ONESHOOT
..oOo..
Sweet Chocolate
Disclaimer© Masashi Kisimoto
Written by LIANA2789
Genre: Fanfiction, romance
Pair: Sasuke x Sakura
Rate: Teen
.
.
.
Lusa adalah Valentine days! Dan saat itulah yang ditunggu oleh Sakura. Ia sangat berharap bisa memberikan sesuatu kepada senpai tercintanya,
Uchiha Sasuke.
Sudah berapa lama ia menyukainya? Seminggu lalu? Sebulan? Atau setahun? Sakura pun tak tahu pasti.
Yang sudah pasti, tekadnya telah bulat untuk memberikan hadiah spesial untuk senpai-nya. Hadiah yang bisa diterima olehnya dengan senang hati.
"Oy! Sakura, kenapa kau melamun?" Tanya Tenten.
Bahkan gadis soft pink ini baru menyadari jika dirinya melamunkan Sasuke senpai hingga mengabaikan teman-temannya.
Ia sedang bersantai ria dikelas mereka. Terdapat Hinata, Ino, dan juga Tenten yang berada didekatnya.
"Kau merusak bayangan pujaannya, Tenten." Ucap Ino usil.
"Pujaan? Apa maksud kalian Sasuke senpai?" Tanya Hinata dengan polos.
Tenten mengangguk, "Sudah pasti itu Sasuke senpai, memang siapa lagi." Ucap Ino.
"Huft.. Aku bingung!" Keluh Sakura.
Sontak ketiga pasang mata terpusat kearahnya. Tenten memajukan kursinya untuk mendekat, Ino menyangga kepalanya dengan tangan diatas meja Sakura, sementara Hinata menyentuh lembut lengannya.
Sakura menatap malas kearah mereka bertiga. "Kenapa lagi kalian?" Tanya Sakura malas.
"Katakan saja Sakura-chan, bingung kenapa?" Tanya Hinata lembut.
Sakura menghela nafas berat. Ia tidak yakin bisa bercerita pada para sahabatnya, apalagi Tenten dan Ino.
Kedua wanita itu bisa menertawakannya. Seperti biasa, baik Ino ataupun Tenten selalu mengejeknya ketika bercerita tentang Sasuke senpai.
"Tidak perlu, aku tahu kalian akan menertawakan diriku." Ketus Sakura.
"Baiklah, aku janji tidak menertawakanmu." Tegas Tenten. Gadis bercepol itu berjanji layaknya seorang tentara militer.
Matanya melirik kearah Ino yang masih diam saja. "Psst! Kau ikut juga!" Bisik Tenten.
"Aku tidak bisa janji, habis ceritamu konyol." Ucap Ino.
Jdug
Tenten dengan keras membenturkan sikunya pada pinggang indah gadis bersurai pirang itu.
"Aww!! Sakit baka!" Amuk Ino.
"Cepat!"
Ino tahu apa maksud Tenten. Dengan wajah cemberut dia berjanji hal yang sama seperti Tenten.
"Iya, iya! Aku janji tidak tertawa saat kau cerita! Puas?!" Ino mendelik kesal kearah Tenten. Namun sepertinya Tenten mengabaikan hal itu dengan santai. Membuat hati Ino semakin kesal.
Sakura menatap bosan kearah Tenten dan Ino yang sedari tadi berdebat pada hal yang tak jelas. Percayalah, pertengkaran diantara mereka hanyalah pertengkaran konyol.
Tapi walau begitu merekalah tempat Sakura berbagi ceritanya, terutama ceritanya tentang Sasuke senpai sang pujaan hatinya.
"Aku terlalu bingung harus memberi apa pada Sasuke senpai," jelas Sakura.
"Hanya itu?" Sakura merenspon pertanyaan itu dengan anggukan lemah.
"Pfftt! Hahaha!!-"
Plak
Tenten memukul keras punggung Ino dengan keras. Sang pemilik tubuh langsung meringis kesakitan sambil memandang marah kearah Tenten.
"Bisa kau tidak memukul?! Kau kira tidak sakit?!" Amuk Ino.
Dan begitulah mereka. Selalu bertengkar hingga membuat Sakura menjadi semakin jenuh dan kesal.
Mulut mereka bahkan mengalahkan suara klakson truk besar sekalipun, bayangkan saja jika setiap harinya dirimu selalu mendengarnya.
'Tuhan, sabarkan hatiku.' Batin Sakura.
.
.
.
Dirumah Sakura berusaha mencari sumber informasi tentang Valentine days melewati beberapa buku ditokonya.
Sudahkah dia bilang bahwa ia memiliki sebuah toko buku? Tak terlalu bersar, namun cukup banyak pelanggan yang berdatangan.
Setelah lama membaca ia hanya merasa bosan. Tak menemukan ide spesial untuk mengejutkan hati Sasuke senpai sang pujaannya.
Sakura tertunduk lesu dengan jidat yang berada diatas meja. Tanpa sadar mengacuhkan salah seorang pelanggan yang datang ke toko bukunya.
Buk
"Apa kau akan terus tertidur dan mengabaikan pelangganmu?" Tanya seorang pria dihadapannya.
Sakura sontak mendongakkan wajahnya, menatap terkejut pada objek didepan matanya.
Dalam sekejap wajahnya mendadak jadi seperti kepiting rebus, hatinya berdetak begitu keras, dan matanya terpusat pada seorang pelanggan tampannya.
Dia adalah Uchiha Sasuke! Senpai pujaannya! Panjang umurlah dia, baru saja dibuat pusing karena memikirkannya dan selanjutnya ia sudah berada dalam toko bukunya!
Inikah yang disebut nikmat tuhan?
"Kau akan terus mengacuhkanku hingga aku pergi?" Tanya Sasuke sekali lagi.
Dengan pertanyaan tersebutlah Sakura kembali sadar dan berada dalam alam nyatanya. Bertingkah gugup dengan rona wajah yang belum sekalipun terhapuskan dikedua belah pipinya.
"Se-Senpai, ke-kenapa a-ada disini?" Pertanyaan bodoh dilontarkan oleh Sakura tanpa berpikir dahulu.
"Menurutmu?" Sasuke bertanya balik.
"U-Untuk meminjam?" Tebak Sakura dengan hati-hati.
"Hn," sahut Sasuke.
'Aku menyukaimu senpai!!' Teriak inner Sakura.
"Kau masih diam saja atau akan melayani pelangganmu?" Tanya Sasuke.
Sakura langsung sadar, entah berapa lama ia mengacuhkan Sasuke. Ia pun bergegas meraih buku yang dibawa Sasuke.
Sret
Ukhh!!
Baru bersentuhan dengan tangan halusnya, Sakura sudah semakin gemetar malu. Ini pertama kalinya ia menyentuh telapak tangan Sasuke.
Rasanya sangat halus dan lembut, apakah pemuda itu melakukan perawatan?
"I-Ini bukunya, se-senpai!" Sakura menyerahkan buku yang akan dipinjam oleh Sasuke.
Sasuke mengambilnya dengan santai, tanpa memperdulikan tangan mereka yang sempat kembali bersentuhan.
Dengan cuek Sasuke tak menghiraukan gelagat aneh yang ditunjukkan Sakura. Ia mengambil sejumlah uang dan diberikan pada gadis didepannya.
"Ini, ambil saja kembaliannya." Sakura terkejut saat mengambil uangnya.
Bukan karena tangan mereka yang kembali bersentuhan namun karena kalimat akhir yang diucapkan Sasuke.
Dengan cepat Sakura menolak, "Tidak perlu senpai! Ambil saja kembaliannya!" Ucap Sakura dengan uang kembalian yang diarahkan pada Sasuke.
Namun pemuda itu sepertinya tak menghiraukan, ia memilih melangkah cuek dan berjalan menuju pintu toko.
Tangannya membuka pintu dan bersiap dengan payung hitamnya yang dibuka lebar. "Sasuke senpai! Tunggu!" Teriak Sakura yang menyusul dari arah belakangnya.
Kepala ravennya berbalik menoleh kebelakang, menatap sosok gadis manis dibalik tubuhnya.
"Ambil saja," ucap Sasuke.
"Ta-Tapi senpai-"
"Jangan panggil senpai, panggil saja Sasuke. Kita tidak sedang di sekolah." Jeda Sasuke.
Setelahnya, Sasuke melangkah pergi meninggalkan Sakura yang berdiri bak patung didepan toko bukunya. Ia menatap diam punggung Sasuke yang menjauh dari pandangannya.
Sosoknya begitu misterius, sosoknya selalu membuat Sakura tertarik dan berusaha berlari mengejar dirinya.
Sakura benar-benar menyukai senpai-nya!
.
.
.
Sore hari itu, Hinata datang mengunjungi toko buku Sakura. Kedatangannya langsung disambut hangat oleh Sakura.
Diluar salju sedang turun, namun untungnya Hinata memakai payungnya. Setelah menyuruh Hinata untuk duduk dikursi, Sakura pamit pergi untuk membuatkan coklat hangat untuk Hinata.
Sempat saja ditolak, namun Sakura tetap memaksanya untuk duduk diam dan tenang sembari Sakura membuat dua gelas coklat hangat untuk mereka.
"Ini dia, dua cangkir coklat panas dengan potongan marshmellow bakar diatasnya!" Sakura menyajikan dua cangkir coklat panas dimeja yang ditempati Hinata.
"Arigato, Sakura-chan. Maaf telah merepotkan," ucap Hinata.
Sakura mengambil posisi untuk duduk berhadapan dengan Hinata, "Kau ini bicara apa? Sudahlah, minum saja." Jawab Sakura.
Keheningan yang sunyi akhirnya datang menemani keduanya. Salju lebat masih menerjang diluar sana, untung saja toko buku Sakura masih dilengkapi pemanas ruangan sehingga membuat kedua gadis tersebut tak sedikitpun merasa kedinginan.
"Sakura-chan sudah menemukan hadiah yang cocok untuk senpai?" Tanya Hinata.
Sakura menggeleng lemah, "Belum terpikirkan apapun," jawab Sakura wajah lesu.
"Boleh aku memberi beberapa saran?" Sakura menatap Hinata dengan mata emerald-nya yang mulai berbinar cerah.
"Tentu saja! Silahkan katakan!" Ujar Sakura.
"Saat dulu aku dan Naruto senpai masih belum menjalin kasih, aku sempat memberikannya sebuah syal rajut dihari valentine." Jelas Hinata.
"Syal rajut?" Beo Sakura.
"Iya, aku membuatnya khusus untuk Naruto-kun." Tutur Hinata.
Otak cerdas Sakura mulai berpikir. Apakah ia bisa merajut sesuatu dengan cepat sebagai hadiah valentine untuk Sasuke senpai?
Dan yang menjadi jawaban dibenaknya adalah, TIDAK.
Bahkan ia belum pernah sekalipun belajar merajut, bagaimana jika hasilnya kacau nanti? Ia ingin yang terbaik untuk Sasuke senpai-nya!
"Kurasa ide buruk, waktunya sudah tak sempat. Apalagi aku belum pernah merajut sekalipun dalam hidupku," runtuk Sakura.
"Begitu ya..," lirih Hinata.
Keduanya kembali terdiam dengan pikiran masing-masing. Sakura meraih cangkir coklat panasnya dan meniupnya pelan lalu meminumnya dengan tenang.
Hinata memperhatikannya, lalu pandangannya bergerak pada secangkir coklat panas yang entah sejak kapan digenggam oleh tangannya.
Coklat! Tentu saja! Kenapa tak terpikirkan sedari tadi dibenak Hinata?!
"Bagaimana jika Sakura-chan membuat coklat saja?" Saran Hinata.
Sakura hampir saja tersedak saat meminum coklat panasnya. Hinata dibuat kaget dengan hal itu, ia langsung saja mengambil selembar tisu dan memberikannya pada Sakura.
Dengan halus Sakura menolaknya, ia masih setia terbatuk kecil dengan rasa kaget yang tak kunjung hilang.
"Apa katamu? Coklat?" Ulang Sakura. Gadis berhelai indigo dihadapannya hanya mengangguk sekali.
'Kenapa tak terpikirkan sedari tadi?' Batin Sakura.
"Bagaimana? Apa kau mau, Sakura-chan?" Tanya Hinata.
Tapi jika dipikir-pikir ulang, apa Sakura bisa membuat coklat yang enak untuk Sasuke?
"Aku yakin Sakura-chan pasti bisa membuatnya, semudah membuat coklat panas." Seru Hinata.
Benarkah? Semudah itu?
Lalu, untuk apa Sakura merasa tak mampu? Bukankah coklat panasnya sudah banyak dipuji orang?
"Baiklah, akan kucoba. Besok mampirlah kemari dan ajari aku ya," Hinata mengangguk pasti.
"Tentu! Aku akan ijin dulu pada ayahku," ujar Hinata.
Keputusannya sudah bulat. Sakura akan membuat coklat manis super istimewa untuk Sasuke senpai-nya! Untuknya seorang!
Oleh karenanya, ia akan benar-benar memastikan bahwa coklat yang dibuatnya akan selalu dikenang oleh Sasuke.
Ya, kita lihat saja nanti.
.
.
.
Kringg
Bel mulai berdering pada senja hari. Semua murid mendesah lega karena selesainya pelajaran hari ini.
Semua mulai sibuk nembereskan barang-barang dan mengemasnya dalam tas sekolah. Tak terkecuali Sakura, ia begitu bersemangat untuk pulang.
Rasanya sudah tak sabar untuk membuat coklat spesial yang akan diberikannya besok pada Sasuke senpai.
"Aku bisa mendeteksi kebahagiaan disekitar sini," sindir Ino.
Sakura menatapnya sekilas dan kembali mengacuhkannya. Tangannya lebih memilih untuk menutup resleting tasnya.
"Ada apa gerangan denganmu?" Tanya Tenten.
"Tak ada, memang kenapa?" Tanya Sakura balik.
"Kau hanya tampak begitu bahagia, padahal sebelumnya kau bimbang dan resah." Celetuk Tenten.
"Hmm.. Terserah, aku sudah menentukan hadiah untuk Sasuke senpai." Ucap Sakura malas.
"Sudah kuduga," ucap Ino santai. Kepala Tenten hanya mengangguk paham dan mengerti.
1..
2..
3..
"APA?!" Teriak Ino dan Tenten heboh.
Semua siswa yang mulai meninggalkan kelas sempat menoleh penasaran kearah kedua gadis itu.
Sikap mereka membuat Sakura menepuk keras jidatnya, dalam benak meruntuki sifat bodoh yang dilakukan sahabatnya.
"Bisakah kalian tidak mempermalukan diriku?" Bisik Sakura dengan ketus.
"Eumm.. Sakura-chan," panggil Hinata.
Mata emerald-nya bergulir menatap kearah Hinata yang menatapnya dengan pandangan aneh. Sakura punya firasat tak bagus untuk tatapan itu.
"Ya? Kenapa Hinata?" tanya Sakura.
"Ku-Kurasa sore ini aku tak bisa berkunjung," lirih Hinata.
"Kenapa? Apa ada sesuatu?" Himata mengangguk pelan.
"Nenekku di Osaka sedang sakit, aku harus menjenguknya." Jelas Hinata.
Sakura tersenyum simpul, ia mengerti akan hal itu. Bagaimana pun Hinata tak seharusnya mengabaikan anggota keluarganya.
Apalagi, Hinata sangat dekat dengan neneknya yang berada di Osaka itu. Pernah beberapa kali, Sakura ikut untuk mengunjungi rumah neneknya di Osaka.
"Aku harap nenekmu segera sembuh. Sampaikan salamku untuknya," ucap Sakura lembut.
Hinata menatap Sakura dengan pandangan penuh rasa terimakasih. Ia berpikir bahwa ia tak pernah salah berteman dengan gadis sebaik Sakura.
"Um! Arigato, Sakura-chan!" Seru Hinata.
"Sampaikan juga salam dari kami, semoga cepat sembuh untuknya!" Ucap Tenten mewakili Ino. disebelahnya.
Ino sempat mengelus punggung Hinata dengan lembut, berusaha memberi dukungan untuk gadis yang begitu lembut hatinya itu.
Disaat itu suasana kelas sudah kosong. Hanya tersisa mereka berempat yang tetap berada didalam.
Sepasang pemuda terlihat mengintip dibalik pintu, sepertinya menunggu mereka. "Hinata-chan!" Sapa Naruto.
Pemuda berambut kuning, berhelai jabrik, dengan paras yang menjerat para gadis tersebut adalah senpai mereka sekaligus kekasih Hinata.
Kebetulan sekali, Naruto juga sekelas dengan Sasuke senpai! Beberapa kali saat bertemu dengan Naruto senpai, ia juga melihat sosok Sasuke senpai yang membuntutinya dengan malas.
Kehadiran kedua pemuda itu bagaikan matahri dan bulan. Sama-sama dinikmati keindahannya oleh semua orang.
Saat berita Naruto senpai yang sudah mendapatkan kekasihnya tersebar, seluruh fans-nya dilanda patah hati berjamaah.
Tapi untungnya ketampanan Sasuke senpai juga tak kalah darinya. Sejak Naruto sudah memiliki kekasih, fans Sasuke mulai bertambah banyak.
Semua berlomba untuk mendapatkan hati pemuda dingin tersebut. Namun berbagai penolakan tegas diberikan pada mereka semua.
"Na-Naruto-kun, kenapa ada disini?" Tanya Hinata gugup.
Naruto mulai melangkah masuk kedalam kelas, dengan senyum hangat yang menyilaukan bagi semuanya.
Hanya ada Naruto senpai, kemana Sasuke senpai?
"Hinata-chan, mau pulang bersama?" Tawar Naruto dengan manis.
Wajah Hinata seketika merona malu, ia mengangguk pelan sambil bergumam lemah. "I-Iya, Naruto-kun." Gumamnya.
Sedikit rasa kecewa bersarang dihati Sakura, kala Sasuke senpai tak ikut bersama Naruto. Padahal, ia ingin sekali menatap kembali wajah tampannya.
Gerak gerik Sakura terus diawasi oleh Naruto, pemuda bersurai kuning itu tampaknya peka terhadap perasaan Sakura.
"Sakura-chan, kau kenapa?" Tanya Naruto. Seketika Hinata, Ino, dan juga Tenten menatapnya disaat yang sama. Berusaha mencari tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya.
Sakura sedikit gelagapan saat dipandangi, kepalanya menggeleng dengan cepat. "Ti-Tidak ada apa-apa!" Seru Sakura dengan senyum paksa.
Semua tampak masih tak percaya. Mendadak suasana jadi sunyi dan canggung. Sakura berusaha memutar otak untuk mencari topik pembahasan yang lain.
Pandangannya tertuju kearah leher Naruto senpai yang dilingkari syal rajut berwarna merah. Sebuah topik lain muncul diotak Sakura.
"Naruto senpai, apa itu syal rajut yang dibuat Hinata?" Tanya Sakura.
"Oh, ini?" Naruto menunjuk kearah syal yang dipakainya.
"Ini adalah syal istimewaku! Sangat nyaman memakainya saat cuaca dingin seperti ini, apalagi dirajut dengan cinta dari Hinata-chan!" Seru Naruto senpai dengan cengiran khasnya.
Mendengar hal manis yang diucapkan kekasihnya, Hinata menjadi semakin tersipu malu. Ia ikut tersenyum manis menatap wajah Naruto.
"Kalian pasangan yang romantis!" Puji Ino.
"Ya, tidak seperti Neji yang kaku." Celoteh Tenten.
Semua yang ada disana menertawakannya, wajah Tenten tertekuk kesal. Sakura bahkan tertawa samar bersama mereka.
"Kalau begitu, ayo kita keluar gerbang bersama!" Ajak Ino.
"Aku baru saja ingin bilang begitu," ucap Naruto.
Mereka melangkah bersamaan menuju pintu ruang kelas, Naruto senpai berjalan berdampingan dengan tangan yang terjalin dengan Hinata.
Sementara Sakura hanya mengekor seorang diri dibelakang. Ia tertunduk lesu, sepulangnya dari sekolah ia masih harus membuat coklat untuk Sasuke senpai besok.
"Eh? Sasuke?" Naruto menatap kaget pada sosok pemuda dilorong sekolah.
Deg
'Sasuke senpai? Ada disini?!' Tanya batin Sakura.
"Hallo, Sasuke senpai!" Sapa Ino dengan genit.
Seprttinya ia mencoba menaskan hati seseorang yang berada dibalik tubuhnya. Tanpa tahu akibat dari keusilannya.
"Hn," gumam Sasuke.
"Kau lama sekali, dobe." Omel Sasuke.
Naruto memanyunkan bibirnya layaknya seekor bebek, menatap kesal pada teman tampannya. "Kenapa tidak pulang saja sendiri?!" Cibir Naruto kesal.
Sasuke menatap kearah Sakura, mata keduanya saling bertemu tatap. Onyx yang kelam dengan emerald yang jernih.
Sakura merasakan getaran aneh dalam lubuk hatinya. Debaran jantungnya semakin kencang. Ia berharap agar wajahnya tidak memerah saat ini.
"Hey, teme!" Panggil Naruto senpai.
"Hn," Sasuke menjawab dengan malas.
Tatapan antara Sakura dan Sasuke senpai akhirnya terputus. Ada sedikit rasa kecewa dan juga merasa lega.
Lega karena debaran jantungnya kembali normal sedia kala.
"Pulanglah, aku akan mengantar Hinata-chan pulang." Ujar Naruto dengan nada memerintah.
"Hn."
Naruto merasa semakin jengkel dengan kosakata langkah, aneh, dan menyebalkan itu. Ingin sekali rasanya menambahkan kosakata baru dalam otak cerdas sahabatnya.
"Sudahlah, aku pergi dulu. Ayo Hinata-chan," Naruto senpai pergi dengan menggandeng tangan Hinata erat. Derap langkahnya sengaja dibuat keras untuk mewakili kekesalannya.
Dengan sedikit kerepotan, Hinata berhasil mengimbangi langkah kekasihnya itu. Untung saja Hinata termasuk gadis yang penyabar.
"Ekhm, kalau begitu aku akan pergi dulu dengan Tenten. Dah!" Pamit Ino.
Keduanya berlari dengan kencang menyisakan Sakura dengan Sasuke disana berdua. Sementara itu otak Sakura masih memproses kejadian barusan secara lambat.
Ia menolehkan pandangannya, menyapu kesegala arah. Kosong, tak ada seorang pun. Bahkan dirinya baru ingat jika teman-temannya meninggalkannya sendiri,
Bersama Sasuke senpai.
Tapi, haruskah ia bersenang hati dengan momen ini?
"Apa yang kau tunggu?" Kalimat tanya yang terlontarkan dari bibir Sasuke seakan memecahkan keheningan diantara keduanya.
"Ti-Tidak ada," jawab Sakura dengan nada yang gugup.
Sasuke memandanginya sekilas kemudian berbalik dan melangkah pergi. Sakura hanya diam menatapinya dengan pandangan rapuh.
Mungkinkah harapannya terlalu besar? Sasuke senpai mungkin sudah memiliki orang yang disukainya, lalu untuk apalagi ia membuat coklat untuknya?
Dia bukanlah apa-apa dalam hidup pemuda itu, jika ditanyakan langsung padanya mungkin pemuda itu hanya menjawab Sakura adalah teman dari kekasih Naruto.
Apakah sudah tak ada lagi harapan? Apakah Sasuke senpai akan menerima hadiahnya?
Dilihatnya langkah Sasuke yang terhenti secara misterius. Berbalik menoleh kearahnya sekali lagi.
"Kau mau terus disana?" Tanya Sasuke.
"Ti-Tidak, tentu tidak!" Jawab Sakura.
"Kalau begitu ayo, aku akan mengantarmu pulang."
Deg
Jantungnya serasa terhenti. Telinganya mendadak tuli. Otaknya tiba-tiba berpikir selambat kura-kura.
Benarkah ini? Apa pemuda itu sungguh-sungguh?
'Senpai, bolehkan aku menabur sedikit harapanku padamu?' Batin Sakura.
.
.
.
Sakura sudah sampai dirumahnya dengan diantar oleh Sasuke senpai. Keduanya sengaja berjalan kaki karrna jarak rumah keduanya sama-sama dekat dari sekolah.
Terlihat rintik salju tipis berguguran dari langit. Namun Sakura masih setia berdiri didepan rumahnya, menunggu Sasuke untuk berbalik dan pulang.
Tapi tak ada sekalipun pergerakan darinya, ia malah terus berdiri disana. Entah apa yang dipikirkan pemuda itu, Sakura tak bisa mengetahuinya.
"Sasuke senpai tidak pulang?" Tanya Sakura.
"Kau mengusirku?" Ucap Saduke dengan nada tajam.
"E-Err.. Bukan begitu! Hanya saja, salju sudah mulai turun. Jadi kukira sebaiknya Sasuke senpai segera pulang," jelas Sakura dengan cepat.
Ia lihat Sasuke menghela nafasnya. Kepulan hawa panas keluar dari bibirnya. "Hn, aku kesini bukan hanya untuk mengantarmu. Aku berniat untuk mengunjungi toko bukumu juga," ujar Sasuke.
"Tapi sepertinya kau tak senang keberadaanku disini," lanjut Sasuke.
Sasuke mulai berbalik, hendak melangkah pergi tanpa ucapan pamit. Namun dengan segera Sakura menggapai tangannya.
"Se-Senpai, jangan pergi dulu!" Cegah Sakura.
Pemuda itu hanya diam sembari menatap Sakura. Kedua pasang mata itu kembali bertemu tatap, memunculkan kembali debaran jantung tak normal milik Sakura.
Kontak mata akhirnya diputuskan oleh Sasuke. Pandangannya turun pada genggaman tangan antara dirinya dan Sakura.
Sakura seakan mengerti, langsung saja ia melepaskan genggamannya dengan cepat. Ia mendadak jadi begitu gugup didepan Sasuke senpai.
"Ja-Jangan pergi dulu, mampirlah ke tokoku." Tawar Sakura.
"Hn, baiklah." Sasuke melangkah masuk mendahului Sakura. Membiarkan Sakura mematung sebentar diluar sana.
Sesampainya didalam, Sasuke disambut oleh suara khas anak perempuan kecil. "Kak Sakura!! Himeka datang kesi— eh? Bukan Kak Sakura ya?" Gadis kecil itu menatap polos kearah Sasuke.
Dari luar toko, Sakura mendengar suara yang tak asing berasal dari dalam. Ia berbalik dan menemukan Himeka —keponakannya— tengah menatap bingung pada sosok Sasuke.
Dengan cepat Sakura masuk kedalam, menghampiri Himeka dengan cepat. Menyadari kehadirannya, Himeka langsung menuju kepelukan Sakura.
"Kak Sakura!" Teriak Himeka girang.
"Hey anak nakal! Kenapa bisa ada disini?" Tanya Sakura dengan mencium gemas pipi gembul Himeka.
Gadis kecil itu tertawa hingga terbahak-bahak, ia merasa geli dengan kecupan Sakura. "Hihi.., hentikan kak! Geli!" Ucap Himeka.
"Aku berhasil membuat ibu mengantarku kemari, aku rindu Kak Sakura." Jawab Himeka.
"Dasar nakal!" Sakura mencubit pelan hidung mungil Himeka.
"Aww!! Kak Sakura sakit!" Rintih Himeka.
Sakura tertawa lepas melihat ekspresi lucu yang ditunjukkan Himeka. Tawanya diiringi tatapan tak terbaca,
Dari Sasuke senpai.
Ia memandangi interaksi keduanya dalam diam. Menatap tawa dan senyuman dari bibir Sakura.
Onyx itu seakan terpusat padanya, seolah menemukan sebuah objek yang indah untuk dipandang. Namun bagaimanapun juga, takkan ada yang tahu apa arti dari pandangannya.
"Ah? Sasuke senpai. Maaf telah mengabaikanmu," ucap Sakura.
Himeka menatap Sasuke dan Sakura secara bergantian. Otak kecilnya yang mulai berusaha berpikir sesuatu.
"Jadi, ini orang yang disukai Kak Sakura?" Tanya Himeka polos.
Sakura sedikit terkejut, matanya mendeluk kesal menatap Himeka. "Himeka, jangan bicara sembarangan!" Tutur Sakura dengan sedikit tegas.
"Hihi.., wajah Kak Sakura memerah seperti kepiting rebus yang dibuat Bibi Mebuki!" Celetuk Himeka dengan tawa kecil.
"Dasar anak nakal! Akan kukejar kau! Arggghh!!" Sakura mulai mengejar Himeka dengan suara layaknya monster.
Hineka tampak senang, ia terus berlari dengan senang tanpa sekalipun merasa takut. Menurutnya, ini adalah cara yang dilakukan Sakura untuk menghiburnya dan itu semua berhasil menghiburnya.
"Kejar aku monster jelek!" Ejek Himeka.
Seulas senyum setipis helai kertas kini tertampilkan dipermukaan bibir Sasuke. Entah mengapa, tawa keduanya membuatnya bisa tersenyum.
Tidak ada yang tahu sekalipun alasannya.
.
.
.
Keesokan harinya telah tiba. Hari yang dinantikan sudah berjalan. Ini adalah saatnya valentine days, hal yang ditunggu Sakura sejak lama.
Ia sudah membungkus rapi coklat yang dibuatnya dalam bungkusan berbentuk love. Memberikan hiasan pita berwarna hitam dengan permukaan bungkus berwarna hitam.
Sakura sengaja menambahkan rasa manisnya, agar membuat Sasuke menjadi senang nantinya. Ya, semoga saja Sasuke senpai akan menerimanya.
Ia mengintip dari balik dinding lorong, mengawasi sebuah pintu kelas yang ternyata kelas dimana Sasuke senpai-nya berada. Mengabaikan semua muridnya yang melihat dirinya dengan tatapan bertanya.
Sakura tetap memfokuskan dirinya untuk terus menatap kearah pintu kelas tersebut hingga akhirnya seorang pemuda menepuk pelan pundaknya.
Dirinya dibuat kaget dengan hadirnya sosok kouhai-nya, Rock Lee. Pemuda itu tampak tersipu malu saat menatap dirinya.
Apa ada yang salah dengannya?
"Aa, Lee! Ada apa?" Tanya Sakura dengan gugup.
"A-Ano, Sakura senpai. Daisuki yo!" Ucap Lee dengan cepat. Tangannya menyodorkan satu bungkus coklat beserta sekuntum bunga mawar merah kearahnya.
Mendadak, semua murid memperhatikannya. Sakura bahkan masih belum bisa memproses semua kejadian ini.
Ia kesini untuk memberikan hadiah valentine days pada Sasuke senpai, namun ternyata Lee menyatakan cintanya untuk dirinya.
Ini semua terasa membingungkan. Dilebihkan lagi pada saat itu Sasuke melintas dilorong sekolah. Terhenti sejenak menatap sepasang adik kelasnya.
Tatapannya begitu dingin dan tajam, Sakura bisa rasakan itu. Pemuda raven itu akhirnya melangkah cuek meninggalkan Lee dan Sakura yang mematung disana.
Sakura hampir saja menitihkan airmatanya. Ini bukan salahnya, ini bukan yang diinginkannya. Ia tak pernah ingin seperti ini, namun dirinya akan begitu jahat jika menyalahkan Lee disini.
"Go-Gomenasai, Lee. Aku tidak bisa, aku menyukai orang lain." Gumam Sakura.
Terlintas diingatannya, perjalanannya untuk mendapatkan cinta Sasuke. Terlintas begitu banyak lika liku dalam kisah cintanya.
Setelah semua usaha yang dilakukannya, tentu saja Sakura tak ingin semua itu terbuang sia-sia.
"Gomenasai!" Sakura membungkuk maaf. Berlari melewati tubuh Lee, menerobos lautan murid yang berjalan dilorong.
Berusaha mencari Sasuke dalam keramaian. Ia mencari kesekeliling sekolah, mulai dari kantin, perpustakaan, lapangan luar hingga dalam.
Namun nihil, sosoknya tak dijumpainya sekalipun. Sakura bahkan hampir putus asa, tetapi kakinya tak berhenti sekalipun untuk beristirahat.
Airmata dan peluh keringat sudah bercampur menjadi satu. Ia teringat, pada satu tempat yang sering dikunjunginya kala ia merasa begitu frustasi.
Atap sekolah. Ya, Sasuke senpai mungkin ada disana. Entahlah, tempat itu menjadi satu-satunya tempat yang belum ditujunya.
'Semoga saja, Sasuke senpai memang berada disana.' Batin Sakura.
Langkahnya melambat saat menemukan pintu yang menghubungkan dengan atap sekolah. Ia terhenti sejenak didepan pintu itu, tangannya meraih dengan ragu ganggang pintu.
Krritt
Decitan pintu terdengar jelas. Sakura melangkah perlahan memasuki area atap. Mengedarkan pandangnnya pada sekeliling.
Tak sulit menemukan sosok Sasuke, ia berdiri tegak dipinggir atap sekolah. Menatap lurus kebawah, entah apa yang menjadi objeknya.
"Sakura ya?" Ucap Sasuke.
"Kulihat kau berlari, mengelilingi seluruh sekolah. Kau mencariku?" Tanya Sasuke.
"Se-Senpai," panggil Sakura pelan.
Sasuke berbalik menatap Sakura dengan pandangan kosong. Tetap berada diposisinya dan tak sekalipun mendekat kearah Sakura.
Keadaan ini, entah mengapa membuat Sakura merasa begitu jauh dari Sasuke. Ini membuatnya tak tenang. "Senpai, watashi daisuki yo!" Ucap Sakura.
"Aku tak mendengarmu," ucap Sasuke dingin.
Sakura menarik nafas sedikit dalam, "Senpai, watashi daisuki yo!" Ucap Sakura sedikit keras.
"Aku masih tak mendengarmu," sahut Sasuke.
"WATASHI DAISUKI YO!" Teriak Sakura dengan lantang.
Sasuke tersenyum tipis setelahnya. Perlahan ia mendekat pada Sakura, semakin dekat Sasuke semakin cepat menuju kearahnya.
Pemuda itu berlari menggapai tubuhnya dalam pelukan hangatnya. Memeluknya erat seakan tak ada hari esok untuk keduanya.
Tak terasa, airmata Sakura mengalir saat momen manis itu. Ia tersenyum senang, membalas pelukan Sasuke dengan sama eratnya.
"Katakan sekali lagi untukku, Sakura." Bisik Sasuke.
"Aishiteru, Sasuke senpai." Lirih Sakura.
Sasuke mengendurkan pelukannya, memberi jarak diantara mereka. Memilih untuk menyatukan dahinya dengan Sakura. Memandang lebih dekat wajah Sakura yang bertabur airmata, menghapusnya dengan lembut dan sayang.
"Aishiteru mou, Sakura." Ucap Sasuke.
Impian indah yang terwujudkan, kini telah membawa Sakura bahagia. Bersamaan dengan perasaannya yang terbalaskan oleh Sasuke.
Kini tiada lagi Sakura yang mengejar Sasuke, hanya ada Sakura yang berjalan beriringan dengan Sasuke.
Menjalin cinta bersama sang penghuni hati, tanpa harus bersusah payah merebut hati.
.
.
.
END
A/N:
Ni alur keknya kecepetan :v
Maaf jika ada beberapa typo didalam cerita ini :v
Makasih sudah membaca, semoga menyukai karyaku kali ini :)
#TDFGenEvent
TDFgeneration
Minggu, 17 Februari 2019
3901 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top