2 - DREAM IN HALLOWEEN NIGHT (BAGIAN 1)
"Huah..."
Gadis itu diam sambil bersandar di tembok sebuah bangunan. Entah sudah berapa kali dia menguap dan menatap malas ke arah kerumunan orang yang memadati Dotonbori. Kawasan ini memang ramai ketika hari Halloween melanda Jepang.
"Oi, [Name]! Kemarilah! Kau tidak mau mengabadikan momen Halloweenmu bersama mereka?"
Seruan itu dibalas senyum getir di wajah gadis itu. [Name] mengangguk sambil memegangi kamera yang menggantung di lehernya. Dia mengibaskan tangannya pada laki-laki yang tadi berseru. Lokasinya berada tak jauh dari tempat [Name] bersandar.
"Tidak. Aku sudah banyak mengambil gambar. Ini sudah cukup." [Name] tersenyum malas.
Laki-laki berambut jingga kekuningan itu mengernyit dan berlari meninggalkan teman-temannya yang asyik berfoto bersama cosplayer seram di jalan--yang akan lebih ramai lagi saat malam hari. Maehara Hiroto menghampiri [Fullname] dengan permen tongkat berbentuk labu di tangannya.
"Kau tidak seru! Ayolah, jangan terlalu terpaku dengan tanggung jawabmu sebagai redaktur pelaksana. Asano saja bisa menikmatinya." Maehara berkata sambil menunjuk seorang laki-laki berambut strawberry blonde di tengah kerumunan dengan permen tongkatnya. Si strawberry yang notabenenya adalah ketua klub Jurnalistik alias pemimpin redaksi terlihat asyik mengobrol bersama salah satu cosplayer laki-laki yang mengenakan kostum seragam penuh bercak darah--buatan tentunya dan eyepatch.
[Name] menghela nafas. Diam-diam dia mengambil sebuah permen tongkat berbentuk topi penyihir di saku celana Maehara. Dibukanya bungkus permen itu lalu diapitnya dengan belah bibirnya.
"Jujur saja, ini sedikit membosankan."
Maehara menoleh ke arahnya yang sedang menikmati permen. Maehara sempat protes karena permen yang ada di sakunya kini ada di antara bibir [Name], tapi buru-buru Maehara kembali ke topik karena melihat gadis itu mengabaikan racauannya.
"Membosankan bagaimana maksudmu?"
[Name] menunjuk ke arah cosplayer-cosplayer yang sedang hilir-mudik di jalanan lalu menghela nafas.
"Pakaian mereka kuakui malah seperti jomblo mencari pasangan yang berpakaian sama seperti mereka. Ayolah, intinya mereka kurang seram untuk ukuran kostum hantu," komentar [Name] lalu bersidekap dada.
"Termasuk yang itu?" Maehara menunjuk cosplayer yang memakai kostum Titan dalam anime 'Shingeki No Kyojin' yang langsung mengundang decihan dari [Name].
"Tch! Bahkan, aku lebih takut dengan Casper kalau melihatnya."
"Hah, gurauanmu menarik juga, [Name]." Maehara tertawa karena komentar [Name] yang terdengar menggelitik. [Name] mengembungkan pipinya. Dia mengeluarkan tongkat permen yang sudah habis dari mulutnya lalu melemparkannya ke tempat sampah terdekat.
"Bahkan, trick or treat malah menjadi sapaan umum seperti halo. Kalau di luar negeri, mereka menggunakan trick or treat sebagai permainan menyenangkan antara kenakalan atau hadiah seperti yang sering kubaca di artikel." [Name] kembali berkomentar dan membuat tawa Maehara semakin keras.
"Bisakah kau diam!? Kau mengundang banyak perhatian, tau!"
[Name] mencubit pinggang Maehara dan laki-laki itu langsung mengaduh kesakitan. Memang benar. Sekarang mereka jadi pusat perhatian karena tawa tidak jelas Maehara. Manik jingga Maehara menatap melas pada [Name].
"Jangan salahkan aku. Ini ulahmu yang membuatku tidak mau berhenti tertawa," kata Maehara sambil mengelus pinggangnya.
[Name] berdecih.
"Ung... Kalau masalah itu, jangan bandingkan perayaan Halloween di sini dengan yang di sana. Tentu saja berbeda. Semua memiliki ciri khas masing-masing, [Name]."
[Name] mendengus mendengar ucapan Maehara--yang menurutnya--(sok) bijak. [Name] berdiri tegak dan menepuk kemeja bagian belakangnya.
"Sudahlah. Kalau membahasnya, aku berani bertaruh, pembicaraan ini tidak akan selesai. Aku akan pulang."
Mata Maehara membulat.
"HEH!? Asano belum memberi perintah untuk pulang, [Name]! Kau mau kena marah si lipan itu!? Bagaimanapun juga kau pernah bilang kalau kau redaktur pelaksana harus memiliki tanggung jawab." Maehara berkata penuh penekanan dengan wajah polos namun menyebalkan--bagi [Name].
"Ugh..." [Name] tertegun. Benar juga. Dia pernah berkata seperti itu pada sahabatnya yang satu ini kalau dia tidak akan melalaikan tanggung jawabnya apapun yang terjadi. [Name] menundukkan kepalanya dan membuang muka. Gadis itu mendecih pelan. "Tch! Sial..."
"Hm? Bagaimana? Kau masih mau pulang?" Maehara mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan membuat lambang peace dibarengi cengiran remeh. [Name] mendengus.
"Baik, baik. Kali ini aku mengaku kalah. Atch! Sialan kau, Maehara!" [Name] memukul bahu Maehara dengan cukup keras. Maehara mengaduh.
"Auch! Hei, hentikan itu!"
[Name] tertawa puas melihat wajah kesakitan Maehara.
"Uhm... Ya, sudah kalau begitu. Aku akan kembali melihat-lihat. Ini. Kulihat wajah memelasmu yang menginginkan permen coklat ini. Sampai jumpa!" Maehara langsung berlari masuk ke dalam kerumunan setelah memberikan beberapa bungkus permen coklat berbentuk patok kuburan pada [Name]. Tentu saja, [Name] yang merasa terhina hanya bisa meracau sesekali tertawa melihat kekonyolan sahabatnya itu.
[Name] mengangkat bahu lalu memakan permen coklat pemberian Maehara. Gadis itu lebih memilih berjalan-jalan daripada diam seperti pajangan tak berguna di keramaian ini. Sambil menenteng kamera DSLR miliknya, [Name] menjulurkan kepalanya ke atas guna mencari tim jurnalistik yang lain. Ternyata Asano benar-benar mengajak klub inti Jurnalistik untuk meliput acara Halloween di Dotonbori guna membuat bulletin sekolah bulan Oktober edisi Halloween. Ada [Fullname] (si redaktur pelaksana), Maehara Hiroto (si editor), Asano Gakushuu (si pemimpin redaksi), Shiota Nagisa (si sekretaris), Kayano Kaede (si bendahara), Nakamura Rio (si lay outer) dan satu lagi dia lupa namanya. Jangan salahkan [Name] yang mengalami sedikit gangguan dengan yang namanya 'ingatan'.
"Tch! Sial! Bagaimana aku bisa melupakan nama reporter itu!? Redaktur pelaksana macam apa aku ini!?" racaunya sambil mengigit permen dalam mulutnya dengan gemas.
[Name] terus berjalan di tengah kerumunan dan terkadang dia terdesak oleh beberapa orang yang ingin meminta foto pada cosplayer yang ada. Selain itu, jalanan ini juga cukup ramai transportasi yang mencari tempat parkir. Banyak orang yang memarkir kendaraannya di sekitar area Dotonbori hanya untuk mengabadikan momen yang datang setahun sekali ini. [Name] hanya tersenyum mengingat bagaimana Halloween pertamanya dulu. Saat itu [Name] dipakaikan kostum seram oleh orang tuanya dan berniat membawanya ke Dotonbori untuk mengikuti festival bersama keluarga Maehara. Tapi, belum sampai di sana, gadis itu menangis tak henti-henti ketika melihat bayangan dirinya yang dimakeover sebegitu mengerikan di cermin. [Name] menggelengkan kepala. Betapa lucu dirinya waktu kecil.
"Eh?" Kaki [Name] terhenti ketika melihat seorang gadis kecil yang berada di belakang sebuah mobil. Gadis itu terlihat mengambil boneka kelincinya yang jatuh, sedangkan kakak perempuannya sudah meninggalkannya untuk berfoto dengan cosplayer laki-laki yang bercosplay sebagai Levi Ackerman. [Name] awalnya hanya diam melihat gadis kecil itu mengambil mainannya. Tapi, kemudian ia sadar ada kejanggalan. Mobil silver itu bergerak mundur! [Name] langsung panik dan berteriak berkali-kali pada supir mobil itu.
"Oi! Berhenti! Ada anak kecil di belakang mobilmu! Hei! Dengarkan aku! Nee-san! Adikmu dalam bahaya! Hei!"
Tapi, mustahil terdengar di tengah keramaian ini dan orang-orang juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing. [Name] semakin panik ketika mobil itu semakin dekat dengan gadis itu dan kecepatan mobilnya juga bertambah. [Name] langsung berlari, melompat ke arah gadis itu dan merengkuh gadis itu dalam dekapannya sambil memejamkan mata erat-erat.
BRAK!
Apa ini rasanya mati? Apa ini rasanya ketika syaraf tubuhmu terasa kebas? Atau ini hanya sebuah perasaan syok biasa?
[Name] tidak mengerti...
Kenapa dia mau menolong gadis kecil itu?
--oOo--
To Be Continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top