Chaos 26: Here, Comes Trouble
Dan sejatinya, kebahagiaan tidak pernah menghilang dari hidupmu.
Hanya saja, perjalananmu belum sampai ke titik yang Tuhan tentukan.
.
.
Tidak akan ada kebahagian yang kekal, selagi masih bernapas di dunia. Perjalanan ke Bali, sudah jadi cerita yang menyenangkan untuk dikenang. Meskipun ada sedikit insiden tidak mengenakkan. Sekarang, perempuan itu harus kembali melangkah ke Medang Cafe, untuk menyambung hidup.
"Asyik, yang jadi bule Bali!" Sheryl bersiul ketika melihat kedatangan bosnya.
"Wajah-wajah pengin oleh-oleh, nih," sindir Lia.
Gadis itu menyengir, sama sekali tak menyangkal. "Tahu aja nih, Bu Bos .... "
"Besok ya, gue belum bawa. Masih di koper Brian semua. Belum sempat bongkar."
"Ada dendanya loh, telat kasih oleh-oleh."
"Yang kebanyakan protes, jatahnya gue kurangin," sahut Lia menjulurkan lidah, lalu berlalu ke dapur, meninggalkan Sheryl yang sedang mengelap meja-meja.
Rutinitas pagi Lia di Medang Cafe sekarang adalah, merumpi di dapur, sambil menemani Candy membuat adonan. Setelah sesi buka-bukaan beberapa hari lalu, ia merasa lebih nyaman dengan rekan-rekan kerjanya di sini.
"Kok nggak iteman, sih?" celetuk Naya yang sedang membuat strawberries jam.
"Ada sunblock ya, sekarang ... please jangan kayak manusia goa." Lia memutar matanya.
Candy terbahak kencang. "Sekarang Mbak Lia, lebih bar-bar, ya?"
"Eh, Mbak ... kemarin pas di Bali satu hotel sama Indy?" tanya Echa.
"Iya."
"Indy temennya Erin, kan? Kok lo tahu sih, Cha?" sahut Candy.
"Gue lihat Insta Story-nya Indy." Echa mengeluarkan hape dari kantong apronnya dan menunjukkan tangkapan layar yang memperlihatkan sindiran Indy pada Brian.
Dari sudut matanya, Lia membaca kalimat menohok yang ditulis Indy. Dion sudah menunjukkan Insta Story perempuan itu saat masih di sana. Untungnya, meskipun ulahnya di Bali cukup keterlaluan, Indy tidak menyebut siapa pacar Brian atau mengunggah foto Lia.
"Gue udah lihat, kemarin pas di Bali," tukas Lia.
indyraowen
gosah lebay deh bela pacar sampe segitunya... yg kemarin lakuin semuanya buat lo, yg nemenin lo pas lagi ancur-ancurnya aja lo buang. Dasar lagii.. Liat aja, lo ga akan pernh go public dgn tenang ya shayyy.... hidup pelakor gada yg mulus soalnya. Pacar lo jg bkl abis sama netizen nanti...
"Kemarin, Mbak Lia sama Indy cek cok apa gimana?" tanya Naya penasaran.
"Gue nggak cek cok sama dia. Gue diem. Yang cek cok anak-anak Sixth Sense sama dia," terang Lia
"Kok bisa?" Kali ini Echa yang menyahut.
"Ya, bisa. Pokoknya dia ngomong sesuatu yang nggak enak lah, tentang gue." Lia mengedikkan bahu. "Eh, gue ke atas dulu, ya ... belum kelar bikin pembukuan bulan kemarin."
Perempuan itu pamit dan segera meninggalkan dapur. Ya, kalau yang jadi bahan gosipnya dia, tentu Lia tak nyaman. Dia masih belum senyaman itu untuk membahas kehidupan pribadinya bersama Brian di hadapan orang banyak.
Hari ini, harusnya jadwal Ghani menyetorkan menu baru padanya, sebelum meluncur ke daftar menu dengan resmi. Salah satu tugas favoritnya sebagai manajer, bisa mencicipi menu baru, sebelum para pelanggan atau pegawai lain.
***
Ketukan pintu yang cukup keras, membuat Lia mengalihkan pandangan dari layar komputer. Akhir dan awal tahun, ia pasti terlalu sibuk membuat laporan ini, itu. Meskipun agak telat, Lia baru akan merencanakan meeting dengan para pegawai untuk membahas rencana Medang Cafe setahun kedepan. Mulai dari promo, menu baru, dan harga baru jika diperlukan. Desember kemarin, mereka baru melaksanakan rapat evaluasi.
"Masuk aja .... "
Sheryl menghampiri meja Lia dengan tergesa-gesa. Wajah paniknya membuat perempuan itu mengernyitkan kening.
"Kenapa, Ryl?"
"Mbak Lia nggak buka hape, ya?"
Lia menggeleng. Dia sengaja menyetel mode hening pada ponselnya karena ingin menggarap pekerjaannya dengan tenang, tanpa gangguan. "Kenapa emang?" Ia mengambil ponselnya yang masih berada dalam tas.
"Mbak Lia masuk akun gosip!"
Matanya membelalak lebar. Jarinya bergerak cepat membuka puluhan pesan masuk dari Brian, Nova---adiknya, dan Bude Wati. Astaga ... ada berita apa tentangnya?
From: Nova
(Send Link)
Mbak Lia ... ini lo kan?
Jantung Lia berdentum kencang, mengantisipasi berita apa yang termuat di dalam link itu. Napasnya tercekat setelah melihat judul berita yang terpampang. Sebagai jurnalis, ia merasa malu, melihat judul sampah semacam ini. Ya, memang, jurnalis dituntut untuk menciptakan berita yang menarik khalayak umum. Tapi, kalau begini ... ah, ya sudah, lah. Inilah mengapa ia tak pernah tertarik menjadi jurnalis di dunia hiburan.
[BREAKING NEWS: Putus dari Erin, Brian 'Sixth Sense' Kepergok Bareng Pacar Barunya yang Hamil Muda?]
(Foto Terlampir)
Kabar putusnya vokalis band Sixth Sense, Brian, dengan soloist ternama Yves Erinka atau yang akrab disapa Erin, beberapa bulan lalu, sempat menghebohkan masyarakat. Banyak netizen yang menyuarakan kekecewaan mereka, atas kandasnya hubungan musisi tanah air itu, yang sering disebut sebagai couple goals.
Berbeda dengan netizen yang masih tak ikhlas, Brian diduga sudah menemukan tambatan hati baru. Hal ini diketahui dari tangkapan foto terbaru yang diambil netizen di Bandara Ngurah Rai, dua hari lalu. Dalam salah satu foto, terlihat Brian sedang sedang mendorong wanita yang berada di kursi roda. Di foto lain, nampak Brian berjongkok di depan wanita berambut panjang hitam legam itu, sambil menggenggam tangannya. Namun, sayangnya kita tidak bisa melihat wajah wanita misterius itu, karena tertutup masker.
Menurut penuturan si pengunggah foto, Brian dan sang kekasih bersama rombongan anggota Sixth Sense lain. Diketahui, Sixth Sense jadi salah satu bintang tamu acara Dewata Festival pada 2 Januari 2030. Para anggota band pop-rock itu, memang membawa keluarga dan pasangan masing-masing, dilihat dari unggahan Arsen dan Rayyan.
Jika Brian sudah mengenalkan sang pacar pada anggota Sixth Sense, sepertinya kedekatan mereka memang serius. Pengunggah foto juga menuliskan keterangan yang membuat netizen ikut penasaran.
Hm ... pacarnya Brian di bandara pake kursi roda. Kelihatan sehat juga. Biasanya kalo gitu, masih hamil muda ya? Hm....
Jadi, bagaimana menurut kalian? Apa Brian dan sang kekasih memang masih menanti kedatangan Brian Junior?
"Ini berita, apa cerpen? Ngarang begitu," Lia mendengkus kesal.
"Gimana, Mbak? Udah baca?" Sheryl terlihat khawatir.
"Untungnya wajah gue nggak kelihatan." Ia menghela napas. "Makasih ya, Ryl, udah kasih tahu gue."
"Ya, udah, Mbak ... gue tinggal ke bawah. Kalau ada apa-apa, telepon gue aja."
Seperginya Sheryl, Lia lanjut membaca komentar-komentar menyakitkan di sana. Berita ini baru dirilis lima belas menit lalu. Namun, kolom komentarnya sudah dipenuhi netizen-netizen sok tahu yang menuliskan kata-kata tak pantas.
[+1789 -445] Hamidun? Udah kudugong. Ini cowok keliatan hidung belang sih. Sapa tau putus dari Erin, krn selingkuhannya udah isi ya bund..
[+1408 -178] kalo trnyata ga hamil, jompo amat di bandara pake kursi roda.. Spill dong ig cewenya. Kita baku hantam. Ninggalin Erin sampe sesenggukan begitu
[+961 -301] gue jadi ikutan benci ke S6 dah.. Brati kan mereka tau ya klo si Brian selingkuh, dan malah pro ke selingkuhannya....
"Nggak masuk akal, lo semua," dengkus Lia tanpa sadar.
Saat jarinya siap untuk menggulirkan layar ponsel, ingin kembali membaca komentar maha benar dari para warganet, ponselnya berdering, kemudian layarnya berubah tampilan. Nama Brian tertera di sana, memanggil nomornya entah yang ke berapa kali.
"Halo, Brian ... "
"Kamu udah lihat beritanya?"
"Udah."
"Untuk sementara ini, identitas kamu belum ke leak out. Jadi, aman."
"Mereka keterlaluan banget, sih, kasih judulnya."
"Orang cari duit, sekarang caranya macem-macem." Brian mendengkus. "Kamu, nggak apa-apa, kan?"
"Nggak apa-apa. Aku di kafe. Aman."
"Hari ini, aku nggak bisa jemput. Nggak dibolehin sama Bang Rendy. Takutnya ada yang buntutin aku."
"Nggak apa-apa ... santai aja. Ada taksi, ada Ghani juga."
"Ghani siapa?"
"Chef di sini. Kadang, dia anterin aku pulang."
"Dia, nggak macem-macem, kan?"
Lia terkekeh. "Nggak. Dia baik kok. Kamu pikirannya jangan aneh-aneh, ya .... "
"Oke, kalau ada sesuatu, langsung kabarin aku, ya.... "
"Siap, Bos."
"Take care, Sayang."
Lia mengembuskan napas pelan. Akan tetapi, anehnya, gosip miring ini tidak membuat perempuan itu panik. Ia merasa risih dan jengkel, karena ada oknum yang menuliskan kebohongan tentangnya. Pun komentar-komentar warganet yang tidak hanya menjatuhkannya, tapi Sixth Sense juga. Ia merasa bersalah, karena membuat orang-orang menilai kelima lelaki luar biasa itu dengan seenaknya. Semoga saja, identitasnya tidak terungkap ke publik, sampai ia siap.
***
Pukul sebelas Lia baru keluar dari ruangan. Sengaja, perempuan itu tidak mau mendengar pertanyaan-pertanyaan iseng dari rekan kerjanya. Dapur sudah gelap, kursi di ruang pengunjung sudah dinaikkan ke meja. Para pegawai pun, sudah siap untuk segera pulang.
"Mbak Lia nggak dijemput?" tanya Sheryl sambil mengancingkan jaketnya.
"Nggak. Mau pesan taksi."
"Jangan, sama gue aja," tukas Ghani. "Apartemen lo, masih sama, kan?"
"Masih, kok .... "
Keduanya lalu jalan beriringan menuju keluar. Lia menunggu di teras kafe, sementara Ghani mengeluarkan mobil dari tempat parkir. Sepuluh menit awal perjalanan, diisi keheningan. Terasa cukup canggung karena lelaki itu tidak mengajak Lia bicara juga.
"Ghan ... "
"Ya ... "
Kekehan kecil otomatis meluncur dari bibir mereka berdua.
"Lo duluan, deh," ujar Lia.
"No, ladies first, lah." Ghani menggeleng.
"Nggak, gue cuma mau tanya, kata Candy lo mau pindah?"
"Oh, itu? Iya, sih."
"Udah nemu resto yang oke?"
"Udah, kok."
"Bukannya gimana-mana, menurut gue, lo deserve better, sih, Ghan. Bukan masalah gaji, ya ... tapi kemampuan lo, paling nggak, lo harusnya kerja di fine dining resto atau hotel bintang lima, lah."
Ghani terkekeh. "Gitu, ya?"
Lia manggut-manggut.
"Rencananya sih, gue emang nggak mau lama di sini. Tapi, ternyata gue nyaman aja dan ada sesuatu yang bikin gue males pindah."
"Oh, apa?" Kening Lia berlipat, matanya fokus pada lelaki yang sedang menyetir itu.
Ghani menoleh, menatap bola matanya beberapa saat, sebelum tersenyum. "Tapi sekarang, kayaknya emang udah waktunya gue pindah."
"Atau lo bisa buka resto sendiri," usul Lia.
"Bisa ... bisa .... " Ghani mengetuk-ngetukkan jarinya pada kemudi mobil. "Lo sama Brian udah serius?"
Oh, Lia tak menyangka lelaki di sebelahnya akan menanyakan soal hubungannya dengan Brian. "Serius. Gue udah masuk ke umur, hubungan nggak bisa dibuat bercanda lagi."
"Is he nice guy?"
"Baik, dia baik banget malah. Menurut gue, dia satu-satunya cowok yang bisa menerima gue dengan tulus. Dia ngerti gue banget, dia ... ya pokoknya, he is someone I need."
"Kalian udah kenal berapa lama?"
"Dari kuliah. Dia pacar pertama gue." Perempuan itu tertawa kecil. "Kenapa? Kok lo tiba-tiba kepo?"
"Gue nggak kepo, cuma ... you know anak band and his image," Ghani mengedikkan bahu, "kalau bener kalian serius, dan lo yakin he is nice guy, gue bisa tenang."
"Maksud lo?"
"Ya artinya, sekarang gue nggak perlu khawatirin lo lagi. Lo udah bahagia, lo udah banyak senyum, banyak ketawa. Gue nggak suka lo sempat mikir, nggak ada cowok yang bisa nerima lo apa adanya, banyak, Ya .... Apalagi kalau udah kenal dekat sama lo. Nggak susah kok, buat jatuh hati sama lo," katanya, "gue sekalian mau pamit sama lo. Dalam waktu dekat ini, gue mau keluar dari Medang Cafe. Alasan yang bikin gue stay selama ini, udah nggak ada. Gue udah nggak punya alasan lagi buat jagain lo. Sekarang tugasnya Brian. Bilang ke pacar lo, dia nggak perlu cemburu sama gue."
Lia meneguk air liurnya tanpa sadar. Kerongkongannya terasa kering. Oh, God ... apa otaknya yang salah mencerna atau, memang Ghani sedang menyatakan perasaannya secara terselubung?
"Ghani ... "
"Gue minta maaf, nggak cukup berani buat nyatain perasaan gue ke lo," tuturnya, "jangan anggap gue freak, ya..."
"Jadi, selama ini lo---"
"Gue masih mau jadi temen lo. Jadi, jangan menghindar dari gue. Kalau gue jadi buka resto sendiri, gue bakal undang lo sama Brian .... "
Mata Lia berkaca-kaca. Ia ingin mengatakan beribu terima kasih, tapi seperti ada sesuatu yang menyumpal mulutnya. Ghani adalah lelaki baik. Ia tidak percaya, ada orang yang bisa jatuh cinta padanya, setelah tahu, seberapa hancur dirinya.
"M-makasih banyak, Ghan... makasih."
Bahkan, Lia tak sanggup mengucapkan maaf, karena hatinya tidak bisa membalas perasaan lelaki itu.
"Kalau Brian kurang ajar, lo bisa bilang sama gue. Gue bakal senang hati, bikin wajah dia babak belur."
TBC
***
Takutnya kalian merasa ter-php, aku mau meluruskan, ekstra partnya bakal di Karya Karsa, bukan di wp. Emang baru 1 part, tp super panjang. Panjangnya sama kayak 3 part biasa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top