Sweet Lies 22
Indira menarik napas dalam-dalam. Meski bimbang, tetapi dia harus menyampaikan apa yang sudah menjadi janjinya pada Reygan.
"Indira akan sampaikan, tapi Mama jangan marah ya," tuturnya perlahan.
Kening Julia mengernyit.
"Marah? Kenapa harus marah? Katakan saja, ada apa?"
Perempuan bermata indah itu menarik napas dalam-dalam. Dia lalu memiringkan posisi duduk menghadap Julia.
"Maafkan Indira sebelumnya, Ma. Tapi ini harus Indira sampaikan karena Indira nggak mau ada yang terlukai karena imbas kepergian Adrian," ungkapnya menatap sang mertua.
"Ada apa sebenarnya, Indira? Sepertinya serius?"
"Ma, Mama tahu pasti bagaimana rasanya kehilangan, kan?"
Julia mengangguk.
"Kehilangan Adrian adalah hal yang paling membuat Mama terpukul. Dan itu sangat menyedihkan."
Indira mengangguk. "Indira juga begitu, Ma. Sakit, sangat sakit."
"Lalu? Apa yang mau kamu sampaikan?"
"Indira tidak mau rasa sakit ini harus dirasakan juga oleh orang lain. Indira nggak mau perasaan yang Indira rasa ini juga dirasakan oleh orang lain yang tidak seharusnya dia rasakan."
"Maksud kamu?"
"Bagaimana rasanya jika harapan yang sudah dilangitkan, tiba-tiba harus terenggut, Ma? Sakit, kan?"
"Iya. Sakit banget."
Menarik napas dalam-dalam, Indira meraih tangan mertuanya.
"Mama, ada perempuan yang hatinya kini sedang sakit andai dia tahu. Ada hati perempuan yang harus dijaga agar harapannya tetap utuh untuk hidup bersama seseorang yang dia cintai."
Julia menatap sang menantu dengan tatapan tak mengerti.
"Kamu sedang membicarakan siapa, Indira?"
"Mama pasti tahu kalau Mas Rey sudah memiliki kekasih, kan?"
Perempuan yang mengenakan setelan berwarna hijau lumut itu diam. Tentu saja dia tahu jika Reygan mempunyai kekasih bernama Sandra. Namun, dia merasa keputusan untuk melanjutkan pesan Adrian adalah hal mutlak yang tidak bisa diganggu.
"Kenapa, Indira? Kenapa kamu tanyakan hal itu?"
"Mama pasti ingin Mas Reygan bahagia, kan?"
Julia mengangguk.
"Mas Reygan bahagia jika bersama Mbak Sandra, Ma. Bahagia Mas Reygan adalah Mbak Sandra bukan Indira," paparnya tersenyum.
"Indira."
"Mama, Mama nggak perlu khawatir atau apa, hal ini Indira sampaikan secara sadar tanpa tekanan dari siapa pun."
"Tapi, Indira ... ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Reygan pasti bisa mengatasinya. Dan mengenai bahagia ... Mama merasa dia akan merasakan itu, hanya saja memang butuh waktu."
Indira tersenyum sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Mama, ini murni bukan hanya kebahagiaan, tetapi tentang perasaan, Ma. Apa yang Mas Rey tatap dan rasakan, berbanding terbalik dengan yang seharusnya. Mama, jangan khawatir soal Indira."
Julia menghela napas dalam-dalam. Wajahnya berubah gundah.
"Jadi apa yang kamu inginkan, Indira?"
"Maafkan Indira, Ma, tapi Indira yakin Adrian juga tidak menginginkan Mas Reygan tidak bahagia, jadi ... biarkan Mas Rey memilih bahagianya, Ma."
Sejenak mereka saling diam. Kegundahan terlihat di wajah Julia, sementara Indira berusaha menyembunyikan perasaannya dengan senyum. Seharusnya dialah yang paling sedih saat ini. Seharusnya dialah yang paling terpukul pada kondisi ini.
Akan tetapi, dia ingin melepaskan semua kekang yang tidak seharusnya dia geluti. Biar bagaimanapun, Reygan berhak menentukan pilihan dan jalannya. Tidak ada yang tahu garis takdir seseorang, tetapi Tuhan mau hambanya berusaha mencari jalan untuk menemukan garis hidup yang sudah Dia tetapkan.
Julia mengusap punggung menantunya.
"Mama boleh bertanya sesuatu?"
"Boleh, Ma. Mama mau tanya apa?"
"Meski baru hampir tiga pekan bersama Reygan ... apakah ada hal yang menyebabkan kamu tidak suka padanya? Eum ... maksud Mama, apa Reygan tidak cukup baik untuk membersamaimu?"
"Oh, nggak, Ma. Enggak! Mas Rey sangat baik dan tidak ada hal yang buruk padanya "
Senyum Julia terbit. "Syukurlah kalau begitu, tapi ... apa Reygan yang punya ide seperti ini?"
Cepat Indira menggeleng. Tentu saja ini bukan ide Reygan meski muncul ide ini karena pria itu.
"Bukan, Ma. Ini murni keinginan Indira. Karena Indira nggak mau berbahagia di atas kesedihan orang lain. Dalam hal ini Mbak Sandra. Kasihan, dia yang jadi korban pada sesuatu yang dia tidak tahu, Ma."
Perempuan paruh baya itu kembali menarik napasnya. Mungkin menantunya itu benar dengan apa yang dipikirkan, tetapi pesan Adrian? Bukankah itu hal mutlak yang harus dijalankan? Namun, Indira tadi berucap jika Adrian pun tidak akan suka bila kakaknya sedih dan mungkin juga Indira sebenarnya juga tidak sepenuhnya merasa bahagia.
"Mama nggak bisa mengambil keputusan atas permintaanmu itu sendirian, Indira. Ada Papa yang harus tahu juga soal ini, tapi ... Mama tetap berharap agar kamu tetap jadi bagian dari keluarga kami apa pun nanti keputusannya. Lagipula, kami belum tanya soal ini ke Reygan."
Indira tersenyum sembari mengangguk.
"Iya, Ma. Indira tetap akan jadi bagian keluarga ini, meski tidak terikat apa pun dengan anak Mama."
**
Reygan membuang napas perlahan. Setelah bertemu kedua orang tua Sandra, dia semakin bimbang. Kegelisahannya bertambah karena tak kunjung bisa mengurai pelik rasa dan status dia saat ini. Sementara untuk menghubungi Indira entah kenapa dia masih belum bisa mengabaikan semua pengorbanan istrinya itu.
"Kita bisa balik ke Indonesia bareng nanti, Sayang," tutur Sandra kemarin saat mereka makan malam di rumah keluarga besar papanya.
"Iya. Tiga bulan lagi," balas Reygan.
"Nah setelah itu, ada baiknya kamu kenalkan Sandra ke orang tuamu, Rey." Papa Sandra menimpali.
"Iya, Om."
Keluarga Baskara memiliki bisnis di bidang pendidikan. Ada beberapa sekolah dan kampus di Indonesia yang dimiliki keluarga kekasih Reygan itu. Tak heran jika Sandra sangat menyukai hal-hal yang berbau pendidikan. Dia pun tumbuh menjadi perempuan smart dan sangat berwawasan. Hal itu yang disukai oleh Reygan.
Baru saja Reygan menutup meeting online-nya, saat telepon berdering. Kening pria itu berkerut membaca identitas pemanggil. Tidak biasanya papanya mendahului untuk menelepon.
"Halo, Pa. Tumben, Papa telepon? Ada hal yang penting?"
"Penting sekali."
Pria yang masih mengenakan baju kantor itu menyipitkan mata.
"Ada apa, Pa? Semua baik-baik saja, kan?"
"Baik. Semua baik-baik saja. Tapi ada hal yang penting yang mau Papa katakan ke kamu."
"Apa itu, Pa?"
"Indira meminta kamu untuk menceraikannya."
Reygan mematung mendengar ucapan Antoni. Ada hati yang tiba-tiba saja hampa mendengar hal itu. Ada rasa yang sulit diungkap kala tahu Indira sudah mengatakan hal yang dia janjikan.
Jika beberapa hari kemarin saat dirinya tiba di Amerika, ada keinginan untuk segera menyudahi kekisruhan ini, tetapi saat tahu jika semuanya sudah diselesaikan oleh Indira, Reygan justru merasa gamang.
"Rey? Kamu masih di sana, kan?"
"Oh, iya, Pa." Pria itu memijit pelipisnya.
"Kamu dengar apa yang barusan Papa katakan, kan?"
"Iya, Pa. Dengar."
"Indira sudah berdialog panjang dengan Papa juga Mama, sebenarnya hal ini sangat mengejutkan kami, karena kamu tahu seperti apa pesan Adrian, tapi ... mungkin itu lebih baik untuk dia juga kamu."
"Papa juga Mama sejak awal tahu kalau kamu mungkin setengah hati menjalankan pesan dari adikmu, tapi ucapan Indira membuat kami paham kalau tidak seharusnya semua diputuskan begitu saja. Maafkan kami soal itu."
Reygan tak menyahut. Rasa gamang benar-benar menggelayuti hatinya. Jika saat itu dia ingin semuanya segera selesai agar dia dan Sandra bisa melanjutkan impian mereka, tetapi kini yang terjadi sungguh tidak seperti yang dia bayangkan. Ada semacam rasa berat melepas apa yang sudah terikat.
Kilasan senyum Indira mulai bermain di pelupuk mata. Tawanya yang mencoba mengalihkan duka masih tergambar jelas di memori Reygan.
"Lalu, Pa?" tanyanya ragu seperti tak yakin jika apa yang diinginkan sejak mula dengan mudah diwujudkan begitu saja.
"Kami akan mengurus semuanya, dan nanti kalau ada file yang harus ditandatangani, Papa kirim segera!"
"Maksudnya, Pa?"
"Kami menyetujui apa yang jadi pemikiran Indira. Kami tidak mau pesan Adrian akan jadi bumerang bagi kamu juga Indira. Karena biar bagaimanapun, Adrian tidak akan suka jika kamu atau Indira hidup dalam ketidaknyamanan." Suara Antoni terdengar lugas.
**
Btw di KBM App udah bab 33. Yang mau baca cepat cuss ke sana ya. Akunku Scarlett
Terima kasih sudah mampir ke ceritaku. Semoga terhibur. Jangan ragu untuk colek jika typo yaa.
Salam hangat 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top