A Piece of My Mind
Tepuk tangan buat temen-temen yang udah menyelesaikan Sweet Chaos sampai akhir.
Amazing banget ya mental kalian para reader👍👍👍😭😭😭
Sebagai penulis aja, kuakui ini adalah bacaan yang berat. Kalau ada cerita begini, di luar sana, aku aja pikir ratusan kali buat baca, karena hatiku lemah banget.
Makasih banget udah ngikutin kisah Lia, Brian, Erin, dan anak-anak Sixth Sense. Seneng banget aku baca komen-komen kalian. Ada yang ekspresif, menyentuh hati, bar-bar. Walaupun ada yang bikin aku auw jleb, tetep suka sih. Berarti itu tandanya aku berhasil membangun karakter tersebut.
Sebelum aku resmi menutup lapak ini, ada banyak patah kata, bukan cuma sepatah dua patah, yang mau aku sampaikan. Maaf, aku emang ceriwis. Hihi....
1. Makasih banyak sekali lagi buat dukungannya. Baca komen kalian dukung Ijul tuh rasanya kayak nyalur ke aku juga kekuatannya. Aku juga merasa bangga sendiri liat Ijul bisa terbebas dari trauma dan jadi wanita hebat. Proud of you, Juleha😭❤
2. Seneng banget bisa menyelesaikan cerita ini, apalagi pake referensi band kesayangan. Semoga kalian juga ikut ngepoin Day6 ya❤ Cerita ini termasuk cerita eksperimental buatku, sih. Soalnya aku anti banget sama genre begini. Jadi, keberadaan kalian tuh berharga banget.
3. Ada beberapa poin atau alasan kenapa aku menciptakan karakter-karakter di Sweet Chaos. Aku jelaskan satu-satu ya.
Pertama, konsep yang kuusung saat nulis SC ini, pengin menonjolkan women power lewat sosok Juleha. Nggak usah diragukan lagi, dia amazing. Perubahan watak, kepribadian dari girl crush yang badass tangguh ke sentimental itu bukan sesuatu yang buruk. (Karakter Ijul di Double Trouble berubah di Sweet Chaos). Dan, aku dibuat jatuh cinta terus sama Juleha sampai sekarang.
Kedua, aku ingin menunjukkan cinta sejati itu ada. Serta, mencintai dua orang bersamaan itu mungkin. Tapi, pasti kadar cintanya berbeda. Hal ini aku tunjukkan lewat karakter Brian. Dan, pengin banget gitu memperlihatkan gimana harusnya cowok treat ceweknya, dan mantannya, kalau emang nggak ada permasalahan berarti.
Di sini, sekali pun Brian nggak pernah bentak Lia dan Erin. Brian super gentle, Brian nggak membuang Erin, dan tetap peduli pada dia, (dalam batasan tertentu) tanpa melukai Lia. Menurutku ini relationship goals.
Terus, di cerita ini aku juga angkat tema self love, karena kita semakin gampang insecure. Lewat sosok Julia, kita semua (terutama aku) bisa berkaca gimana harus bisa melawan, beradaptasi, mengatasi rasa rendah diri itu dan belajar mencintai diri sendiri.
Ya, walaupun aku belum seberuntung Lia yang punya sosok Brian buat dukung begitu ya. Hihi..
Last but not least, aku ingin menyampaikan every pain matters. Alias, jangan meremehkan rasa sakit orang lain. Kenapa aku menciptakan karakter Erin? Bukan tokoh yang biasa punya watak seperti antagonis yang gampang dibenci? Karena aku emang nggak ingin Erin jadi tokoh antagonis.
Di sini, aku tahu banyak yang jadi tim Bri-Jul daripada Bri-Rin. Wajar pun kalo kalian dukung mereka abis-abisan, karena emang ceritaku mengarah untuk mendukung mereka sebagai main characters.
I really love Erin.
Dia adalah definisi sesabar-sabarnya manusia.
Ingat kata Brian, orang patah hati bisa melakukan banyak hal buruk?
Lewat Erin, aku ingin menunjukkan bagaimana manusia biasanya meng-handle rasa sakit dia. Kalian kebawa arus aja benci Erin, padahal kalau kalian di posisi Erin, akan melakukan hal sama.
Erin tidak kenal Lia. Erin hanya tahu Lia.
Jadi, wajar menurutku ketika dia hanya merasa simpati pada Lia. BUKAN EMPATI. Kasihan, tapi nggak lebih. Ikut sedih, tapi tidak mendalami.
Mengetahui bagaimana kondisi Lia apakah menghapus rasa sakit dia waktu pacarnya memilih pergi kembali ke mantan? NOPE.
Ada komen begini untuk Eri.
Udahlah lo kan cuma mantan. Diem aja.
Ya lo nggak tau sih, Brian sama Lia udah duluan sama-sama. Lo yg orang baru.
Plis deh, harusnya lo tahu diri dong. Brian kan gagal move on.
Komen pertama, harusnya bisa ditujukan buat Brian, kan? Udah lah, Bri. Lo cuma mantan Lia, ngapain repot-repot ngurusin dia.
Komen kedua, aku yakin kalian nggak akan terima kalau itu terjadi pada kehidupan kalian. Atau orangtua kalian, biar tambah dalem rasanya, biar kalian ngerti kalau komen begitu sebenernya tidak sesua.
Ketika pasangan kalian milih balik ke mantan, dan ada orang yang bilang, lagian suami lo kan udah barengan sama mantannya dulu. Ikhlasin aja. Wajar nggak?
Udah lah, bokap lo kan sama selingkuhannya itu pernah ada hubungan sebelum ketemu nyokap lo, lo nggak ada hak marah dong, kalau bokap lo balik sama mantannya. Sakit?
Untuk yang ketiga, Erin tau diri. Makanya dia nggak marah waktu nemu foto Lia pas beres-beres apartemen Brian. Erin tau diri, makanya dia izinin Brian buat ketemu Lia.
Tapi, ditinggalkan setelah Brian juga membalas cintanya, dan dia merasa 2 tahun mereka baik-baik aja, kurasa nggak ada orang normal yang okay with that.
TAPI ERIN EGOIS NEMUIN LIA DI KAFE DAN NGOMONG NGGAK-NGGAK.
BETUL. Ga salah.
Satu-satunya kesalahan Erin cuma itu. Dan di akhir kalimat pun, dia ngomong, "semoga lo bisa sembuh biar bisa mencintai Brian dengan layak."
Erin cuma pengin Brian bahagia. Setulus itu loh, cinta Erin. Tapi, penangkapan Lia, berbeda.
Dan, emang kita nggak pernah ya, ngelakuin kayak Erin, walaupun beda konteks? Pasti pernah. Ini, hati dia, otak dia, sedang berusaha untuk menenangkan diri sendiri.
Contohnya seperti ini,
Lamaran kerja kita ditolak, tapi si B diterima. Kecewa berat. Tapi, lihat kondisi si B yang memprihatinkan bikin kita akhirnya bersyukur. Masih mending rumah gue ada, orangtua gue ada. B, rumahnya masih ngontrak, orangtua sakit-sakitan, gapapa lah, biar B aja yang kerja. Kasihan juga.
Itu salah satu cara kita mempertahankan kewarasan, kan?
Dan kalau soal egois, semua orang pernah egois, untuk melindungi diri sendiri.
Lia, egois tidak mau menghubungi Brian, padahal dia bisa.
Kenapa egois? Karena dia melindungi diri dari bayangan-bayangan negatif yang berkeliaran di kepalanya.
Brian egois, mau menerima Erin, tapi tanpa mau mempertanggung jawabkan keputusannya.
Brian egois, memutuskan Erin hanya untuk bersama Lia, karena untuk menenangkan hatinya yang dipenuhi rasa bersalah.
Like I said before, every pain matters.
Aku tidak menyalahkan kalian benci Erin, cuma aku mau meluruskan apa maksud cerita ini. Jadi koreksi aku sebenernya, karena masih banyak pembaca yang nggak sepaham sama aku, berarti cara menulisku harus diperbaiki.
Wait, ada satu komen yang actually sangat mengganggu. Tentang Erin lagi.
Kalian komen nyalahin Erin waktu ketemu Lia di kafe, aku wajar. Emang kata-kata Erin, sebagian ada yang menyakitkan.
Tapi, menyalahkan Erin waktu dia nangis sesenggukan di panggung, itu keterlaluan.
Jangan caper lo. Pake nangis di panggung.
People, dia nggak caper. Dia cuma lagi patah hati. Ini tuh, kayak kamu komen ke orang yang baru jatuh dari motor dan dia nangis.
Jangan caper lo, pake jatuh segala naik motor.
Nggak ada yang minta dia jatuh.
Dan, ada juga komentar jahat buat Julia, yang bikin aku sakit hati.
Julia tuh lebay banget. Gue tau dia sakit, tapi lebay anjir. Bergantung sama Brian terus.
Plis, kalau kamu in her shoes alias di posisi Julia, yakin kuat? Dia nggak lebay. DIA MEMANG PERLU PERTOLONGAN.
Dammit.
Kalau aku ditanya siapa yang salah di cerita Sweet Chaos?
Nggak ada.
Toh, semuanya mencoba memperbaiki diri sendiri. Erin pergi ke Prancis dan berusaha untuk melupakan Brian, Lia berdamai dengan masa lalu, Brian stuck with his plan stay with Lia dan tetap menghormati Erin.
Kayaknya emang cuma aku ya, penulis yang sampe belain tokohnya begini? Nggak cuma tokohnya aja sih, lebih ke value yang aku ingin bagi. Dan, aku terlalu cinta aja sama mereka bertiga. Cinta banget. Karena Sweet Chaos ini berarti banget buatku.
Hehe..
Makasih sudah denger curcolku.
Aku cinta kalian.
Jangan kapok buat komen, aku seneng banget kalau ada yang terhasut sebenernya, ikut marah-marah, atau nangis bombay. Cuma ya kadang jleb aja, tapi bukan berarti nggak suka. Dan, maaf atas perkataanku yang menyinggung hati kalian dan bikin sakit hati.
Cheers,
Oktyas
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top