💞 Sweet Chapter 6 💞
Setelah kejadian hari itu, Gavin masih berusaha membujuk Audrey. Terutama saat mereka di rumah. Seperti kebiasaannya, Gavin yang selalu mengusik ketenangan Audrey melalui jendela kamar. Karena datang ke rumah pun percuma, Audrey mengunci pintu kamar. Hingga membuat Gavin tak bisa bebas lagi keluar masuk dari kamar Audrey.
Bunda Audrey beberapa kali menanyakan pada putri kesayangannya itu. Audrey hanya menjawab kalau dirinya sedang malas berurusan dengan Gavin lagi. Bunda memakluminya, wanita yang masih terlihat cantik walau termakan usia itu tahu jika hal ini hanya berlaku sementara. Tak lupa Bunda selalu memperingati Audrey agar bisa meredamkan kekesalannya pada Gavin.
"Nak, kamu enggak mau ngobrol sama Gavin? Kamu enggak kasian sama dia yang sering bolak-balik ke sini tapi kamu selalu tutup pintu kamar?" tanya sang bunda yang kini berada di kamar Audrey.
"Bun, udah berapa kali Audrey bilang? Audrey lagi males sama Gavin. Di rumah aja dia sok nyariin. Di sekolah? Boro-boro! Audrey dicuekkin, dia sibuk sama pacar barunya!" jawab Audrey dengan kesal.
Setiap mengingat tingkah Gavin di sekolah, yang selalu ditempeli Nabila membuatnya kesal. Jika biasanya Gavin selalu ke kelas menjemput dan mengajaknya ke kantin saat istirahat, kini selalu saja mengirimkan pesan 'jangan lupa makan, gue lagi temenin Nabila, jadi enggak bisa bareng lo.'
Bunda yang mendengar hal itu tersenyum geli mendengar keluhan sang anak. Dengan lembut tangannya mengelus surai hitam milik Audrey.
"Denger ya, Sayang. Mencari teman atau pacar itu gampang. Tapi mencari sahabat itu yang susah. Karena status mereka semua berbeda tempat," ucap Bunda yang membuat Audrey mengerutkan kening. Gadis itu masih belum paham maksud dari apa yang bundanya katakan.
Dengan senyuman khasnya Bunda berkata lagi, "Seorang sahabat tidak akan pernah pergi meninggalkan. Kenapa? Karena sahabat akan selalu bersedia susah dan senang bersama. Dia akan selalu menjaga hubungannya agar tetap baik. Teman? Mereka bisa datang dan pergi kapan saja. Bahkan bisa pergi tanpa mau kembali. Pacar? Apa menjamin setelah putus masih bisa menjalin hubungan dengan baik? Paham maksud Bunda, 'kan?"
Audrey berpikir sejenak. Apa ia salah bersikap demikian kepada Gavin. Nyatanya, meski Gavin di sekolah jarang bersama, ia tak lupa mengirim pesan sebagai pengingat. Saat di rumah pun tak ada hentinya laki-laki itu terus berusaha membujuk. Apa jika Audrey biarkan, Gavin justru akan perlahan pergi? Itu artinya persahabatan mereka hanya sia-sia. Audrey tak ingin itu terjadi.
Jika terjadi, maka perasaannya dengan Gavin mungkin tak akan pernah tersampaikan. Hanya akan menjadi lembaran-lembaran kertas usang yang tak berarti. Audrey tersenyum kaku pada Bunda.
"Yasudah, Bunda harap kamu bisa memperbaiki hubungan kamu sama Gavin. Bunda mengerti, di mana posisi Gavin dalam hati kamu."
Bunda pun kemudian keluar dari kamar Audrey setelah memberikan kecupan di kening.
Audrey memandangi jendela kamarnya yang tertutup dengan gorden. Tak ada lagi kebisingan yang biasanya Gavin lakukan. Gadis itu bangkit dan melangkah mendekati jendela. Saat membuka gorden, terlihat kamar Gavin yang begitu sepi. Embusan napas berat terdengar.
Namun, beberapa detik kemudian Audrey dikejutkan dengan Gavin yang menampakkan wajahnya tepat di depan kaca jendela. Refleks Audrey memukul keras kaca jendela sambil mengumpat saking kagetnya. Ternyata anak laki-laki itu memanjat dengan tangga.
"Bangsat! Gue kira setan!"
Tanpa merasa bersalah sedikit pun Gavin menunjukkan wajah tersenyumnya dengan deretan gigi yang rapi. Memberi isyarat dan memohon pada Audrey untuk membukakan jendela. Dengan kasar Audrey menggeser jendela kaca itu agar terbuka.
"Lo ngapain, sih sampe manjat ke sini segala? Lo mau dikira maling?"
"Mana ada maling ganteng kayak gue," bela Gavin tak terima. Audrey memutar bola matanya dengan malas.
"Re, sorry banget. Gue tau lo pasti ngerasa gue cuekkin 'kan di sekolah. Makanya lo kesel banget sama gue." Gavin memohon, anak itu tak lupa tujuannya nekat demikian kemari.
"Apaan, sih. Mending lo urus sana pacar baru lo. Entar dia cemburu kalau tau lo mohon-mohon kayak gini sama gue." Audrey menjawab dengan wajah kesalnya.
Gavin tersenyum lebar. Sepertinya saat ini waktu yang tepat untuk menggoda sahabat menggemaskannya ini. Gavin pun berdeham, ia masih setia berdiri di tangga sambil berpegangan pada jendela Audrey.
"Lo cemburu ya, Re? Atau lo juga suka sama gue. Makanya lo kesel pas gue jadian sama Nabila, ngaku lo!" goda Gavin yang membuat Audrey mematung seketika.
Susah payah gadis itu membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa cekat. Ia tahu kalau Gavin hanya menggodanya saja. Namun, dengan perasaan yang sesungguhnya ia miliki, membuat gadis itu seakan tertangkap basah. Rasanya malu sekali, kalau Gavin sampai tahi yang sebenarnya.
"A-apaan, sih! Enggak usah kegeeran! Siapa juga yang suka sama lo! Dah sana pergi. Kalau enggak gue teriakin maling, atau mau gue panggilin Ayah sama Bunda!" ancam Audrey yang hendak menutup jendela kamar. Mencoba membuang perasaan gugupnya dengan mengusir Gavin.
"Eh tunggu dulu, dong. Maafin gue dulu, ya. Kalau enggak mau, fiks lo suka sama gue."
"Enggak! Gue enggak suka sama lo!" kilah Audrey yang masih berusaha menutup jendela yang ditahan oleh Gavin.
"Tunggu bentar!"
"Enggak mau!"
Mereka saling melotot mempertahankan posisi. Audrey pun seketika berteriak kencang memanggil sang ayah yang sebenarnya sedang keluar kota. Hal itu ia lakukan untuk membuat Gavin takut.
"Iya-iya gue pergi." Akhirnya Gavin mengalah dan membiarkan Audrey menutup jendela dan menguncinya.
Audrey menahan tawa melihat wajah Gavin yang masih setia terpampang di balik jendela. Wajah memelas yang sangat menggemaskan. Ingin rasanya wajah itu ia lempari saking gemasnya. Karena sudah tak tertahan lagi, tawa Audrey pecah dan membuat Gavin tersenyum.
Akhirnya lo ketawa juga Re. Kangen gue sama ketawa lo, batin Gavin yang merasa lega. Ia tahu Audrey pasti akan memaafkannya.
Gue emang enggak bisa, Vin marah atau ngambek sama lo lama-lama, batin Audrey yang masih tertawa. Ia teringat perkataan sang Bunda.
See you next chapter~~~~
>>>>>Salam manis<<<<<
Mey :*
Balikpapan, 6 Januari 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top