Jaloux?

HAPPY READING!

..

Jaloux? = Cemburu?


     Suara tawa kedua sejoli menggema di depan halaman rumah. Keduanya sibuk saling kejar-kejaran diselingi canda tawa yang nampak menggembirakan. Para orang tua hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anak mereka yang seperti anak kecil. Saling berlari kesana kemari dengan si perempuan yang berteriak meminta perlindungan dari kejaran sang pria.

"Cakra, jangan dijailin terus." Lama membiarkan akhirnya Noven membuka suara. Pria paruh baya itu menghentikan Cakra yang berlari hendak mengejar Sandra. "Kamu itu, sudah tau Sandra kalo teriak bisa sampai bangunin orang sekarat, masih aja dijailin. Mending bantu Papa angkat barang-barang ke mobil," lanjutnya menegur.

Cakra mendengus melihat Sandra yang meledek karena merasa menang. Saat pria itu hendak masuk untuk melakukan apa yang Noven suruh, seseorang dari dalam rumah lebih dulu keluar hingga Cakra memberhentikan langkahnya.

"Gak usah, ini koper terakhir udah gue ambil." Hanson, pria itulah yang muncul dari dalam rumah Cakra.

"Lo beneran gak akan ikut?" tanya Sandra yang kini sudah berdiri di samping Cakra. Hanson nampak menggeleng, wajahnya terlihat murung.

"Sayangnya gak bisa, lo pada taukan gue orang super sibuk. Ini aja gue cuma bisa dateng ke rumah doang, gak sampe nganter ke bandara. Bentar lagi ada meeting sama klien dari Jepang." Hanson menatap kedua sahabatnya tidak enak. Ingin sekali rasanya ia bergabung bersama mereka. Menikmati momen-momen yang sudah lama tidak mereka lakukan bersama. Ah, sial. Pekerjaan Hanson sangat menjengkelkan.

"Iya gak papa, pekerjaan lo lebih penting. Kita bisa habisin waktu kapan aja." Cakra menepuk pundak Hanson.

"Jaga Sandra, awas jangan dijailin mulu lo. Kalo ada apa-apa kabarin gue, jangan uwu-uwu ya lo berdua, nanti gue iri lagi!" Hanson mencibir kesal. Cakra langsung merangkul bahu Sandra dan terkekeh.

"Gak bakal uwu kok, ya nggak?" Cakra menatap Sandra sembari menaik turunkan alisnya. Sandra tertawa dan mengangguk, dengan sengaja melingkarkan tangannya di pinggang Cakra.

"Gak bakal uwu, tenang aja," sahutnya terkikik.

"Sialan lo berdua!" decak Hanson mencibir, melihat kemesraan dua sejoli itu. Ia lalu berbalik kembali memasuki rumah Cakra, menjengkelkan rasanya terus melihat mereka bersama seperti itu. Sudah selayaknya orang pacaran saja.

"Lepas-lepas!" sentak Sandra tiba-tiba. Memberontak meminta dilepaskan dari rangkulan Cakra. Karena Hanson sudah pergi acara main-mainnya sudah selesai. Cakra langsung menyeringai, dengan sengaja malah semakin mengeratkan rangkulan.

"Cakra ih, lepas! Sesak napas, tau!!" teriak Sandra kesal. Cakra tetap kukuh, pria itu sekarang berdiri di belakang Sandra, dengan tangan yang sudah melingkar dileher gadis itu. Seolah Memeluknya dari belakang. Karena merasa gemas ia menggoyangkan kepalanya di belakang kepala Sandra.

"Ayah!" teriak Sandra nyaring seolah mengadu begitu Hazzel datang. Pria paruh baya itu mengernyit seolah tidak mengerti melihat Sandra dan Cakra yang nampak dekat.

"Bantuin, Cakra bandel! Daritadi bikin Sandra kesel terus!" lapornya pada Hazzel. Pria itu malah terkekeh dan mengabaikan anaknya. Melewati Sandra dan bergabung bersama orang tua Cakra yang sedang sibuk membereskan barang-barang.

Sandra mendengus, hanya bisa pasrah berdiam di dalam kukungan Cakra. Ia mengambil ponselnya dan bermain instagram. Sembari menunggu semuanya selesai dan mereka akan berangkat menuju Bali.

"Shit," gumam Sandra ketika melihat sebuah postingan di Instagram. Sekalinya membuka instagram, sebuah hal yang membuat ia kesal yang muncul paling awal.

"Alay banget," lanjutnya bergumam dengan nada mencibir. Cakra yang mendengar itu lantas menunduk untuk mengintip.

Sial, ternyata postingan yang Sandra lihat adalah berasal dari akun Brianna. Wanita itu membuat sebuah postingan sepasang tangan saling menggenggam juga terdapat cincin di jari manis sang wanita. Ia juga dapat melihat Sandra mulai membaca beberapa komentar di postingan tersebut.

Instagram

Brianna_

♥ 62.698 likes
Brianna_  It's time to wait for the birth of our child. @bumicatra.kc

All Comment

Seilaagf Ini gak salah tag? dia pacarnya king? gak mungkin!

Reinanll Aduh mba, hasil nikung aja bangga

Kinglovers Cakepan Sandra anjir, diliat dari tangan aja gak cocok. Keliatan bgt tangan-tangan lonte, canda lonte

VanyaFlairee Wah apa nih bund @Claireseich @Sultankaya @Rajaberkuasa @Cakralsyefd

Rajaberkuasa Semoga gak langgeng ya, aamiin paling serius bin kenceng tujuh turunan

Sultankaya Peletnya manjur ya bund, canda pelet

Wriiaall Ngeship sama kak Sandra, bye

Tian.aldo Oh jadi ini tante yang kemarin godain lu di bar hahaha @Sam.argwen

Sandraverss Lebih cocok sama @Cassandrameyy

Raksa.alukee Masih gue liatin, belum gue nganuin

Bima.jayden Andai lo tau bri

Jovaness.s Hm menarik

Frianntita Anjir lonte ngarep banget lo sama Bumi? Sadar diri dulu yuk, sini

Cassandrameyy Langgeng ya wkwk
  @bumicatra.kc membalas  Jangan gitu
  @Raksa.alukee membalas Jingin giti😏
  @Sandraverss membalas Kak Sandra cocok        juga kok sama @Cakralsyefd ayo jadian!!!
  @Bumicatra.kc membalas Shit

"Udah, jangan diliat lagi." Cakra mengambil ponsel Sandra secara paksa dan menyimpannya di saku. Sandra tidak memberontak, mengalihkan tatapannya ke samping.

Cakra menghela napasnya, ia kembali melingkarkan tangannya dileher Sandra dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang ponsel. Cakra mulai mengarahkan ponselnya di depan wajah  Sandra yang sedang memalingkan muka, menempelkan pipinya dengan pipi Sandra, lalu dengan sengaja mencium pelipis gadis itu.

Cup.

Cekrek.

Sandra yang mendengar suara kamera lantas menoleh. Sedikit terkejut juga dengan Cakra yang tiba-tiba mencium pelipisnya.

"Ngapain?" tanya Sandra mengernyit. Cakra langsung menjauhkan tangannya dan membebaskan Sandra dari kukungan.

"Nggak," balas Cakra cuek langsung menyembunyikan ponselnya di belakang punggung. Ia memalingkan muka, bersiul seolah tidak merasa melakukan apapun.

Sandra memicing curiga, melipat kedua tangannya di dada. "Habis motoin gue kan?" tebaknya yang langsung menarik perhatian Cakra.

"Nggak, geer banget," elak Cakra kembali memalingan muka. Sandra langsung mencibir, tentu terlihat dengan jelas bahwa pria itu sedang berbohong.

"Mana, liat hasilnya," pinta Sandra menengadahkan tangannya. Cakra menggeleng pelan.

"Gak mau."

"Cakra ih, jangan mulai. Cepet kasih liat!" paksa Sandra mulai merebut ponsel pria itu yang disembunyikan di belakang punggung.

"Ck, gue gak moto." Cakra mengangkat tinggi ponselnya. Sandra tentu kalah, tingginya tidak seberapa. Sial, terpaksa ia terus meloncat demi mendapatkan ponsel pria itu.

"Liat doang Cakra, ih!" teriak Sandra kesal. Cakra malah tertawa, senang rasanya melihat wajah kesal Sandra yang terlihat menggemaskan.

"Dapat!" ujar Hanson tiba-tiba datang merebut ponsel Cakra. Cakra yang terkejut lantas berbalik hendak merebut paksa kembali ponselnya. Namun dengan cepat Hanson bisa mengelak.

"Wah, Cakra mulai aktif ya bund!" ejek Hanson begitu melihat hasil dari jepretan tadi.

"Balikin sialan," kesal Cakra hendak merebut, Hanson langsung menyembunyikannya di belakang punggung.

"Pengen liat woy!" sentak Sandra menghentakkan kakinya kesal. Hanson melirik Cakra meminta persetujuan. Cakra mendengus kesal.

"Ck, serah lo berdua aja!" pasrahnya mengangkat tangan. Hanson tertawa dan langsung memberikan ponsel Cakra kepada Sandra.

Sandra langsung terpekik begitu melihat hasil dari jepretan Cakra. Seluruh keluarga yang baru saja berdiri bersiap untuk berangkat ikut terkejut mendengar pekikan gadis itu.

"Cakra, ini bagus banget!" pekiknya tersenyum lebar. Hanson dan Cakra melongo.

"Uwu banget, lo pacarable banget sih!" lanjut Sandra gemas sendiri.

"Udah kan? Sini balikin." Cakra mengulurkan tangannya meminta ponselnya kembali. Sandra menggeleng cepat.

"Ponsel gue dulu sini, gue mau minta ini foto. Mau gue post di Instagram!" ujar Sandra tersenyum lebar.

"Jangan Sandra," cegah Cakra.

"Why?" tanya Sandra mengernyit. "Ini lucu tau."

"Kalo mereka ngira kita pacaran gimana? Nambah gosip, jadi trending topik. Gue gak suka jadi sorotan." Cakra menatap Sandra memohon. Sandra tetep kukuh, ia menepuk bahu Cakra beberapa kali.

"Sebelum ini pun lo udah jadi trending topik mulu, Cak. Jangan merendah untuk meroket deh!" Sandra menerima ponsel miliknya yang baru saja diberikan Cakra. Lalu mulai mengotak-atik. Cakra hanya bisa mendengus pasrah.

"Semua sudah siap, ayo kita berangkat sekarang." Noven datang bersama Oliv.

Cakra menoleh, menghela nafasnya sebentar. "Ayah sama Bunda duluan pake mobil yang Ayah. nanti Cakra sama Sandra pake mobil Cakra ke bandaranya."

"Gak mau bareng aja? Biar sama supir jadi nanti mobilnya gak ribet pas dibawa pulang," sahuf Oliv.

"Gak usah bunda, Cakra bisa minta tolong temen buat ambil mobil Cakra nanti."

"Yasudah, tapi ingat jangan terlambat, oke?" tegas Oliv yang langsung dibalas anggukan Cakra.

"Ini Sandra lagi ngapain sih? fokus banget?" Oliv yang terlanjur kepo mendekati Sandra untuk mengintip.

"Eits, bunda mending naik mobil sekarang!" cegah Cakra menahan Oliv, mendorong pelan ibunya menuju mobil yang sudah ditumpangi Noven dan supir. Oliv hanya bisa pasrah, setelah berpamitan mobil mereka melaju dengan kecepatan sedang.

"Sandra," panggil Hazzel. Sandra langsung mendongak menatap sang ayah.

"Hati-hati, jangan nakal. Jangan ngerepotin Bunda Oliv sama Ayah Noven," ujar Hazzel mendekati Sandra dan mengusap kepala putrinya.

"Iya, Ayah."

"Jaga kesehatan juga, jangan telat makan." Jingga ikut bersuara.

"Jagain Sandra," ujar Hazzel pada Cakra. Pria itu mengangguk dengan mantap.

Hazzel dan Jingga pamit untuk kembali ke rumah, pasalnya baru saja satpam memberitahu bahwa di rumah mereka kedatanga  tamu. Hanson pun sudah ikut pamit, karena meeting akan segera di mulai.

"Hey," panggil Cakra mengetuk puncak kepala Sandra.

"Apa sih? gue lagi mau post foto ini."  Sandra menunduk dengan tangan sibuk mengotak atik ponsel.

"Lo beneran mau ikut ke Bali?" tanya Cakra bersidekap dada.

"Beneran lah," balas Sadra cuek, dengan posisi sama. "Udah gue post, ayo berangkat!" ajak Sandra langsung menarik Cakra menuju mobil pria itu. Cakra hanya menghela napas dan menurut.

Cassandrameyy

❤️98.443 likes
Cassandrameyy Bali, we will come!!!! @Cakralsyefd

Gadis itu Menonaktifkan kolom komentar karena rasanya malas saja untuk melihat respon mereka. Sandra hanya sekedar ingin memanas-manasi lapak sebelah. Iya, ia kesal dengan postingan Brianna.

Dia pikir dia doang yang bisa uwu gitu? Gue juga bisa kali! batin Sandra menggerutu di dalam mobil.

Cakra bergegas melajukan  mobilnya menuju bandara. Cakra harap saat di sana Sandra mendapat kebahagiaan, melupakan sejenak segala keresahan dan menikmati suasana liburan.

...

Seorang pria datang dengan tergesa, mendobrak pintu dengan kencang.

"Dunia!" teriaknya nyaring setelah di dalam ruangan. Matanya mengedar untuk mencari sosok yang ia teriaki namanya.

"Dunia, lo di mana?!" teriaknya lagi nyaring.

"Apa?" Seseorang keluar dari bilik lain, menatap pria yang berteriak tadi dengan datar.

Raksa, sosok pria yang berteriak tadi tiba-tiba tercengang melihat keadaan Bumi yang dipenuhi oleh darah. Kemeja putih yang pria itu pakai berubah menjadi berwarna merah darah, wajahnya terdapat bercak darah juga di beberapa bagian.

"Bener ternyata, kata GM lo main lagi." Raksa mengusap wajahnya kasar. "Siapa korban lo?" tanya Raksa hendak masuk ke dalam bilik tadi. Bumi langsung menahan pria itu.

"Gak usah ngurusin hidup gue. Lo keluar," usirnya.

Raksa langsung memutar bola matanya malas. "Bima udah cerita yang sebenarnya sama lo?" tebak Raksa. Bumi kembali bungkam dan langsung memalingkan muka. Raksa yang mengerti bahwa jawaban yang Bumi berikan adalah iya langsung menghela nafas lega. Ternyata Bima sudah bercerita pada Bumi.

"Apa yang akan lo lakuin sekarang?" tanya Raksa serius. Bumi masih bungkam.

"Bum, gue ta--"

"Pukul gue," potong Bumi cepat.

Raksa melongo
"Hah?"

"Pukul gue sekarang." Bumi mengulang perkataannya.

"Lo sehat?" Raksa menatap Bumi aneh.

"Pukul gue Raksa, gue tau lo juga pengen banget mukul gue. Tolong, pukul gue dimanapun yang lo mau." Bumi menatap Raksa memelas, dapat Raksa lihat raut kelelahan di bola mata pria itu.

"Bum, gak dengan cara itu. Lo bisa ce-"

"PUKUL GUE SIALAN!"

Bugh

"Oke, gue pukul lo!" teriak Raksa ikut membentak. Emosinya mulai tersulut.

Bugh

Bugh

"Ini yang lo mau?!" bentak Raksa lagi, terus memukul Bumi kuat.

Bugh

Bugh

"Bangun!" Raksa menendang kaki Bumi yang sudah terduduk pasrah. Bumi mendongak, terlekeh sembari mengusap darahnya yang mengalir di area pelipis.

"Lagi," titahnya mulai bangkit kembali.

Raksa berdecih. "Udah cukup," balasnya langsung duduk di sofa. Nafasnya terengah. "Mau seberapa kuat gue mukul lo, lo gak akan pernah ngerasa sakit. Malah tangan gue yang kesakitan," cibirnya kesal. Karena jujur, seluruh badan Bumi terasa keras. Hingga tangan Raksa yang merasa kesakitan saat memukul Bumi, terutama di bagian perut.

"Di dunia ini ada tiga hal yang menjadi tujuan gue hidup." Bumi membuka suara, matanya menerawang. Raksa hanya bungkam mendengarkan.

"Pertama, tujuan gue adalah buat hidup Amora bahagia. Mencarikan sosok penjaga untuk adik gue, dan gue berhasil. Garesh adalah pilihan yang terbaik." Bumi mengusap darahnya yang tiba-tiba menetes. Tanpa merasa sakit sedikit pun ia lanjut bercerita. "Kedua, gue harus mastiin Bima. Gue mau hidup dia berada disituasi yang aman. Lo tau kan? Bima punya banyak ancaman, apalagi semenjak dia buat perkumpulan preman. Makanya saat tau Bima berlaku bejat ke Brianna gue langsung ambil tindakan tanpa pikir panjang, karena gue tau berada dilingkaran bersama Brianna itu membahayakan. Untungnya Bima gak tau dan gak sadar makanya gue sedikit ngerasa lega. Taunya ...." Bumi menggelengkan kepalanya mengangkat kedua tangannya pasrah.

"Cara lo salah, Bumi. Iya gue tau lo mau yang terbaik buat Bima. Tapi, dengan cara lo yang jadi tameng Bima kayak gini itu salah. Secara gak sadar lo udah nyakitin banyak orang sekaligus, terutama Sandra."

Bumi mengangguk, ucapan Raksa sama persis seperti Bima saat itu. Ia juga mengerti, dan Bumi sangat menyesal.

"Sekarang mau lo gimana?" tanya Raksa.

Bumi bungkam, tak tahu harus menjawab apa.

"Kejar Sandra lagi?" kekeh Raksa yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bumi.

"Gak mungkin," gumam Bumi cepat.

"Kenapa gak mungkin?" tanya Raksa. "Dan tadi lo juga belum lanjutin, tujuan ketiga dalam hidup lo. Apa mungkin dia?" lanjut Raksa menerka-nerka.

Bumi mengangguk. "Tujuan terakhir gue buat bahagiain Sandra, dia satu-satunya semangat gue. Gue sebisa mungkin ngasih yang terbaik buat Sandra. Tapi sayangnya, gue gagal. Gue gagal buat dia bahagia, gue gagal buat liat senyum dia, gue gagal, Sa. Gue udah buat hati dia hancur, gue matahin hatinya, nambahin luka yang bahkan luka lama aja belum sepenuhnya pulih. Gue gagal,  gue emang gak pantas buat Sandra." Bumi terkekeh, menunduk menatap luka robek di lengannya yang tadi tidak sengaja tersayat pisau saat bermain.

Bumi menyentuh luka tersebut. Lukanya cukup menganga lebar dengan daging dalamnya yang sudah terlihat. Tangan pria itu menyentuhnya, bermain disana sehingga darah kembali mengalir. Bumi terkekeh dengan sengaja menarik robekan kulitnya agar semakin menganga dengan lebar.

"Bum, sadar!" Raksa menghempas tangan Bumi. "Shit, ini pasti sakit." Raksa segera bangkit mengambil kotak P3K.

"Lebih sakit Sandra yang gue patahin hatinya, Sa."Bumi terkekeh. Raksa mengambil kotak P3K dan kembali duduk berhadapan dengan Bumi. Mulai mengobati pria itu.

"Kemarin si Bima yang gue urus, sekarang abangnya. Buset dah, lo berdua gak bisa apa hidup mandiri. Nyusahin gue mulu. Gue mau ngejar tambatan hati aja rasanya gak ada waktu." Raksa menggerutu.

"Mulai suka sama Audy, huh?" ejek Bumi.

"Nggak, apa-apaan!" elak Raksa cepat. Bumi hanya menggelengkan kepala, sangat terlihat dengan jelas bahwa Raksa sedang salah tingkah.

"Udah," ujar Bumi memberhentikan Raksa. Pria itu bangkit, mengambil handuk dan melilitkan benda itu di lengannya.

"Gue mau balik, sekarang Bima pasti udah bongkar semuanya. Gue harus ketemu mereka."

"Gue ikut," balas Raksa cepat.

"Gak usah," sahut Bumi cuek. "Urus aja Audy kesayangan lo. Gue pergi dulu."

Raksa melotot. "Shit, kok dia tau sih?!"

...

Revisi/150421

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top