1 - A DAY BEFORE HALLOWEEN
Musim gugur. Musim dimana daun-daun mulai menguning dan bunga-bunga sakura mulai terlepas dari tangkainya. Ikut terbawa angin entah kemana. Kadang mendarat di atas air, kadang juga mendarat di depan halaman sampai membuat pekarangan terlihat berantakan.
Seorang gadis berambut hijau terlihat memandang kalender yang telah dilingkari spidol hitam pada salah satu angkanya dengan senyum mengembang. Bulan Oktober, tanggal 31. Gadis itu menjauh dari sudut ruangan lalu berlari gemas ke arah gadis berambut [H/C] dan seorang lagi berambut pirang yang ada di dekat meja. Gadis berambut [H/C] yang sedang duduk terlihat menguap beberapa kali sampai akhirnya wajahnya jatuh ke dalam lipatan tangannya. Sedangkan, gadis berambut pirang terlihat memainkan ponselnya dengan santai. Gadis berambut hijau itu menghampiri mereka.
"Hei, hei, [Name]-chan, Rio-chan!" panggilnya dengan cengiran senang.
Kedua gadis yang merasa memiliki nama tersebut berdeham untuk meresponnya. Gadis berambut hijau itu langsung merengut dan menghentakkan kedua kakinya ke lantai. Ia mungkin kesal pada respon kedua temannya itu.
"Ma~ Dengarkan aku!" Gadis itu merengek, hendak merajuk.
"Kami mendengarnya, Kaede. Bicaralah." Si gadis berambut [H/Cl angkat bicara dengan suara yang terhalang lipatan tangannya. Kayano Kaede mengembungkan pipinya.
"Ah, padahal aku ingin memberitahukan kalau besok adalah hari Halloween."
Hening. Tidak ada yang merespon. Gadis berambut pirang--Nakamura Rio tetap fokus dengan gadgetnya, sedangkan denguran kecil mulai terdengar di balik lipatan tangan si rambut [H/C]--[Fullname].
"Hei, kenapa respon kalian suram, begitu!? Ini perayaan yang paling ditunggu-tunggu kedua se-Jepang lho!" racau Kayano.
"Tidak usah kau beritahu, kami juga sudah mengerti, Kaede-chan. Setiap hari aku melihat-lihat kalender dan menemukan tulisan tanganmu di atas tanggal 31 Oktober," ujar Nakamura tanpa beralih pada ponselnya.
"Festival itu pasti ramai, ya?" [Name] tiba-tiba ikut nimbrung tanpa mengangkat wajahnya yang membuat Kayano mengernyit heran.
"Eh? Biasanya [Name]-chan akan senang ketika mendengar tentang perayaan atau festival. Apa ada sesuatu, [Name]-chan?" tanya Kayano dengan raut muka khawatir.
[Name] mengangkat wajahnya dan menghela nafas. Dia menopang dagunya pada tangan kanan. Kayano menatapnya dengan mata berbinar-binar meminta jawaban dan Nakamura menyimak walau pandangannya tak lepas dari gadget.
"Asano."
Mendengar nama itu kedua gadis itu manggut-manggut, seolah paham dengan apa yang terjadi ketika kau menyebut nama itu.
"Kenapa lagi? Bukannya urusan bulletin sekolah bulan September sudah usai beberapa hari yang lalu?" tanya Nakamura yang mulai memasukkan ponsel ke dalam saku seragamnya.
"Benar kata Rio-chan. Bukankah kita harusnya membuat bulletin edisi Oktober dengan tema Halloween?"
Pletak.
"Auch! Jangan menjitakku, Rio-chan." Kayano memprotes Nakamura yang seenaknya menjitak kepalanya. Nakamura mendengus.
"Kau ini. Dari tadi membahas Halloween. Apa tidak bosan!?" gerutu Nakamura.
"Eh? Tentu saja tidak. Apa ada masalah, Rio-chan?" Suara Kayano mulai terdengar sinis dan itu memancing emosi Nakamura. Tapi, untung saja Nakamura masih bisa bersabar. Untuk saat ini tentunya
"Tentu saja ada. Telingaku lelah mendengarnya."
"Kalau begitu tidak usah didengarkan. Apa susahnya!?"
"Kalau kau mengatakannya sambil memanggil-manggil nama kami berdua, apa harus tidak kudengarkan, Kaede-chan?"
"Tapi, kau bisa--"
Brak.
"Sudahlah, kalian berdua. Jangan bertengkar di sini. Aku jadi makin pusing!" [Name] menengahi dengan cara menggebrak meja. Nakamura dan Kayano terkesikap. [Name] menatap mereka bergantian dan akhirnya kembali merosot ke kursinya setelah menghela nafas.
"Hah... Sebentar lagi Asano dan yang lainnya akan kemari. Jadi, aku tidak ingin kalian bertengkar. Apalagi saat ini tiga syarafnya benar-benar putus (baca: sedang menggila)."
"Ah, kalau begitu maaf, [Name]-chan, Rio-chan," kata Kayano sambil membungkukkan badannya. Nakamura dan [Name] mengangguk pelan.
Cklek.
"Bulletin bulan September itu kacau! Asal kalian tahu, banyak typo bertebaran! Gambar-gambar terpotong! Penerbitan juga menguras kas klub! Beritanya terlalu monoton! Argh! Harus kuapakan kalian semua!?"
"Bukankah kau berkata kalau urusan ini sudah selesai beber--"
"Hsst! Diam kau, Maehara!"
Laki-laki bersurai strawberry terlihat masuk ke dalam sambil marah-marah tidak jelas. Memukul-mukulkan gulungan majalah ke telapak tangannya sambil meracau. Dua laki-laki di belakangnya terlihat meringis, sedangkan yang satu terlihat tenang-tenang saja. Ketiga gadis tadi pun langsung tersentak dari aktivitas mereka dan ikut memperhatikan apa yang jadi pembicaraan si pemimpin.
"Asano-kun, tenanglah..." Laki-laki bersurai soft blue berkata kemudian meringis karena tiba-tiba gulungan majalah mendarat di dahinya.
"Aku tidak mau tahu! Bulletin bulan Oktober harus menjadi penebusan kalian! Besok adalah hari Halloween. Lakukan yang terbaik. Bersiap-siaplah karena besok akan kuajak kalian ke Dotonbori street. Tidak ada yang mengeluh karena kelompok kita adalah kelompok inti klub Jurnalistik. Mengerti!?" Si strawberry terlihat tidak sabaran. Semua yang ada di dalam ruangan mengangguk.
"Bagus. Kalau begitu kubagi tugasnya..." Asano Gakushuu mengambil papan di atas meja. Manik amethys itu bergulir membaca kertas di atas papan.
"Shiota, buat absensi untuk besok. Aku tak mau ada yang sampai bolos.
Kayano, cek dalam catatanmu apakah masih ada sisa kas klub. Kalau tidak, datang ke rumah pamanku dan kita akan menjual beberapa rongsokan di sana.
Nakamura dan Maehara, kalian kutugaskan untuk menemaniku mengamati kinerja kelompok karena tugas kalian adalah bagian belakang.
Akabane, siapkan pertanyaan karena besok kau harus mewawancarai orang-orang yang ada di sana.
[Lastname], bertugas merancang isi bulletin dan kinerja tim adalah tanggung jawabmu. Aku hanya bertanggung jawab dalam proses pembuatan dan kualitas majalah.
Ini memang bukan gayaku karena mengatakan ini, tapi... Bersenang-senanglah besok. Asal jangan lupakan tugas kalian. Kuharap kalian semua bisa bekerja sama untuk kelangsungan bulletin sekolah dan klub ini. Sekian dariku. Aku akan segera kembali ke kelas. Hari ini ada ulangan Matematika. Sampai jumpa."
Setelah meletakkan papan berisi kertas itu, Asano langsung menghilang di balik pintu. Entah kenapa dia sangat terburu-buru. Dan, percayalah, dia mengatakan itu semua dengan nada datar dan cepat, beruntung saja anak buahnya bisa mencerna kata-katanya. Kalau tidak? Banyak syaraf Asano yang akan putus setelahnya. Semua penghuni ruang klub Jurnalistik langsung mengerang frustasi, kecuali satu.
"Semua tanggung jawabku? Yang benar saja!" [Name] mengutuki Asano dalam hati. Mentang-mentang dia pemimpin redaksi jadi dia bisa memerintah seenaknya. Walau sebenarnya [Name] tahu tugasnya, tapi ini cukup berat ditanggung sendiri.
"Bersemangatlah, [Name]-chan~" ujar seseorang yang tiba-tiba menepuk bahunya.
"Hm... Ya..." [Name] mencoba tenang setelah mendengar perkataan orang itu. [Name] yang dari tadi menunduk, menoleh ke samping kiri. "Terima ka--sih. Eh?" [Name] tak mendapati seseorang yang menepuk bahunya. [Name] mengernyit. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ada satu, dua, tiga... Ada empat. Lima ditambah dirinya.
Bukankah masih ada satu lagi? Eh, tapi tunggu. Kalau Maehara dan Nagisa sedang berfrustasi ria bersama Nakamura dan Kayano, lalu siapa yang menepuk bahuku?
[Name] merasakan bulu tengkuknya mendingin. "Halusinasi. Imajinasi bodoh," gumamnya pelan berusaha menghilangkan ketegangan. Ia bukannya takut, hanya saja ya... begitulah. Yang penting sepulang sekolah ia sudah harus merancang semuanya kalau sampai tidak bisa-bisa dia melupakannya dan kena marah si anak lipan itu.
***
"Hachu! Engh... Aku tidak boleh sampai sakit! Uh... Kemana Maehara!? Kenapa dia tidak kembali juga!?"
[Name] merepet tidak jelas di depan laptopnya. Kini, ia berada di dalam perpustakaan SMA Kunugigaoka untuk mengerjakan tugas yang diberikan Asano. Sebenarnya tadi ada Maehara yang berniat membantu bersamanya, tapi karena perut Maehara terus berbunyi jadi ia putuskan untuk keluar sebentar mencari camilan. Dan, kata 'sebentar' dalam kamus Maehara adalah 'menunggu sampai berlumut' dalam kamus [Name].
[Name] mendecih pelan mengingat Maehara belum kembali. Berkali-kali ia bersin dan menyebarkan virus ke udara karena tidak ada sapu tangan atau sesuatu yang berarti untuk menutupinya. Entah apa penyebabnya, tapi ia berpikir kalau pendingin ruangan di perpustakaan disetel terlalu rendah.
"Hachu! Ini menyeb--hachu! Argh! Menyebalkan!" [Name] menghentakkan kakinya ke lantai walaupun dia saat ini sedang duduk. Gadis itu melirik jam dinding yang terpajang. Pukul 17.00. Ini sudah larut! Apa Maehara mau membuat [Name] dibantai ibunya kalau pulang terlambat!?
[Name] terus bersin dan menutupinya dengan kedua tangan seadanya. Akhirnya, karena sudah tidak tahan, dia menutup laptopnya--kebetulan sudah selesai, memasukkannya dalam tas lalu bergegas pulang. Masa bodoh dengan Maehara, gerutunya dalam hati. [Name] mempercepat langkahnya karena terus bersin.
Bruk!
Tiba-tiba [Name] menabrak sesuatu. [Name] mendongak seraya mengelus keningnya yang berbenturan dengan benda yang cukup keras. Tulang rusukkah? [Name] dapat melihat manik mercury kembar menatapnya dengan lembut. Cengiran terpatri di wajah pemilik manik itu.
"Hei, [Name]-chan. Tak kusangka akan bertemu di sini. Kebetulan yang menarik~" Laki-laki itu berkata. [Name] mengernyit sepertinya ia mengenal laki-laki ini. [Name] menyipitkan matanya dan diam-diam mencari tahu ingatan wajah laki-laki itu dalam memorinya.
"Oh, aku sempat melihat kau bersin dari kejauhan. Pakai ini."
Laki-laki itu melepas syal rajut berwarna merah marun miliknya lalu mengalungkannya pada leher [Name]. [Name] merasakan wajahnya menghangat. Mengucapkan terima kasih sambil menenggelamkan bagian hidung ke bawah ke dalam syal. Aroma stroberi langsung menyeruak dalam indera penciumannya. Bukan aroma maskulin khas laki-laki yang biasa Maehara pamerkan padanya, jujur [Name] lebih menyukai bau ini.
"Are~? Telingamu merah loh, [Name]-chan~" Laki-laki itu menunjuk telinga [Name] dengan seringai jahil dan membuat yang digoda semakin memanas.
"Ja-jangan begitu! Argh! Kau siapa, sih!? Kenapa kau bisa tiba-tiba muncul di hadapanku dan menjadi pahlwan kesiangan dengan memberiku syal!?" [Name] bertanya dengan nada naik satu oktaf sambil membuang mukanya yang nyaris menyaingi warna rambut laki-laki itu.
"Ah, kau tidak mengenalku? Kejam sekali~ Akan kumulai dari awal walau sedikit menyusahkan. Namaku--"
"OI, [NAME]!"
Fokus [Name] beralih pada laki-laki berambut jingga kekuningan yang sedang kerepotan membawa sebuah kotak.
Dan, laki-laki itu tidak melanjutkan perkataannya.
"AKU DAPAT KOPI DINGIN GRATIS SATU BOX!"
[Name] sudah mulai melupakan eksistensi laki-laki di hadapannya dan memilih berbalik menatap Maehara Hiroto yang kewalahan membawa kotak biru itu.
"OI, MAEHARA-TEME! KEMARI KAU! GARA-GARA KAU AKU HAMPIR SAKIT! TERKUTUKLAH DIRIMU!"
[Name] berlari meninggalkan si pemilik syal menuju Maehara. Dengan raut wajah emosi yang terlihat imut di matanya, membuat laki-laki itu tak kuasa menahan senyum. Senyum tulus dari dalam hati yang entah kapan terakhir kali ia tunjukkan pada orang lain.
"MAAFKAN AKU!!!"
"KEMARI KAU, TEME!"
Tidak pernah melanjutkan perkataannya. Sampai memori itu terpendam jauh termakan dimensi hitam dan akhirnya... terlupakan.
--oOo--
To Be Continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top