Sweet Lies 9
Semenjak memutuskan untuk menjadi sahabat, hubungan Indira dan Reygan tidak terlihat bkaku. Mereka bahkan setuju untuk melakuka perjalanan bulan madu ke Yogjakarta. Reygan sengaja memilih Jogja karena tidak jauh dan persiapan juga tidak terlalu merepotkan.
"Keep and touch ya, Indira. Selamat bersenang-senang." Julia dan Antoni melepas pasangan baru itu dengan wajah berseri.
"Makasih, Ma, Pa," tuturnya tersenyum.
"Oh iya, Rey. Kamu nanti di sana, sebaiknya tidak usah memikirkan pekerjaan di Amerika. Relaks dan nikmati kebersamaanmu dengan Indira!" pesan mamanya saat mereka hendak masuk untuk chek in.
"Iya, Ma."
"Good! Ini waktu yang baik bagi kalian untuk saling kenal lebih dekat." Julia terlihat sangat antusias.
Keduanya duduk bersebelahan. Tak lama pesawat mulai take off, meski sudah bersiap-siap untuk tidak ketakutan saat pesawat mulai naik, tak urung Indira tetap saja diserang rasa panik. Perempuan yang membiarkan rambutnya tergerai itu mengatupkan bibirnya dan memejamkan mata. Indira memang selalu ketakutan jika berada di ketinggian.
"Pejamkan mata, bayangkan kamu berada di tempat yang indah dengan embusan angin yang lembut dan mentari yang hangat. Tempat di mana kamu tidak pernah merasa takut dan tidak pernah merasakan kesedihan. Lepaskan dirimu di sana. Biarkan dirimu menikmati keindahan." Lamat dia seperti mendengar suara Adrian. Pria itu selalu bisa meredakan rasa gelisahnya jika harus berada di ketinggian.
Satu titik air mata jatuh di pipinya, mengingat itu. Bahkan perkara sekecil ini pun adik dari Reygan itu tidak pernah luput untuk memberi kenyamanan.
Reygan yang menyadari ada hal yang tak biasa pada Indira, segera merengkuh bahu sang istri. Pria itu teringat jika Adrian pernah berseloroh andai Amerika itu bisa ditempuh lewat darat, mungkin dia akan lewat darat meski harus menghabiskan banyak waktu.
"Karena Indira takut ketinggian, Mas Rey!" Demikian adiknya itu menjelaskan.
"Kamu tenang, ya. Semuanya akan baik-baik saja. Sori, aku lupa kalau kamu takut ketinggian." Reygan mendekapnya erat sehingga Indira merasa lebih baik.
"Pejamkan matamu, bayangkan kamu berada di suatu tempat yang indah. Ada banyak bunga dan kupu-kupu serta angin yang berembus sepoi-sepoi dengan matahari yang menghangat. Lepaskan semua di sana. Di tempat itu kamu akan merasa nyaman. Nikmati keindahannya," tutur Reygan tepat di telinga Indira.
Kalimat yang nyaris sama dia dengar keluar dari bibir sang suami. Kalimat yang cukup bisa membantunya untuk berusaha untuk tetap tenang. Indira menarik napas dalam-dalam, dia merasakan tangan Reygan menggenggam erat tangannya.
Untuk sepersekian detik dia seperti merasa Adrian menjelma di tubuh pria di sebelahnya. Berada sedekat ini dengan Reygan dan menghirup aroma tubuhnya mengingatkan kembali pada aroma tubuh Adrian.
Pelan Indira merasa Reygan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Kita masih berada di atas, kamu bisa tidur untuk menghilangkan rasa cemasmu," tuturnya lagi. Kali ini Reygan mengarahkan kepala Indira ke bahunya, kalau kembali merangkul tubuh Indira dengan erat.
"Tidurlah, semua akan baik-baik saja."
Indira mengangguk masih dengan mata terpejam. Sejenak dirinya seperti kembali berada di sisi Adrian. Rasa nyaman dan dilindungi itu sangat terasa.
Dia merasa Reygan telah melakukan apa yang menjadi pesan adiknya kala itu. Melindunginya. Meski demikian dia paham jika ini semua hanya karena pesan Adrian dan bukan hal lain.
**
Tiba di bandara Adisucipto, mereka langsung menuju ke sebuah resort di daerah Sleman dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari pusat kota Yogyakarta. Keduanya duduk di bangku belakang mobil yang sudah disediakan oleh pihak resort untuk mereka.
"Sudah lega sekarang?" Reygan menoleh menatap Indira.
Perempuan yang mengenakan blouse berwarna putih dengan celana panjang berbahan denim itu tersenyum sembari mengangguk.
"Udah. Terima kasih ya, Mas Rey. Aku udah merepotkan sepanjang perjalanan tadi," jawabnya dengan pipi merona.
Indira merasa malu jika mengingat apa yang terjadi di pesawat tadi. Mereka begitu dekat seperti layaknya pasangan yang saling mencintai. Aroma tubuh Reygan seperti masih tertinggal di indra penciumannya dan aroma parfum itu sama seperti yang biasa digunakan Adrian.
"Nggak repot, kok. Aku sepanjang perjalanan juga duduk aja dan nggak sibuk mondar-mandir. Jadi sama sekali nggak repot," ungkap Reygan dengan bibir melebar.
Indira mengangguk lalu memalingkan wajah ke luar jendela.
"Indira."
"Iya, Mas?"
"Aku sengaja tanpa sepengetahuan Mama pesan dua kamar, jadi kamu bisa menikmati liburan dengan nyaman."
"Iya, Mas. Makasih ya."
Reygan mengangguk.
"Aku yang seharusnya mengatakan itu. Aku yang harus mengucapkan terima kasih karena kamu sudah mau memberikan ruang untukku untuk kehidupan pribadiku," jelasnya.
"Sama-sama. Sebagai sahabat memang seharusnya begitu, kan?"
Mereka kemudian saling melempar senyum.
"Mas nggak kasi tahu Mbak Sandra?"
"Soal apa?" Reygan mengernyit.
"Soal indahnya resort yang akan kita datangi. Mungkin bisa jadi destinasi nanti kalau Mas bulan madu," terangnya.
Reygan tampak berpikir lalu mengangguk.
"Ide bagus, tapi ... apa yang kamu pikirkan soal itu?"
"Soal apa?"
Pria yang mengenakan polo shirt berwarna biru gelap itu menaikkan alisnya.
"Soal aku dan Sandra. Maksudku, apa yang akan kamu lakukan itu tentu tidak mudah, Indira. Butuh waktu dan proses panjang, kan?"
Indira merangkum rambutnya lalu mencepol sehingga tampak leher jenjangnya yang putih. Melihat itu, Reygan tampak terpana.
"Maaf, Mas. Aku lupa nggak bawa karet rambut."
"Oh, nggak, nggak apa-apa. Eum ... mungkin kita bisa beli nanti."
Indira mengangguk.
"Aku akan bicara soal ini ke Mama. Biar bagaimanapun, Mama juga adalah seorang perempuan yang tentu bisa merasakan apa yang dirasakan Mbak Sandra jika berada di posisinya." Dia kembali ke percakapan awal.
Reygan menarik napas dalam-dalam. Mungkin saja apa yang dikatakan Indira itu benar, tetapi tentu tidak semudah itu menghadapi Mama dan Papa, terlebih jika hanya dengan alasan seperti yang dia sebutkan.
"Aku sendiri nggak yakin kalau cuma itu alasannya. Lagipula, biar bagaimanapun, aku sudah diminta langsung oleh Adrian untuk menjagamu. Entahlah, aku hanya belum bisa berpikir ke depannya seperti apa," tuturnya dengan nada putus asa.
Indira mengangguk. Dia pun sebenarnya masih meraba-raba apa yang aka dia sampaikan nanti kepada Julia. Tentu akan banyak dalih dari mertuanya. Sementara untuk Bude dan pakdenya dia merasa tidak masalah karena mereka hanya mengikuti apa yang menurut Indira terbaik. Saat keduanya saling diam, terdengar suara dari ponsel Reygan.
"Sandra menelepon."
Indira mengangguk sembari tersenyum. Lalu dia kembali menatap ke luar jendela. Dia merasa terjebak di situasi yang sangat tidak nyaman. Bukan karena dia kini sebagai istri sah Reygan, tetapi dia merasa tidak ingin mendengar pembicaraan apa pun dari keduanya.
"Halo, Sandra."
"Hai! Kenapa aku merasa lama banget harus menunggu satu pekan sampai kamu kembali sih, Rey?"
Reygan tertawa kecil, dia menoleh ke samping. Entah kenapa, meski Indira pernah berkata untuk tidak perlu menjaga perasaannya, tetapi tetap saja dia merasa tidak enak menerima telepon dari Sandra terlebih pada situasi satu mobil seperti saat ini.
"Rey? Kenapa cuma ketawa sih?"
"Iya, Sayang. Apa kamu pikir aku nggak punya perasan sepertimu?"
"Kamu di sana beneran kerja, kan? Bukan lagi asyik deketin perempuan?"
Kedua alis Reygan bertaut mendengar pertanyaan sang kekasih. Perempuan memang terkadang bisa mengalahkan cenayang dalam hal perasaan. Setidaknya hal itu dibuktikan oleh pertanyaan Sandra.
"Ck! Kamu bicara apa sih?"
"Salam dari Papa buatmu, Rey. Orang tuaku di sini masih lama. Mereka berharap bisa ketemu kamu sebelum mereka kembali ke Indonesia."
Reygan menarik napas dalam-dalam.
"Oke, sampaikan salamku kembali, dan sampaikan juga jika aku akan menemui mereka dan bilang kalau aku serius dengan putrinya." Reygan tertawa, jelas kegembiraan terpancar di parasnya.
Sementara Indira bukan tidak mendengar, tetapi dia hanya berpura-pura untuk sama sekali tidak mendengar obrolan sepasang kekasih itu.
***
Di KBM App udh bab 13 yaa. Buat yang kepo bisa cuss ke sana. Timiichii 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top