuke menatap pintu yang sudah tertutup.

Naruto bisa move on darinya, itu artinya dia juga bisa move on dari tunangannya itu,

Tapi itu artinya dia bersaing dengan arwah?

Serius?

Menghilangkan perasaan orang yang sudah meninggal akan sulit, kenangan itu sampai kapanpun akan terus ada.

"Tapi aku tak akan menyerah Naru. Bersiaplah, mulai sekarang aku akan menjadi bayanganmu, mengikutimu, melindungimu. Aku akan selalu ada untukmu apapun yang terjadi." gumamnya penuh keyakinan.

.

TBC

.

A/N : Semua misteri terpecahkan dalam satu bab *tepuk tangan* dan bisa up cepat *tepuk tangan juga* tapi untuk 'Reinkarnasi' aku belum selesai buat ulang bab satu *nangis bombai* sampai jumpa di bab selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top