17.

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen. Terima kasih!

*

What happen, Nat?” tanya Mark dengan wajah serius ketika mereka sedang istirahat sambil setelah bersepeda.

“Apanya?”

“Lo sama Lia. Kenapa tiba-tiba jauhin dia gini dan nyuruh kita nggak deketin dia lagi?”

Nathan meneguk air putihnya sebelum menjelaskan sesuatu pada Mark, Rendy dan Javi yang menunggu jawabannya.

“Lia sama Felix pacaran.”

Satu kalimat singkat yang keluar dari mulut Nathan tapi sudah mampu menjelaskan semua pertanyaan yang ada di benak mereka.

“Dari mana lo tahu?”

“Ada yang ngirimin gue foto mereka waktu pulang bareng. Itu waktu gue nggak bisa pulang sama Lia setelah dipanggil ke ruang guru karena kelahi. Nomor asing, sih. Gue nggak tahu siapa.”

Mark, Rendy dan Javi hanya diam mendengarkan.

“Bukannya pengecut atau nggak berani sama perasaan sendiri. Tapi, kalian tahu, kan, kalau gue nggak mau terlibat adu jotos sama Felix. Gue sama dia udah banyak saling bantu. Jadi, kalau emang Felix maju, gue aja yang mundur.”

“Terus, alasan apa yang lo bilang sama Lia waktu jauhin dia?” tanya Rendy.

“Eric ngasih tahu gue kalau Lia pernah ngomong sama dia waktu ketemu di jalan. Katanya, Lia minta kita berenti berantem,” jelas Nathan, dan memberi jeda pada kalimatnya sambil meneguk air. “Gue jadiin itu alasan. Gue bilang sama Lia kalau gue nggak suka orang lain ikut campur sama urusan gue. Pengecut banget, ya. Tapi, cuma itu alasan yang gue punya. Gue juga nggak ada hak apa-apa buat ngelarang dia deket sama siapa. Jadian aja belum.”

“Nathan sadboy era.” Javi bergumam. “Gue perlu tanya Yesha, nggak? Tanyain apa mereka pacaran atau nggak?”

“Nggak usah, biarin aja. Intinya jangan ganggu Lia lagi.”

*

“Sialan! Kenapa jadi gini?” Heru melempar sembarang ponselnya karena kesal. “Lo beneran ngirim ke nomornya Nathan, kan, foto-foto Lia sama Felix?”

“Iya,” jawab Hugo. “Lo juga denger sendiri waktu di apartnya Lia. Gue nanya soal Nathan di depan Felix. Tapi, reaksinya Felix biasa aja.”

Hugo memijit pelipisnya kesal. Bermaksud membuat Nathan dan Felix berkelahi karena memperebutkan Lia. Tapi tidak ada reaksi apapun dari mereka.

Karena Nathan memilih mundur dan membiarkan perasaannya bersarang. Sedangkan Felix pun tidak pernah terlihat mendekati Lia lagi.

Rencana Heru berantakan. Tujuannya membuat Nathan dan Felix berkelahi karena ingin membalas dendam pada Javi. Aneh bukan, dia dendam pada Javi tapi memanfaatkan Nathan dan Felix. Intinya, kalau Nathan dan Felix sampai terlibat baku hantam. Maka sudah pasti gengnya akan ikut begitu juga dengan Felix. Dia pasti akan mengajaknya dan Hugo. Heru tidak langsung membalas Javi karena gengsi dianggap cemburu dengan kembalinya Yesha dan Javi.

*

Hari-hari berikutnya, semuanya kembali normal. Maksudnya adalah saat Lia tidak mengenal siapapun kecuali Yesha dan Haikal. Nathan jadi lebih dekat dengan Elena. Mereka selalu ke mana-mana bersama. Datang ke sekolah bersama, ke kantin bersama, pulang pun sama-sama.

Begitu juga Felix yang tiba-tiba saja menjauhi Lia. Dia juga tidak pernah menghubungi Lia lagi. Lia dengar dari Hugo kalau Felix punya pacar di SMA ini, namanya Clara.

Yesha juga kembali menajalin hubungan dengan Javier. Lia tidak tahu bagaimana detailnya tapi Yesha tiba-tiba memberitahu Lia kalau mereka sudah balikan. Haikal, katanya dia mau fokus belajar dulu, pacarannya nanti saja. Haikal bilang dia mau jadi dokter. Jadi sekarang harus belajar yang rajin.

Lia pun menjalani hari-harinya seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi. Dia belajar dengan giat karena dua hari lagi ujian kenaikan kelas.

“Cuaca sore ini indah banget,” gumam Haikal sambil menatap ke luar jendela.

“Harusnya gue lagi sama pacar gue sekarang liat cuaca bagus gini. Bukan sama lo,” sahut Lia dengan kekehan. Haikal hanya tertawa kecil.

Mereka sedang belajar disalah satu cafe. Yesha tidak ikut karena ada janji dengan Javi. Lia bahkan sudah memberitahu Haikal kalau dia punya pacar. Tapi, reaksinya biasa saja.

Haikal hanya bilang. “Pantesan lo keliatan biasa aja dan nggak kecewa waktu liat Nathan sama Elena.”

Yesha belum tahu. Sejak dia dan Javier kembali menjalin hubungan, dia jarang ada waktu lagi bersama teman-temannya. Lia tidak masalah. Tapi, Haikal mungkin merasa sedikit kecewa karena sudah berteman lama.

“Lo bisa pulang sendiri atau gue anterin, nih?” tanya Haikal.

“Gue udah hapal lokasi,” jawab Lia dengan kekehan kecil. “Tapi, nanti kalau tersesat, gue telepon lo kayaknya.”

Haikal hanya mengangguk kecil dan melambaikan tangannya saat berpisah dengan Lia.

Bukannya langsung pulang, Lia malah melipir ke salah satu cafe yang baru buka. Padahal sebelumnya sudah dari cafe bersama Haikal. Lia sebenarnya ingin sendiri sejenak. Tapi, tadi Haikal mengajaknya belajar bersama sekalian.

Sebenarnya, selama ini, Lia selalu mencari alasan dan pembenaran tentang perasaannya pada Nathan. Hari ini, Lia akui bahwa perasaan yang dia rasakan waktu itu bukanlah perasaan nyaman sesaat. Melainkan perasaan suka yang timbul karena perhatian yang dia berikan pada Lia. Nathan baik padanya, dia memperlakukan Lia dengan sangat baik. Dia bahkan memberitahu Lia sesuatu yang tidak diketahui orang. Sesuatu yang sangat ingin diketahui oleh orang-orang.

Bahkan, Nathan setiap pagi mengiriminya pesan ucapan selamat pagi yang pacarnya saja tidak melakukannya. Nathan menyuruhnya rajin belajar di saat dia tidak begitu peduli dengan pelajaran. Nathan mengucapkan selamat tidur yang tidak pernah dilakukan pacarnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Nathan berhasil menyihir Lia dengan senyuman mautnya.

Tapi, Lia merasa belum mengenalnya terlalu jauh. Karena Nathan marah padanya saat dia berusaha mencari solusi untuk masalah Nathan. Lia tidak tahu itu akan terjadi mengingat bagaimana Nathan selalu baik padanya. Tidak pernah marah padanya. Tapi, ya sudahlah.

Lia sedih saat tahu Nathan dan Elena akhirnya pacaran. Tapi tidak dia tunjukkan di depan Yesha dan Haikal. Hanya karena Lia mencampuri urusannya, Nathan jadi tidak suka padanya dan memutuskan untuk pacaran dengan orang lain. Mau marah tapi Lia tidak punya hak untuk marah.

Untuk Felix, Lia bahkan tidak paham dengannya. Felix menjauh karena tahu Lia dekat dengan Nathan. Padahal, mereka hanya teman.

“Grizellia?”

Lia sedikit terhenyak. Karena dia sedang melamun. Dia kemudian menoleh dengan wajah datar. Menatap perempuan yang kini berdiri di depannya.

“Iya, aku. Anda siapa?” tanya Lia, masih dengan wajah datarnya.

Tiba-tiba, dia duduk di depan Lia. Menghalangi pandangan Lia pada cuaca indah sore hari ini. Lia sedikit berdecak kesal.

“Aku kira tadi bukan kamu. Dari tadi aku mau nyapa. Tapi, belum yakin beneran kamu atau nggak,” ujarnya pelan dengan senyuman. “Aku Rosa. Kakaknya Nathan. Kakak tiri lebih tepatnya. Dari tadi wajahmu keliatan bingung.”

Lia terdiam. Kali ini bukan karena kesal tapi benar-benar tidak tahu mau bicara apa. Kata-kata yang ingin dia katakan seketika menghilang. Padahal sebelumnya jika Rosa sok tahu lagi maka Lia akan pergi meninggalkannya.

“Maaf ya kalau aku keliatan sok kenal. Aku tahu kamu karena Nathan sering cerita soal kamu sama aku,” lanjut Rosa lagi.

“Cerita? Aku? Ke kakak tirinya? Tapi, kenapa? Kenapa aku?” batin Lia.

“Walaupun orang tua kita udah cerai. Tapi, aku sama Nathan masih saling komunikasi dengan baik. Beda lagi kalau Nathan sama Eric. Mereka nggak pernah akur. Nathan pasti udah ngasih tahu kamu tentang aku sama Eric.” Rosa masih terus bercerita walaupun Lia masih diam.

“Kenapa kakak ceritain hal kayak gini ke aku? Maksudku, urusan keluarga kakak?” tanya Lia akhirnya.

“Karena kamu orang yang dia suka,” jawab Rosa dengan senyuman kecil. Lia sepertinya membeku. Dia sedikit kaget. “Aku nggak pernah liat dia sesuka ini sama cewek sebelumnya. Biasanya dia nggak cerita hal-hal kayak gitu sama aku. Tapi, dia mulai cerita kalau ada cewek yang menarik perhatiannya di sekolah.”

“Mungkin kakak salah orang. Pacarnya Nathan, namanya Elena. Bukan aku. Dia juga nggan suka sama aku.” Lia menyela. Hanya ingin meluruskan bahwa mungkin saja Rosa salah orang.

Rosa mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memperlihatkan sebuah foto. Yang ternyata adalah foto Lia. Lagi, Lia terhenyak kaget. Karena itu fotonya sewaktu baru pindah sekolah dulu. Saat sedang makan bersama Yesha dan Haikal.

“Nathan kasih tahu aku kalau ada cewek yang menarik perhatiannya dia di sekolah. Terus, dia liatin foto ini ke aku.” Rosa menjelaskan, sembari mengambil jeda dan meminum minumannya. “Nathan bilang, kamu cewek pertama yang nolak dia secara terang-terangan. Dia bilang semua cewek pasti akan langsung mau sama dia kalau digodain. Tapi, kamu beda, kamu juga ngasih dia nomor hp kamu diusaha ketiganya.”

Lia menunduk setelah mendengar ucapan Rosa. Merasa sedikit malu, karena mungkin Rosa menganggapnya sombong dan jual mahal.

“Nathan bilang, dia seneng bisa deket sama kamu. Dia nggak pernah ngerasain hal kayak gitu sebelumnya. Jadi, aku rasa dia beneran suka sama kamu.” Rosa terus menceritakannya pada Lia. Dia ingin Lia tahu, betapa Nathan sangat menyukainya.

“Tapi, kemarin dia tiba-tiba bilang sama aku kalau kamu sekarang udah pacaran sama orang lain.”

Kalimat terakhir Rosa kali ini benar-benar membuat Lia terhenyak kaget. “Pacaran sama orang lain? Apa Nathan tahu kalau aku punya pacar di sana? Tapi, dari mana dia tahu? Cuma Haikal yang tahu.” Lia bermonolog sendiri di dalam hatinya.

“Aku? Punya pacar?” tanya Lia memastikan. Lia ingin Rosa menjelaskan lebih banyak lagi. Karena merasa penasaran.

“Iya, Nathan bilang kamu udah pacaran sama Felix. Dia bilang kalian pulang sekolah bareng dan pergi kencan.”

Lia menghela napas berat. Situasi macam apa ini? Pikirnya. Rumit. Orang-orang kadang suka berasumsi sendiri tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu.

**

FIKSI GUYS. FIKSI.

©dear2jae
2020.11.26 — Kamis.
2024.05.16 — Kamis. (Revisi)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top