Night Two: Is This Real?
"Hei! [Name]~! Ayo bangun, nanti kita ketinggalan pesawat!"
"Ugh~, lima menit lagi~"
Di pagi hari yang cerah ini, dapat terlihat Yerin yang berada di kamar [Name] sedang membangunkan sahabatnya agar mereka tidak ketinggalan pesawat untuk pergi ke Jepang.
"Hei, kalau kau tidak bangun nanti jatah cowok tampannya kuambil semua, ya?" ancam Yerin yang entah bagaimana berhasil membangunkan [Name] dari tidur lelapnya.
"EH, TIDAK BOLEH SEPERTI ITU! Jatah harus bagi dua! Ingatlah Yerin, kita harus bersikap adil dan tidak boleh serakah!" [Name] yang baru bangun tidur itu langsung menceramahi sahabatnya dengan hal-hal yang sedikit nyeleneh. Kini sahabatnya itu hanya dapat menggelengkan kepalanya heran, 'kenapa aku bisa bersahabat dengannya?'
"Ah, sudahlah. Cepat sana bersiap-siap, kita harus segera berangkat! Kuharap kau sudah bisa berbicara sedikit menggunakan bahasa Jepang, karena itu akan memudahkan kita bersosialisasi dan bertahan hidup di sana!"
Setelah [Name] yang membuat drama di pagi hari. Kini Yerin juga ikut suasana dramatis yang dibuat oleh sahabatnya itu. Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah sahabat seperjuangan.
"Iya, bawel. Sudah aku mau siap-siap dulu. Kau siapkan saja hal yang harus diserahkan saat di bandara nanti." ucap [Name] yang bergegas pergi ke kamar mandi untuk siap-siap.
Untung saja gadis itu telah menyiapkan barang-barangnya dari dua hari yang lalu. Jadi, ia tidak perlu khawatir akan kekurangan atau ketinggalan apapun. Bahkan ia menyiapkan mie instan satu dus dan juga bumbu instan nasi goreng yang banyak.
Untuk persediaan jika uang mereka sekarat disana katanya. Padahal tinggal bilang saja ingin irit.
"Aku tunggu dibawah, ya!" teriak Yerin yang membawa barang-barang mereka kebawah agar langsung diangkut oleh taksi nanti.
•~•°~°•~•
Satu setengah jam kemudian, akhirnya [Name] telah selesai bersiap-siap dan ia membawa barang-barang pribadinya ke bawah menyusul Yerin.
"Kau lama sekali, sih! Ayo cepat, taxinya sudah menunggu sejak tadi!" Yerin bergegas masuk ke dalam taksi sembari membawa barang-barang pribadinya. Sebelumnya ia sudah mengangkut koper-koper yang berisi barang untuk mereka bertahan hidup di Jepang.
Tanpa membalas ocehan Yerin, [Name] ikut masuk ke dalam taksi. "Maaf lama, pak. Tadi siap-siap dulu di dalam, hehe." ucap Yerin basa-basi dengan pak sopir.
"Iya, gapapa, dek. Barangnya sudah semua, kan? Nggak ada yang ketinggalan?" tanya pak sopir memastikan.
"Nggak ada kok, pak. Ayo langsung jalan saja, takutnya telat." Pak sopir mengganguk dan segera membawa mereka ke bandara.
Sesampainya di bandara, mereka segera check in dan mengikuti prosedur yang ada. Yerin dan [Name] masuk ke dalam pesawat dan duduk di tempat yang sesuai dengan boarding pass mereka.
"Hei, [Name]." panggil Yerin yang duduk di sebelah gadis berambut [H/C] itu.
"Hm?" Yang dipanggil hanya menjawab dengan gumaman singkat karena masih sibuk menyamankan posisi duduknya.
"Sekarang aku merasa sangat gugup ...."
Setelah mendengar hal itu, [Name] tersenyum lembut dan mengusap pundak sahabatnya dengan lembut. "Tenang saja, semua pasti berjalan dengan baik, asalkan kita tetap bersama. Sekarang tarik napas dan buang~ Percaya diri saja~" Ucapan semangat dari [Name] berhasil membuat Yerin merasa lebih tenang.
Benar-benar sahabat yang baik.
"Hm, sudah dua hari semenjak mimpi aneh itu ...," gumam [Name] yang masih kepikiran dengan pemuda dalam mimpinya tersebut. "Ah, sudahlah. Paling hanya teman baru yang akan kutemui di Jepang." [Name] meyakinkan dirinya agar rasa khawatir itu hilang.
•~•°~°•~•
"Woah~, lihat itu [Name]! Patung itu besar sekali! Oh, bangunan di sana juga terlihat unik!" Yerin berseru senang karena melihat hal-hal unik yang belum pernah ia lihat.
Yap, mereka sudah sampai di Jepang dan sekarang mereka sedang berjalan menuju asrama mereka. Demi menghemat pengeluaran, mereka naik kereta dari bandara dan menghindari taksi karena di Jepang harganya sangat mahal.
"Iya, iya... Aku tahu selama ini kau selalu tinggal di tempat terpencil dan kurang bersosialisasi. Aku tahu, kok." [Name] menyindir tingkah Yerin dengan wajah prihatin dan hal itu membuat [Name] mendapat pukulan pelan di lengannya.
"Enak saja, gini-gini aku anak populer di kelas!" elak sang gadis berambut hitam yang baru saja disindir oleh sahabatnya sendiri.
"Aish, kau berisik sekali sih... Tuh, kita sudah sampai di asrama kita~!" [Name] dan Yerin segera masuk dan mencari kamar mereka berdua.
"Kamar kita di nomor 1810 ... Um, Ah, ini dia!" seru Yerin dengan bahagianya setelah menemukan kamar mereka berdua. Mereka masuk dan segera membereskan barang-barang mereka.
Yerin mendapat tugas untuk membereskan bagian dapur dan toilet sedangkan [Name] membereskan bagian kamar tidur mereka.
"Hei, aku lapar. Bagaimana kalau setelah ini kita mencari makanan di sekitar sini?" Yerin bertanya di sela-sela kesibukan mereka yang hampir selesai.
"Um? Boleh juga. Sepertinya tadi aku melihat ada tempat makan di dekat sini," jawab [Name] yang sedang menaruh barang-barang di tempat tidur mereka. Seperti buku, lampu tidur, perlengkapan make-up, dan lain-lain.
Setengah jam setelahnya, merekapun selesai membereskan tempat tinggal baru mereka. Kini Yerin dan [Name] bersiap untuk pergi ke tempat makan yang diusulkan oleh [Name] tadi. Mereka berjalan sembari berbincang mengenai Jepang dan sesekali mereka berlatih berbicara menggunakan bahasa Jepang.
"Ah, kita sudah sampai." Tanpa disadari, mereka telah sampai di tempat makan itu. Mereka masuk dan disambut oleh beberapa pelayan yang ada di sana.
Kedua sahabat itu diantarkan menuju meja untuk dua orang. Setelah itu, mereka mulai memesan makanan. "Ah, aku mau pesan ramen saja... Kau mau pesan apa, Yerin?" tanya [Name] yang telah memutuskan pesanannya.
"Um, aku bingung... Uh, bagaimana kalau rice bowl? Tapi itu terlalu berat jika dimakan malam-malam begini. Um, sepertinya aku akan memesan sushi?" Yerin masih sibuk memilih-milih pesanan. Akhirnya [Name] mengambil inisiatif dengan memesan dua ramen yang berbeda rasa terlebih dahulu.
"Aku sudah pesankan ramen untukmu. Jadi tenanglah dan tunggu saja. Kalau ingin menambah menu lain, cari saja dulu." Yerin tidak terkejut dengan sikap [Name] yang main memesankan makanan seperti itu. Hal itu sudah biasa terjadi karena sikap Yerin yang labil saat diberikan pilihan. Jadi, [Name]lah yang mengambil tindakan dan beruntungnya Yerin tidak pernah protes.
Sembari menunggu pesanan mereka datang, Yerin melihat-lihat menu dan sesekali bergumam tentang perbedaan harga makanan di Indonesia dengan di Jepang. Sementara [Name] hanya diam menunggu pesanannya datang.
"Wah, makanan di sini enak juga, ya. Kau hebat sekali memilih tempat Mafu-kun."
"Iya, harganya juga terjangkau untuk mahasiswa seperti kita. Ya, kan Soraru-san?"
"Hm."
"Lain kali kita makan di sini, yuk!"
Terlihat ada segerombol anak muda yang keren dan tampan. Namun, ada satu orang yang menarik perhatian [Name], yaitu seorang pemuda berambut putih dan terlihat seperti albino.
Pemuda yang sama seperti di mimpi gadis itu!
Sepertinya pemuda itu habis makan-makan bersama temannya. Cukup lama sang gadis memperhatikan sosok pemuda yang ada di mimpinya itu.
"Is this real?"
Sang gadis masih terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Gadis berambut [H/C] itu tahu kalau sosok yang ada di mimpinya kemungkinan besar akan ia temui. Tapi, tempat dan waktu pertemuannya tidak ia ketahui.
Alhasil, gadis itu mencubit pelan pipinya dan meringis pelan karena cubitannya itu terasa cukup sakit.
"Hoi, [Name]! Sedang apa kau?" tanya Yerin yang menyadari tingkah aneh sahabatnya. Gadis berambut hitam itu menolehkan pandangannya dan melihat beberapa pemuda yang tidak jauh dari tempatnya itu tengah berbincang dengan bahasa Jepang.
"Woah, [Name]! Lihat itu... Ternyata makhluk lokal di Jepang keren banget!" Yerin-dengan tidak tahu malunya-menatap kerumunan pemuda tampan itu sembari memanggil sahabatnya. Untung saja pemuda-pemuda itu tidak mengerti aa yang diucapkan oleh Yerin.
Karena malu, [Name] memukul pelan tangan Yerin sehingga sahabatnya itu menatap tajam kearahnya. "Ish, kau ini. Kalau ada rejeki jangan disia-siakan seperti itu dong."
Selama Yerin dan [Name] sedang berdebat, pemuda berambut putih yang diperhatikan oleh sang gadis itu balik memperhatikan gadis berambut [H/C] dengan wajah sedikit terkejut.
Ia merasa seperti pertemuan ini telah ditakdirkan untuk terjadi.
"Hei, Mafu-kun. Ada apa? Kenapa kau terkejut seperti itu? Seperti habis melihat hantu saja." tanya seorang pemuda berambut cokelat yang heran dengan reaksi tiba-tiba dari temannya.
Pemuda yang dipanggil terlihat kebingungan. "Hm? Eh, oh... Tidak ada apa-apa, kok. Hanya merasa de javu," jawabnya dengan sedikit gelagapan.
"Hm? Begitukah?" tanya pemuda berambut raven yang terlihat paling tua diantara mereka semua.
Pemuda berambut putih itu menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Iya, kalian tidak perlu khawatir. Ayo kita pergi!" ajaknya dengan riang. Akhirnya kumpulan pemuda itu pergi dari sana dan membuat Yerin sedih karena belum puas melihat penampakan indah itu.
"Kau sih! Mereka jadi pergi."
"Eh? Kok aku? Enak saja... Karena kamu kali!" Kini kedua sahabat itu malah sibuk melanjutkan debat mereka sampai seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka yang telah ditunggu.
"Arigatou gozaimasu," ucap Yerin yang mencoba untuk berbicara dengan bahasa Jepang.
"Ih, sok Jerman," ejek [Name] sambil tertawa.
"Ibu [Name], mohon bedakan negara Jepang dengan Jerman." Yerin memperingati dengan tegas.
Namun, pada akhirnya mereka tertawa bersama dan perdebatan diantara mereka berakhir.
•~•°~°•~•
'Aneh sekali, aku tidak mengenalnya sama sekali. Tapi entah mengapa rasanya aku pernah bertemu dengannya.'
'Sosok pemuda yang sama dengan di mimpiku. Rasanya aneh sekali, padahal aku sudah melihat sosoknya di mimpiku. Tapi, tetap saja mengejutkan dan tidak terduga bahwa kami bertemu di tempat makan seperti ini.'
'Rasanya seperti takdir bisa bertemu seperti ini.'
•~•°~°•~•
Setelah selesai makan, Yerin dan [Name] kembali ke asrama mereka. "Tidak terasa sekarang sudah malam, ya," ucap Yerin yang merebahkan tubuhnya di kasurnya.
"Hm, dan tidak terduga kita bisa merasakan malam di Jepang," balas [Name] yang membersihkan wajah dan tubuhnya sebelum menyentuh kasurnya.
"Yerin? Kau tidak mau cuci muka dulu?" tanya [Name] yang tidak mendapat respon dari sahabatnya. Gadis itupun memanggil sahabatnya lagi, "Yerin? Apa kau sudah tidur?" Untuk kedua kalinya panggilan dari sang gadis tidak mendapat respon.
Saat [Name] mengeceknya, ternyata benar sahabatnya sudah tertidur pulas di kasurnya. Gadis itu menghela napas pelan dan memilih untuk tidur daripada mengkhawatirkan hal yang sia-sia. [Name] merebahkan dirinya di kasur dan tidak lama kemudian ia tertidur dengan pulas.
•~•°~°•~•
"Um? Suasananya masih sama seperti dua hari yang lalu. Aneh," gumam gadis berambut [H/C] itu sembari berjalan mendekati pohon sakura yang entah sejak kapan ada di tengah padang rumput yang luas itu.
"Tubuhku terasa lelah sekali ... Oh ya, ngomong-ngomong pemuda berambut putih itu kok tidak muncul lagi?" tanya [Name] pada dirinya sendiri sambil mencari-cari keberadaan pemuda itu.
Namun, gadis itu tidak menemukannya. "Ah, sudahlah ... Mungkin karena sudah bertemu sosoknya jadi menghilang," ucap [Name] pasrah. Ia menghela napas gusar dan menyenderkan tubuhnya pada batang pohon yang besar itu. Entah mengapa rasanya ada yang hilang saat ini.
"Bertemu siapa? Sosok siapa yang menghilang?" Tiba-tiba suara lembutpun terdengar dari sebelah sang gadis yang tengah beristirahat. Gadis itu sontak terkejut karena suara yang tiba-tiba saja muncul bersama dengan sosok pemuda yang ia cari tadi.
"A-ah, kau ada di sini ...." Sang gadis yang masih terkejut spontan berkata seperti itu. Sedangkan pemuda berambut putih itu menaikkan sebelah alisnya dan memasang ekspresi bingung.
"Tentu saja aku ada di sini. Aku selalu ada di sini. Apa kau mencariku? Hehe, kau lucu sekali~ Ah, kau belum menjawab pertanyaanku!"
Sang gadis bingung dengan tingkah pemuda itu. Mereka belum saling mengenal tapi entah mengapa pemuda berambut putih itu bertingkah seakan-akan mereka adalah sahabat.
"Um, maaf. Tapi siapa namamu? Kenapa kau bisa ada di sini? Dan kenapa tadi aku tidak menemukanmu saat aku mencarimu?" tanya [Name] yang penasaran dengan segala hal tentang pemuda berambut putih ini.
"Ugh, kau tidak sopan sekali~, kan kau belum menjawab pertanyaanku. Tapi kau sudah bertanya hal lain padaku!" Pemuda itu terlihat kesal karena pertanyaannya belum dijawab oleh sang gadis.
"Eh, m-maaf. Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu tapi janji setelah itu kau harus menjawab pertanyaanku!" Pemuda mimpi itu mengangguk setuju dengan ucapan [Name].
"Aku tadi bertemu dengan orang yang mirip sekali denganmu dan s-saat mencarimu aku tidak menemukan sosokmu. Kukira kau menghilang ...."
Pemuda mimpi itu mengangguk-anggukan kepalanya sebelum tersenyum puas karena pertanyaannya terjawab. "Baiklah, karena kau sudah menjawab pertanyaanku, maka aku akan menjawab pertanyaanmu!" seru permuda itu dengan riang.
"Jawaban untuk pertanyaan pertama, kau akan mengetahuinya nanti! Untuk pertanyaan kedua, jawabannya adalah ... Karena takdir? Haha, lanjut untuk jawaban pertanyaan ketiga!"
'Apa-apaan pemuda itu. Menjawab seenaknya seperti tidak ada jawaban pasti untuk semua pertanyaan,' batin [Name] sedikit sebal.
"[Name]-chan jangan marah, untuk pertanyaan ketiga jawabannya sungguhan, kok!" Seakan mengetahui isi hati dari sang gadis, pemuda mimpi itu memberi kepastian untuk jawaban selanjutnya.
Sang gadis pun hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Hehe, senyummu sangat manis. Kau harus sering tersenyum seperti itu~" Pemuda mimpi itu menggoda [Name] dan terkekeh pelan melihat wajah sang gadis yang tersipu malu.
"Jawabannya adalah... Kau tidak akan bisa menemukanku jika kau mencariku. Sebaliknya jika kau tidak mencariku maka aku akan datang kepadamu dan menemanimu di sini."
Jawaban aneh yang diberikan oleh pemuda mimpi itu membuat sang gadis menjadi semakin bingung. Ketika ingin bertanya lebih lagi, pemuda itu kembali menghilang.
Perlahan semua yang ada di dalam mimpi pun lenyap tak menyisakan bekas seperti pemuda mimpi itu.
•~•°~°•~•
'Kuharap besok aku bisa bertemu lagi dengannya.'
TBC
Maaf lama updatenya kawan²... Semoga kalian suka ama part yang ini karna... Butuh perjuangan nulisnya :")
2150+ words, Horay!
Dah lah... Ditunggu chapter selanjutnya ya!
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA KAWAN²... Setidaknya itu penyemangat untuk melanjutkan book ini :")
Love, Yuuki Miyazono.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top