57 - Luka
Y/n mengusap-usap kening Taeyong dengan lembut yang sekarang sedang tertidur pulas di pangkuannya.
(Contoh ilustrasi nya)
Pulas. Benar-benar pulas. Mata itu tertutup dengan sembapnya.
Entah kenapa.... Lihat Taeyong begini membuat Y/n kembali meneteskan air matanya.
"Aku minta maaf. Aku gak maksud bikin kamu kayak gini. Aku cuma.... " Y/n berhenti bergumam, kemudian mulai terisak.
"Aku gak tau harus ngambil keputusan apa. Aku cuma tau, kalau aku lepasin kamu, kamu dan keluarga kamu bakal baik-baik aja. Jadi... Aku ngambil keputusan ini karena aku mau yang terbaik buat kamu.
Aku sayang sama kamu, Lee Taeyong. Aku mau kamu terus bahagia. Aku mau kamu baik-baik aja. Maafin aku. Aku harap kamu gak terus-terusan nangis dan terpuruk kayak gini. Dan aku harap....
Kamu gak pernah benci sama aku. Hikss..."
Y/n terus menangis terisak. Ia tak bisa lagi menahan tangisnya saat ini --ketika melihat Taeyong terlelap.
"Y/n,"
Suara Jaehyun.
Y/n segera menghapus air matanya, lalu menoleh ke belakang dan mendapati Jaehyun disana bersama Johnny.
Jaehyun dan Johnny menghampiri Y/n. Mereka membuang napas pelan saat lihat mata Y/n yang sembab, juga Taeyong yang tertidur pulas di pangkuan Y/n.
"Lo gakpapa dek?"
Bodoh. Jaehyun tau itu pertanyaan bodoh. Karena ia tau, Y/n tentu tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Tapi entahlah.... mulutnya spontan bertanya seperti itu.
"Gue gakpapa." Jawab Y/n sambil tersenyum.
"Abang, tolong bawa Taeyong masuk. Disini dingin. Gue gak mau dia sampe sakit." Pinta Y/n kemudian.
"Sini, biar gue aja."
Johnny mengangkat tubuh Taeyong, membawanya di kedua tangan, lalu segera pergi.
Jarak rooftop dengan kamar Taeyong cukup dekat karena kamar Taeyong berada di lantai dua. Jadi tidak terlalu menyusahkan Johnny.
"Lo gakpapa?" Tanya Jaehyun lagi.
"Iya, gue gakpapa. Ayo kita kebawah."
Y/n berdiri, hendak pergi namun tangannya di pegang oleh Jaehyun.
"Gue tau lo abis nangis. Dan gue tau lo gak lagi keadaan baik." Ucap Jaehyun yang membuat Y/n buang napas pelan, lalu menoleh.
"Lo kebentur apa? Kayaknya lo butuh istirahat. Mending kita....---"
"Lo yang kebentur apa! Lo yang butuh istirahat!" Bentakan Jaehyun pastinya membuat Y/n berhenti saat ia hendak melangkah pergi.
Y/n terdiam menunduk. Sedangkan Jaehyun membuang napas pelan.
"Gue tau apa yang lo rasain, Y/n. Gue tau lo cuma pura-pura kuat di depan orang-orang, termasuk Taeyong. Lo nahan tangis cuma buat keliatan baik-baik aja. Lo senyum cuma buat nutupin keadaan hati lo yang sebenernya udah hampir mati. Iya kan?"
Y/n menggigit bibir bawahnya guna menahan air matanya agar tidak keluar.
"Disini gak ada siapa-siapa, Y/n. Lo boleh nangis, jangan di tahan."
Perlahan, air mata itu lolos dari pelupuk mata Y/n. Pelan dan pelan, lalu semakin deras. Kini, Y/n menangis kencang. Mengeluarkan semua yang ia tahan sedari tadi. Melepaskan kesedihan dan keputusasaan yang ia rasakan.
Jaehyun menarik Y/n ke dalam pelukannya. Membiarkan adik sepupunya menangis dalam dekapan. Membiarkan bajunya basah karena air mata gadis manis itu.
(Contoh ilustrasi nya)
Jaehyun tau Y/n seperti apa. Makanya ia berkata begitu dan membuat Y/n menangis disini. Jaehyun hanya ingin Y/n melepaskan diri dari kekecewaan hati. Jaehyun ingin Y/n tenang. Dan Jaehyun ingin ada di samping Y/n saat Y/n sedang dalam masa tersulitnya.
Mata Y/n sudah terasa panas, tapi entah kenapa ia masih ingin menangis. Rasanya, menangis seharian pun takkan cukup untuk Y/n.
"Nangis mungkin gak akan bisa nyembuhin luka hati lo. Tapi nangis bisa bantu bikin lo tenang."
°°°
Ten menghentikan langkahnya ketika tak sengaja melihat Johnny di kamar Taeyong. Ia langsung masuk, mengurungkan niatnya untuk ke rooftop.
Ten buang napas pelan saat liat Taeyong tengah tertidur pulas di atas ranjangnya dengan mata yang sembab. Menyadari kehadiran seseorang, Johnny menoleh, lalu buang napas pelan.
"Dia abis nangis ya?"
Johnny mengangguk, "Kayaknya gitu. Tadi waktu gue sama Jaehyun ke rooftop, kita liat Taeyong lagi tidur di pangkuan Y/n. Dan Y/n juga abis nangis. Gue yakin itu, soalnya matanya sembab. Terus dia minta salah satu dari kita buat mindahin Taeyong ke dalem. Dan gue yang akhirnya gendong Taeyong kesini. Gue cuma mau kasih waktu buat Jaehyun sama Y/n. Yah... Untungnya Taeyong gak kebangun."
"Kasian ya mereka. Gak tega gue. Nih ya, kalau seandainya bisa, gue mau bantu pecahin masalah Taeyong sampe tuntas. Tapi..... Hhh.... Nyatanya gue gak bisa apa-apa."
Johnny menepuk pelan pundak Ten, lalu berkata, "Lo udah bantu semampu lo. Sedangkan gue? Gue malah gak bisa bantu apa-apa. Gue juga bakal bantu mereka kalau gue bisa."
"Terus sekarang Jaehyun sama Y/n dimana? Masih di rooftop?"
"Kayaknya sih iya."
"Yaudah, gue kesana dulu deh."
Ten pun pergi. Keluar dari kamar Taeyong, menaiki tangga untuk sampai ke rooftop. Langkahnya berhenti ketika sampai di ujung tangga. Sebab, ia melihat sesuatu yang membuat hatinya ikut sakit. Ia melihat Y/n sedang menangis keras dalam pelukan Jaehyun. Tangis itu begitu pilu dan menyedihkan. Ten belum pernah lihat Y/n seperti ini. Dan Ten mengakui bahwa ketika Y/n menangis, hatinya ikut terluka.
Jaehyun yang melihat Ten, segera menunjukkan telapak tangannya, pertanda bahwa Ten harus berhenti disana. Jaehyun melakukan itu karena ia tau, Y/n akan terusik bila ada orang lain yang datang, dan ia tidak ingin Y/n menahan lagi beban hatinya.
Ten paham, kemudian berlalu pergi.
Saat sampai di ruang tamu, Ten berhenti. Menundukkan kepalanya yang membuat orang-orang bingung.
"Kenapa, Ten?" - Yuta
"Iya, lo kenapa? Terus... Kok lo sendirian? Jaehyun sama Johnny mana? Y/n juga mana? Taeyong?" - Lucas
Ten tidak menjawab. Pikirannya di penuhi dengan apa yang ia lihat tadi. Saat Taeyong tidur dengan mata sembab dan saat Y/n menangis di pelukan Jaehyun. Semuanya berputar dalam memori otak Ten.
Kemudian, tangannya tiba-tiba terkepal kuat. Matanya menatap tajam Sehun yang sedang duduk santai di sofa. Semua pikiran itu memaksa Ten untuk melakukan kekerasan pada si "pembuat masalah". Memaksa Ten untuk ambil tindakan meskipun dengan cara baku hantam.
Ia menghampiri Sehun, mencengkeram kuat kerah baju Sehun, dan membawanya menuju tembok itu. Ten membanting badan Sehun hingga punggung itu menabrak keras tembok di belakangnya. Dan hal itu sontak membuat orang-orang yang ada di sana terkejut atas tindakan Ten yang brutal.
"LO UDAH PUAS SEKARANG HAH?! LO UDAH PUAS NYAKITIN Y/N?! LO UDAH PUAS NYAKITIN TAEYONG?! MAU LO APA ANJING?!!" Bentak Ten dengan nada yang sangat tinggi.
Sehun nampak terkejut. Ia tak menyangka "orang Thailand" ini bisa se-brutal dan se-kasar ini.
Yuta dan yang lain segera menghampiri mereka untuk melerai, juga menghentikan Ten.
"LO LIAT APA YANG UDAH LO LAKUIN!! LO BIKIN Y/N SAMA TAEYONG MENDERITA!! LO BIKIN SEMUANYA KACAU!! BRENGSEK!! PERSETAN!!"
"Ten! Berhenti!" Yuta dan Lucas berusaha menghentikan Ten. Namun gagal ketika Ten yang dengan kasar-nya menghempaskan tangan mereka dari tangannya.
Dan cengkeraman itu semakin kuat. Amarah seorang Ten memuncak dan berapi-api. Bahkan tangannya sampai bergetar saking kesalnya.
"LO HARUS TAU!! MEREKA ITU ORANG YANG BERHARGA BUAT GUE!! MEREKA ORANG PENTING!! DAN MEREKA ORANG YANG BAIK!! LO GAK SEHARUSNYA NYAKITIN MEREKA!! LO GAK PUNYA HAK!!"
"TEN!!" Bentak Yuta yang tak di dengar oleh Ten.
"BIAR GUE TUNJUKIN PERLAKUAN APA YANG PANTES BUAT MANUSIA IBLIS KAYAK LO!!" Gertak Ten.
Detik berikutnya, Sehun tersungkur ke lantai setelah Ten meninjunya dengan sangat keras. Dan hal itu pastinya membuat semuanya menganga tak percaya. Semuanya teriak histeris, terutama Luhan.
"Sehun!!" Teriaknya. Ia dan Kris langsung menghampiri Sehun dan membantunya untuk berdiri. Sedangkan Yuta dan Lucas memegangi lengan Ten agar ia tak lepas kendali lagi.
"Ten! Apa yang udah lo lakuin?!" Pekik Yuta kesal.
Ten lagi-lagi tak mendengarkan Yuta. Matanya terus menatap tajam Oh Sehun yang hidungnya mulai mengeluarkan darah.
Ten ingin maju, ingin memukul Sehun lagi. Tapi tak bisa karena Yuta dan Lucas yang memegang lengannya cukup kuat.
"Ten!"
Masih tak mendengar. Ia masih berusaha melepaskan diri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sungguh, ini bukan Ten yang mereka kenal.
"CHITTAPHON!!"
Ten terdiam begitu mendengar bentakan keras dari Yuta.
"Lo harus berhenti, Ten!" - Yuta
"Kenapa? Kenapa gue harus berhenti? Kenapa gue gak boleh ngehajar orang yang udah nyakitin sahabat gue? Kenapa? Apa yang salah?" - Ten
"Ten! Lo kerasukan apa?! Ini bukan Ten yang gue kenal!" - Yuta
"Ada apa ini?"
Suara seseorang. Semua menoleh dan mendapati Johnny disana dengan tatapan bingungnya. Ia berjalan menghampiri mereka. Menatap semuanya, lalu bertanya,
"Ada apa?"
"Ten tiba-tiba nyerang Sehun. Dia nonjok Sehun." - Lucas
"Ten? Nonjok Sehun? Apa gue gak salah denger?" - Johnny
"Lo gak salah denger. Dia tiba-tiba jadi ganas gini." - Doyoung
Johnny menatap Ten, lalu beralih ke Sehun. Ia melihat Sehun bonyok dan darah mengalir dari hidungnya. Jadi, bener Ten yang melakukan itu. Pikirnya.
Johnny buang napas pelan, "Ayo deh ikut gue. Kayaknya lo butuh udara seger." Katanya sambil menarik Ten dan membawanya pergi.
°°°
"Ngapain lo bawa gue keluar? Gue belum selesai sama si bajingan itu!!" Geram Ten.
Iya, Johnny bawa Ten keluar dari rumah Taeyong. Mereka berjalan-jalan keliling komplek untuk menenangkan diri.
"Jangan ngikutin nafsu. Nafsu itu bagian dari setan." Kata Johnny dengan santai.
Ten diam. Hatinya masih panas dan amarahnya belum juga reda.
"Gue tau lo marah. Gue tau lo kesel. Tapi bukan dengan cara kekerasan juga buat ngelepasinnya.
Gue juga marah pas dia dengan seenaknya bikin Taeyong sama Y/n putus. Gue juga kesel. Tapi gue coba buat tenang. Gue cuma gak mau kepancing emosi.
Sekarang gini, siapa sih yang gak kesel liat bagian dari keluarganya di sakitin? Gak ada kan? Taeyong itu temen kita, sahabat kita, keluarga kita. Y/n juga sama. Dia sepupunya Jaehyun. Dia udah gue anggep kayak adek gue sendiri. Dan hati gue juga ikut sakit. Tapi apa? Gue gak sampe nonjok Sehun kan? Karena apa? Ya karena gue gak mau nyakitin orang.
Kita ini beda sama mereka. Lo harus paham itu. Cara kita hidup dengan cara mereka hidup udah jelas beda. Kita diajarin etika. Kita di ajarin buat ngeredam emosi. Kita diajarin buat gak nyakitin orang. Dan kita diajarin buat gak ngikutin nafsu.
Mereka ya mereka. Kita ya kita.
Kalau mereka nyakitin kita, jangan kita balas dengan kejahatan juga. Kita harus jadi orang yang baik gimanapun keadaannya. Kalau mereka jahat, kita harus baik. Biarkan itu menjadi perbedaan antara kita dengan mereka. Bukannya gue selalu bilang kalau meredam emosi itu penting? Iya kan?
Nah, itulah kenapa gue gak pernah bosen ngingetin ke anak-anak NCT untuk selalu sabar dan tahan emosi.
Gue paham betul kalau kita ini masih remaja. Mood kita labil. Dan emosi kita mudah naik. Gue sadar sepenuhnya. Tapi... Ya semua tergantung diri masing-masing.
Lo udah gede, Ten. Lo pasti udah bisa bedain mana yang salah dan mana yang bener. Gue yakin, lo udah cukup dewasa buat ngatasin sebuah masalah yang besar. Gue juga yakin lo bisa nahan amarah lo. Lo cuma harus sedikit berusaha lagi biar amarah lo itu gak meledak-ledak kayak gini.
Banyakin sabar. Jangan ikutin nafsu. Nafsu cuma bikin lo capek doang. Percaya deh sama gue."
°°°
"Udah puas nangisnya?" Tanya Jaehyun setelah pelukannya lepas.
Y/n mengangguk, sedangkan Jaehyun menghapus air mata Y/n dengan lembut.
"Aduh aduh~~ Matanya sampe bengkak gini. Uuuuuuu tayang tayang~~" Jaehyun cubitin pipi Y/n pelan sambil tersenyum.
Asal tau saja, di balik senyum itu, ada luka yang Jaehyun sembunyikan. Hatinya yang terluka. Terluka saat lihat Y/n seperti ini.
Jaehyun sangat sayang pada Y/n. Ia selalu menjaga mood Y/n agar selalu baik. Ia juga selalu berusaha untuk tidak membuat Y/n menangis akibat ulahnya.
Tapi ia gagal. Hari ini Y/n menangis, dan Jaehyun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia malah membiarkan Y/n menangis kencang. Dan... Yah... Jaehyun merasa gagal menjadi kakak yang baik untuk Y/n.
"Masih mau disini apa kita turun ke bawah?"
"Kita ke bawah aja bang. Gue pingin pulang."
°°°
"Shit!!" Pekik Sehun.
Sudah beberapa tissue yang ia pakai untuk menghilangkan darah di hidungnya. Namun darah itu tak mau berhenti mengalir. Belum lagi lebam di pipinya yang terus berdenyut.
Tadi Yuta yang mengambilkan tissue dan kompresan untuk Sehun. Meskipun ia kesal pada Sehun, tapi ia masih punya hati nurani. Ia tidak tega, jadi ia tetap melakukan "hal baik" itu untuk Sehun.
Chanyeol tersenyum miring lihat Sehun begitu. Bukan senang sih. Tapi lebih seperti menyetujui karma yang Sehun dapatkan.
Sedangkan Luhan membantu Sehun mengompres lebamnya.
"Brengsek banget itu orang! Gak sopan! Gue ini kan lebih tua dari dia!" Pekik Sehun lagi.
"Padahal mukanya kalem-kalem bae. Tapi kelakuannya udah kayak orang kerasukan." Sehun masih bergumam kesal sambil terus berusaha menghentikan darah dari hidungnya dengan tissue.
"Ini bisa jadi pelajaran buat lo, Hun. Lo harus selalu inget, kucing manis pun bisa berubah menjadi singa yang ganas saat ada yang mengganggu "tidurnya"." Ujar Chanyeol.
"Bacot lo." Balas Sehun.
-------------
Annyeong...
Gimana? Kalian jadi kesel apa jadi sedih?
Harap sabar, jangan marah. Marah itu bagian dari nafsu. Dan nafsu bagian dari setan 😊
Makasih ya buat vomennya 😘😘
See u 💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top