Bumi Aiden Catra
HAPPY READING!
...
"Bunuh pria ini."
Pria yang baru saja bersuara menunjuk salah satu foto yang tertempel di dinding. Tatapan sangat tajam, aura disekitarnya terasa mencekam.
"Dia yang kemarin ngelecehin anak kecil di gang itu?" tanya salah satu dari mereka.
Pria tersebut mengangguk.
"Pergilah," suruhnya kepada kelima pria di depannya.
Mereka mengangguk dan segera pergi dari ruangan tersebut.
"BUMI!" teriak seseorang dari luar setelah kelima tadi menghilang.
Pria yang namanya di panggil berdecak, ia sudah tahu betul siapa pemilik suara tersebut. Pintu terbuka, menampilkan sosok pria tegap dengan luka gores dipelipis. Napasnya terengah.
"Apa?" tanya Bumi datar.
"Kucing lo nyakar mulu, gak mau makan dia," lapor pria tersebut dengan sedikit rasa jengkel.
"Terus?"
"Ya, dia mau bapaknya yang urus. Dia gak mau sama gue!" kesal pria tersebut dengan muka memerah.
"Pergi."
"Tapi--"
"Pergi Raksa!" sentak Bumi kesal. Raksa yang merupakan tangan kanan Bumi itu langsung mengangguk dengan cepat dan berlalu keluar dari ruangan tersebut. Dirinya tak mau terkena amukan sang ketua.
Bumi Aiden Catra, sosok pria misterius yang jarang sekali menampakkan dirinya di publik.
Pria itu lebih memilih berdiam diri disebuah ruangan gelap favoritnya. Sifatnya yang kejam dan jangan lupakan kata-kata pedasnya yang seringkali menyakiti lawan membuat seluruh orang yang sedang berhadapan dengannya harus selalu berhati-hati dan tidak boleh sembarang berbicara.
Wx13, sebuah geng misterius yang Bumi dirikan beberapa tahun lalu. Sebuah geng yang hanya memiliki beberapa anggota yang tentunya dipilih oleh Bumi sendiri. Wx13 bukan perkumpulan geng biasa yang hanya suka bermain motor dan tawuran kesana-kemari. Wx13 adalah sebuah geng yang Bumi buat untuk para Psikopat berdarah dingin. Nama mereka tentu sudah diketahui banyak orang. Namun tidak dengan wajah mereka, tidak akan pernah ada yang mengenalinya.
King, adalah julukan untuk Bumi di Wx13. Pria itu sangat disegani banyak Orang. Di umurnya yang sudah menginjak 22 tahun, Bumi sudah memiliki perusahaan sendiri. Yang lebih dominan adalah perusahaan senjata.
Apakah Bumi tidak punya kelemahan?
Tentu saja punya.
Siapa?
Ini dia.
Bumi berdecak saat ponselnya berdering. Ia menutup laptop dengan kasar dan bangkit menuju jendela. Lalu mengangkat panggilan.
"Bumi? Astaga, kenapa lama sekali?"
"Lagi kerja, ada apa?"
"Pulang sekarang, ada yang mau Papa dan Mama bicarakan dengan kamu."
"Apa?"
"Gak bisa lewat telepon, kamu cepet pulang. Gak kangen sama Adek-adek kamu apa?"
Bumi memutar bola matanya jengah. "Bumi sibuk. Bisa nanti?"
"Gak, gak bisa! Kalau sampai jam lima sore nanti kamu belum dateng. Mama bakal suruh Papa buat hancurin asrama kamu!"
Bumi berdecak lagi, ibunya selalu saja mengancam akan menghancurkan asrama yang ia buat. Asrama untuk tempat tinggal para pria psikopat.
Takut? Tentu saja tidak. Bumi yakin ibunya tidak akan pernah melakukan hal itu. Meskipun seluruh keluarga sudah mengetahui bahwa Bumi seorang psikopat, mereka tidak begitu marah. Karena semua pergerakan Bumi di pantau sang Ayah. Jika Bumi berlaku kelewatan, Ayahnya akan langsung bertindak. Dan Bumi tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.
"Bumi? Kok malah diem sih? Cepet pulang!"
"Ma--"
"Oke, kamu emang gak pernah mau nurut sama Mama. Yaudah, gak usah ke sini. Gak usah pulang sekalian!" teriak sang ibu menggelegar di seberang sana.
tut.
Bumi mengernyit, ibunya langsung mematikan ponsel.
Ngambek lagi huh?
"RAKSA!" teriak Bumi menggelegar. Bersandar pada kursi, memejamkan matanya sembari memijat pelipis.
Brak.
"Apa? Ada apa?" tanya Raksa terkejut hingga mendobrak pintu. Matanya mengedar dengan napas ngos-ngosan.
"Mama, apa rencana dia?" tanya Bumi.
Raksa menghembuskan napas kasar. "Gue kira apaan."
Bumi diam.
"Mama Lea sama Pak Ajal mau jodohin lo," ucap Raksa sembari meringis.
Merasa tertarik, Bumi menoleh. "Jodohin?"
"Iya, mereka berniat jodohin lo sama anaknya temen Papa lo." Raksa terdiam sebentar, merasa ada yang salah dengan ucapannya. "Eh bukan, Garesh yang bagian dari Wx, lo tau dia kan?" tanya Raksa.
"Manvil?"
"Iya, Ayah dia itu punya kakak. Dan anaknya yang mau dijodohin sama lo."
Bumi berdecak. "Ada foto?"
"Ada, guekan tim gercep," ucap Raksa langsung mengambil ponsel.
"Nih."
Bumi mengambil ponsel Raksa. Matanya menajam. Seorang gadis berseragam putih abu, tersenyum ke arah kamera dengan gaya yang bisa dibilang cukup manis.
"Sekolah?"
"Iya, kelas dua belas."
Bumi terkekeh sinis. "Dia sudah punya pacar?"
Raksa menggeleng. "Jomblo bos, tapi dia punya cowok yang dia suka."
Bumi mengangguk, lalu bangkit.
"Sepertinya menarik, gue mau balik sekarang. Lo mau ikut atau tetap di sini?"
"Ikutlah! Gue mau liat nanti cewek yang mau dijodohin sikapnya kayak gimana. Calon kakak ipar harus kita cek dulu."
Bumi mengangguk dan menepuk bahu Raksa. Raksa langsung tersenyum dengan lebar. Sepertinya Bumi mengizinkan ia ikut.
"Lo bakal ngerepotin, jaga asrama aja." Bumi menepuk bahu Raksa lagi dan berlalu pergi.
"Oh ya, jangan lupa. Di meja ada berkas yang belum gue cek. Tolong lo kerjain, gue mau itu berkas udah selesai besok."
Raksa langsung mendengus kesal. Lihatlah, jika di luar saat beraksi pria itu akan bersikap dingin. Lain lagi jika bersama orang terdekat. Sangat menyebalkan.
"Yah, lembur lagi dah gue," gumam Raksa lemas.
....
Bumi memberhentikan mobilnya di depan kediaman orang tuanya. Gerbang terbuka otomatis dan mobil Bumi melesat masuk ke dalam.
"Amora, Kakak kesayangan kamu datang!" teriak seorang pria begitu membuka pintu utama. Bumi berdecak malas saat melihat kembarannya berteriak memanggil adik keduanya.
Kembaran? Iya, Bumi mempunyai kembaran. Namanya Bima Jayden Catra. Ingin tahu bagaimana sikap pria itu? Mari kita lihat sekarang.
Bumi keluar dari mobil, berjalan santai menghampiri Bima yang sudah berdiri tegap menatapnya dengan penuh kekesalan.
"Apa?" ucap Bumi datar, bersidekap dada.
"Lo ngapain pulang sih?" ucap Bima ikut bersidekap dada.
Dahi Bumi mengerut. "Maksud lo?"
"Ck, gue lagi seneng jailin Amora. Lo malah balik!" kesal Bima karena sudah tau sikap Amora yang akan menjadikan Bumi sebagai tameng.
Bumi menoyor kening Bima. "Inget umur!" ucap Bumi sembari berlalu memasuki rumah. Bima menggerutu sembari mengekor.
"Eh Bang, cowok yang waktu itu di keroyok bawahan gue gimana sekarang? Udah lo urus?" tanya Bima menatap punggung Bumi.
"Beres," balas Bumi singkat.
"Bagian mana aja yang lo mutilasi?" tanya Bima kepo.
"Kepala, jari tangan."
Bima melotot dan bergidik ngeri. Bumi benar-benar seorang psikopat!
"Abang!" teriakan nyaring dari ujung tangga terdengar menggelegar. Bumi terkekeh dan langsung merentangkan tangannya.
"Abang kenapa baru pulang?" tanya seorang gadis yang sudah berada di dalam pelukan Bumi.
Bumi mencium puncak kepala adiknya gemas. "Sibuk, maaf ya."
"Abang gak ada, Amora dijailin terus tau sama Bang Bima. Nih liat, rambut Amora di gunting sama dia!" lapor Amora menunjukan rambutnya yang sudah digunting Bima walau hanya sedikit.
Bumi langsung menatap tajam kembarannya, yang ditatap malah menujulurkan lidah tidak takut. Dasar, sudah berkepala dua tapi sikapnya masih seperti anak kecil saja.
"Garesh udah tau?" tanya Bumi menunduk menatap wajah sang adik.
"Udah, katanya nanti bang Bima bakal di keroyok sama semua anggota Wx. Abang juga harus ikut keroyok, ya?"
Bumi terkekeh, melepaskan pelukan dan mengacak rambut Amora.
"Gak perlu di keroyok. Abang kasih pelajaran aja sekarang gimana?"
"Gak, gak boleh. Sekarang lo ditunggu di ruangan Papa. Cepet ke sana!" suruh Bima mendorong Bumi. Mengalihkan pembicaraan.
"Ck, iya-iya!" Bumi menepis tangan Bima dan berlalu menuju ruang kerja sang ayah.
Amora langsung mendekati Bima. "Abang serius, Bang Bumi mau dijodohin?" bisik Amora dan Bima mengangguk.
"Mata-mata Abang gak pernah ngecewain, kita lihat aja nanti."
"Amora udah gak sabar pengen liat kakak ipar," ucap Amora begitu antusias.
"Sana ke kamar, belajar. Abang mau kerja dulu," perintah Bima sembari mengusap rambut Amora lembut. Amora mengangguk dan langsung berlari menuju kamarnya.
Bima langsung mengambil ponsel untuk menelepon seseorang.
"Halo bos?" ucap seseorang di seberang sana.
"Gimana?"
"Aman bos, semua preman kawasan barat berhasil luluh. Mereka mau bergabung."
"Bagus, bawakan sekitar lima preman ke kawasan saya. Saya membutuhkan mereka untuk menghancurkan lahan lawan."
"Siap bos!"
tut.
Bima tersenyum miring.
Jika Bumi mengumpulkan banyak psikopat dan membuat sebuah asrama untuk mereka. Lain dengan Bima yang mengumpulkan banyak preman untuk menjadi bawahan dan dijadikan senjata untuk pekerjaannya.
Seluruh preman takluk kepada Bima. Mereka sangat menghormati Bima sebagai atasan. Jika ada preman yang berani mengganggu kalian, ucapkan saja nama Bima Jayden Catra. Dalam sekejap mereka akan patuh dan tak akan mengganggu lagi.
"BANG BIMIA!"
Teriakan Amora menggelegar sangat nyaring di dalam kamar gadis itu. Bima melotot, kelakuan jahil Bima sudah mulai tercium. Tau situasi akan memburuk ia langsung pergi keluar dari rumah secara diam-diam.
"Ada apa?" tanya Lio-Ayah dari ketiga bersaudara itu keluar dari ruang kerja dengan Bumi di belakangnya. Raut wajah mereka sama-sama menampilkan ekspresi terkejut.
"Huaaa ... Bang Bima nyoretin kaca Amora pake liptint punya Amora!!!" teriak Amora hendak menangis tidak terima.
"Ini juga, dia ngegambar pake pensil alis punya Amora. Pokoknya Bang Bima harus di hukum!" teriak Amora lagi dengan nyaring.
Bumi dan sang ayah saling tatap.
"Panggil Mama, Papa tidak bisa menangani masalah seperti ini." Lio menyuruh Bumi dengan dirinya yang sudah mendekati Amora.
"Ada apa ini?" Lea-sang ibu masuk ke dalam kamar Amora. Bumi yang tadinya hendak memanggil ibunya lantas menjelaskan.
Lea menghela nafasnya. "Dasar anak itu! Sudah, biar Mama yang tangani. Kalian berdua lanjutkan saja diskusinya."
Lio berdiri. "Malam ini kan?" tanya Lio pada istrinya.
"Iya, aku udah tanyain mereka. Dan anaknya juga baru dikasih tau sekarang."
Lio mengangguk. "Baiklah."
Lio menepuk bahu Bumi untuk kembali mengikuti dirinya. Sedangkan Amora sudah Lea tangani.
...
Lio duduk di kursi kerja miliknya.
"Jadi?" tanya Bumi memulai percakapan.
"Jangan berpura-pura tidak tau. Papa sudah tau kamu mengetahui semuanya."
Bumi terkekeh. "Untuk apa Papa jodohin Bumi? Kenapa gak Bima?" tanya Bumi langsung to the point.
Lio mengetuk jarinya di meja. Tersenyum lebar ke arah anak pertamanya.
"Karena kamu pilihan yang tepat. Sedangkan Bima, anak itu masih terlihat seperti anak kecil. Dan dia juga masih punya tugas dari Papi yang harus diselesaikan."
Bumi berdecih. "Alasan macam apa itu?"
Lio mendengus. "Kalau kamu tidak mau, ya sudah tidak apa-apa. Papa tidak akan memaksa. Tapi jangan salahin Papa kalau nanti Amora Papa nikahin duluan."
"No!" jawab Bumi cepat. Matanya langsung berubah tajam dengan rahang yang mengeras.
Dalam hati Lio tersenyum menyeringai. Ia berhasil memancing Bumi.
"Ya, kalau tidak mau, terpaksa kamu harus turutin kemauan Papa. Yang mau dijodohin pun produk anti gagal, kok. Dia cantik, anak yang baik. Hazzelio, kamu tau dia bukan? Mafia kalangan atas yang perusahaannya berada dimana-mana. Dia ayah gadis itu."
Bumi mengangguk dengan malas. Lalu bangkit berdiri.
"Masih ada dua jam lagi untuk berangkat ke sana. Bumi kembali ke asrama dulu."
"Mau ngapain?"
"Ck, masih banyak berkas yang belum Bumi tanganin. Nanti Papa kirim alamat rumahnya ke Bumi. Biar Bumi nyusul."
"Gak boleh telat!"
"Hm."
"Kalau kamu lupa, Papa bakal bakar dan hancurin Asrama kamu!"
"Basi!" balas Bumi kesal sambil berlalu keluar dari ruangan Lio.
....
Revisi/150421
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top