56 - My Last
Duduk berdua dalam keheningan bukan gaya Y/n dan Taeyong. Namun hal itu terjadi hari ini. Mereka berdiri di atas rooftop rumah Taeyong dengan keheningan yang mendominasi.
Om dan Tante Lee pergi ke bank untuk bayar utang di temani oleh beberapa anak buah Sehun. Bukan apa-apa, Sehun hanya tidak ingin ada perampok yang tiba-tiba menghentikan mobil mereka dan merampas uangnya. Jadi bisa di bilang ini hanya untuk jaga-jaga saja.
Sisanya masih ada di bawah. Mereka --kecuali Sehun-- juga ikut sedih atas apa yang menimpa Taeyong dan Y/n. Mereka harus menerima fakta bahwa Taeyong dan Y/n sudah berakhir.
Y/n membuang napas berat. Air mata menetes, namun segera ia hapus. Ia hanya tidak ingin Taeyong menyadari bahwa ia menangis. Ia tau, Taeyong akan ikut terluka jika dirinya menangis.
"Taeyong," Panggil Y/n.
Hening. Tak ada jawaban. Taeyong masih diam dan melamun. Tatapan kosong. Wajah datar.
"Aku tau keputusan ini gak adil buat kamu dan nyakitin perasaan kamu. Tapi..... Aku gak bisa apa-apa. Aku gak bisa biarin perusaahan keluarga Lee hancur. Aku gak bisa biarin kamu dan orang tua kamu melarat. Aku.... Hhh.... Aku cuma mikirin setiap resiko yang aku ambil. Dan menurut aku..... Inilah keputusan yang tepat. Aku minta maaf." Kata Y/n.
Bukan menjawab, tetapi Taeyong malah terkulai lemas. Ia jatuh terduduk di lantai begitu saja, membuat Y/n terkejut.
"Aku gak mau maaf kamu. Aku cuma mau kamu. Aku mau kita sama-sama lagi. Aku mau bangun dari mimpi buruk ini. Aku gak mau. Aku cuma mau Y/n. Jung Y/n yang aku sayang. Aku.... Hikss..." Pecahlah tangis seorang Lee Taeyong.
Taeyong menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia menutupi kelemahannya --yang sebenarnya tidak perlu karena Y/n sudah tau. Ia menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
Orang-orang boleh bilang kalau Taeyong cengeng. Tapi, mereka tidak tau apa yang Taeyong rasakan. Dan.... Taeyong jarang sekali menangis. Ia sosok yang kuat, pekerja keras, dan pantang menyerah. Tetapi kali ini.... Ia merasa benar-benar hancur. Hati dan harapannya musnah begitu saja.
Taeyong hanya tidak tau harus berkata dan berbuat apa. Itu sebabnya ia sedari tadi --saat di bawah-- sampai saat ini ia hanya diam saja.
Taeyong,
Benar-benar merasa kehilangan.
Y/n merendahkan tubuhnya. Berjongkok di hadapan Taeyong. Menatap lembut. Melepaskan tangan Taeyong dari wajahnya dan menghapus air mata Taeyong.
Tentunya, Y/n ikut terluka lihat Taeyong seperti ini. Y/n tidak suka apapun yang melukai Taeyong. Tapi.... dirinya lah yang membuat Taeyong terluka. Dan Y/n benci. Benci dirinya yang tidak bisa melakukan apapun.
"Jangan nangis, sayang. Kamu bakal baik-baik aja kok." Kata Y/n.
Kemudian Y/n menarik Taeyong ke dalam pelukannya. Membiarkan Taeyong menangis dalam dekapan hangatnya.
(Contoh ilustrasi nya)
Sejujurnya, Y/n sendiri sedang menahan tangisnya agar tidak pecah. Ia hanya tidak mau membuat Taeyong tambah terluka dan tambah tidak ingin melepaskannya.
"Kalau kamu mau tau, kamu itu orang yang penting buat aku. Aku gak mau kamu kenapa-napa. Aku mau kamu bahagia. Itu sebabnya aku lebih milih lepasin kamu.
Sehun itu berbahaya, sayang. Dia bakal lakuin apapun buat misahin kita. Dia keras kepala dan susah di bujuk. Kita ikutin aturan mainnya. Biar waktu yang menjawab.
Kamu ngerti kan kenapa aku ngelakuin ini?"
"Ngerti. Tapi aku gak mau." Jawab Taeyong dengan nada yang sangat rendah.
"Kamu pikir aku mau putus dari kamu? Kamu pikir aku gak sayang sama kamu?"
Y/n melepaskan pelukannya perlahan. Menatap wajah Taeyong yang masih menangis meski tak sederas tadi.
"Denger, mungkin emang ini jalan yang terbaik. Gakpapa, kalau jodoh, pasti bakal ketemu lagi. Gak usah takut." Kata Y/n sambil menyeka air mata Taeyong.
"Hei, Lee Taeyong yang aku kenal, bukan cengeng kayak gini. Taeyong yang aku kenal itu kan..... yang nakal, keras kepala, kuat, gak cengeng, baik, tegar, dan mempesona. Iya kan? Terus kok jadi gini? Nangis, lemes. Mana coba Taeyong yang aku kenal?
Udah, jangan nangis lagi. Inget ya Taeyongku sayang, kamu harus tetep jalanin hidup kamu. Jangan nangis-nangis gini. Kan aku pernah bilang kalau kamu itu tetep jadi Taeyongnya aku. Jadi.... ya meskipun kita putus, you are still be my love."
Diluar, Y/n kelihatan tegar. Namun didalam, ia hampir mati. Perasaan sedih yang Y/n rasakan, ia tutupi dengan senyuman manisnya. Hati yang hancur, ia tutupi dengan kata-kata menenangkan yang ia lontarkan untuk Taeyong.
"Hayu, sekarang bangun." Y/n berusaha mengangkat tubuh Taeyong agar berdiri, namun Taeyong menolak. Ia menggelengkan kepalanya yang membuat Y/n buang napas pelan.
"Kok gini? Masa mau diem aja disini? Masa mau nangis terus? Ayo bangun." Lagi. Y/n berusaha lagi. Tapi hasilnya nihil. Taeyong tak juga mau bangun.
Y/n menatap Taeyong, lalu bertanya, "Taeyong, gak mau nurut sama aku?"
Taeyong mendongak. Balas menatap Y/n dengan tatapan sendunya.
Mungkin ini terakhir kalinya gue bisa liat Y/n dalam jarak sedekat ini. - Taeyong
Kemudian, Taeyong berdiri perlahan, dan Y/n menuntun Taeyong untuk duduk di kursi bata dekat sana.
Y/n merendahkan tubuhnya di hadapan Taeyong. Namun hal itu membuat Taeyong segera mendekap Y/n dengan erat.
(Contoh ilustrasi nya)
Y/n sudah pasti terkejut. Tapi ia membiarkan Taeyong memeluknya sesuka hati. Ia tau, dan ia sadar, bahwa mungkin inilah pelukan terakhir-nya bersama Taeyong.
Y/n balas peluk, lalu mengusap-usap punggung Taeyong.
"Maaf aku gak bisa berbuat apa-apa. Maaf karena masalah keluarga aku, kamu yang jadi korbannya. Maaf kalau aku jadi cengeng." Lirih Taeyong.
"Gakpapa. Udah udah." Jawab Y/n dengan lembut.
Sehun benar-benar berhasil membuat semua orang bungkam dan tidak bisa berkutik.
°°°
"Jaem, gue kasian sama Y/n sama bang Taeyong." - Jeno
"Iya, gue juga. Kenapa sih mereka harus dipisahin gini? Kayaknya kalau gue gak akan sanggup." - Jaemin
Saat itu juga, Jihyo tiba-tiba menangis yang membuat semua orang bingung.
"Hyo, lo kenapa? Kok nangis?" Tanya Jeno.
"Gue kesel. Disaat kayak gini gue gak bisa bantu apa-apa. Padahal Y/n selalu bantu gue kalau gue lagi kesusahan. Hikss..." Jihyo menutupi wajah dengan telapak tangannya.
Jeno mengusap-usap punggung Jihyo dengan lembut untuk menenangkan gadis manis itu.
"Udah Hyo, lo gak boleh nyalahin diri lo sendiri. Ini bukan salah lo. Disini bukan cuma lo aja yang sedih, bukan cuma lo aja yang gak bisa bantu Y/n sama Taeyong, tapi kita semua juga gak bisa apa-apa." - Jeno
"Jeno bener. Lo jangan nangis. Ini bukan salah lo." - Jaemin
"Nak, apa yang dibilang temen-temen kamu bener. Kamu gak salah. Jangan nangis, sayang. Percaya aja, Y/n sama Taeyong pasti bisa jalanin semua cobaan ini." Kata mama Y/n sambil ngusapin kepala Jihyo.
Sehun mendengus, "Tante, aku itu pingin dapetin Y/n, bukan pingin nyakitin Y/n. Y/n gak akan di bunuh kok sama aku."
Mendengar itu, Johnny mendecak sebal, "Gak akan bunuh gak akan bunuh. Justru dengan lo jauhin Y/n dari Taeyong, lo sama aja dengan ngebunuh Y/n. Ngebunuh perasaan dan hati Y/n."
"Bullshit. Lama-lama juga Y/n bakal lupa sama Taeyong." - Sehun
"Kejam amat lu jadi orang. Rela nyakitin siapa aja demi mencapai ambisi." - Taehyung
"Dih? Jadi menurut kalian gue yang salah? Gue udah bantu keluarga Taeyong loh. Kalau diitung pake uang, gue udah keluar berapa coba? Banyak woy! Belum lagi resiko soal kerja sama itu. Dasar. Otak dangkal." - Sehun
"Gada yang nyuruh lo ngelakuin itu kok." - Taehyung
"Emang gak ada. Tapi ini cuma inisiatif gue aja. Gue tau kok kalian udah pusing mikirin jalan keluar buat masalah ini. Dan gue bantu kalian biar kalian gak pusing lagi. Jadi harusnya kalian berterimakasih dong sama gue. Lagipula, gue gak akan nyakitin Y/n." - Sehun
"Bullshit." - Taehyung
Jaehyun berdiri, tangannya terkepal kuat, dan tatapan tajam mengarah ke Sehun.
"Denger ya! Kalau sampe Y/n kenapa-napa, gue bakal ngincer lo! Lo bakal nyesel kalau lo sampe ngapa-ngapain Y/n! Paham?!" Tegas Jaehyun.
"Iya, nyantai aja. Y/n gak akan kenapa-napa." - Sehun
"Nyantai nyantai. Ada gue yang ngelindungin Y/n. Kalau Sehun sampe ngapa-ngapain Y/n, gue bakal jadi orang pertama yang bikin Sehun bonyok." - Chanyeol
"Eh! Apaan nih?! Kok lo jadi ngedukung mereka?" - Sehun
"Emang sejak kapan gue ngedukung aksi lo ini?" - Chanyeol
Dan Chanyeol berhasil buat Sehun kesal. Kris yang menyadari hal ini, memegang pundak Sehun seraya berkata,
"Jaga emosi. Ini rumah orang. Jangan bikin keributan."
Yah.... Sehun jadi mudah terpancing emosi belakangan ini. Biasanya dia akan menanggapi ucapan pedas seseorang dengan santai.
Johnny menarik lengan Jaehyun agar kembali duduk, kemudian berucap,
"Tenang, lo bukan satu-satunya orang yang bakal turun tangan kalau Y/n sampe kenapa-napa. Ada gue kok. Anak-anak NCT lainnya juga bakal ikut turun tangan."
°°°
"Aku gak tau harus seneng karena jatuh cinta sama cewek dewasa kayak kamu atau sedih karena harus pisah sama kamu." Kata Taeyong yang masih menangis meskipun tidak sederas tadi.
Sesekali Taeyong menghapus air matanya dengan tissue yang Y/n kasih.
Kini mereka sedang duduk di atas kursi bata, bersebelahan. Mata mereka memandang ke depan. Kesedihan masih menyelimuti keadaan.
Y/n diam. Fokus mendengarkan apa yang di ucapkan Taeyong meskipun hatinya benar-benar hancur.
"Aku gak tau harus bilang apa. Aku gak pernah nangis gara-gara cewek. Dan aku gak pernah ngerasa sesakit ini. Aku sayang sama kamu, Y/n. Itu alasannya kenapa aku selalu berjuang buat dapetin kamu. Tapi... Aku gak tau kenapa akhirnya harus kayak gini. Aku gak suka.."
Dengar itu, tentunya membuat Y/n tak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak keluar.
(Contoh ilustrasi nya)
Y/n sepenuhnya sadar bahwa ia telah menyakiti hati Taeyong. Ia sedih karena itu. Dan ia juga sedih karena harus melepaskan Taeyong.
Namun Y/n dengan cepat menghapus air matanya agar tidak diketahui Taeyong kalau ia menangis.
"Aku juga tau kalau kamu pura-pura kuat. Aku tau kamu lagi nahan air mata kamu biar gak keluar. Aku tau meskipun kamu bungkam.
Disini yang terluka gak cuma aku. Tapi juga kamu. Kamu mulai buka hati buat aku dan mulai nerima aku. Tapi semesta malah hancurin semua. Harapan aku, perjuangan, dan kebahagiaan aku dia rebut semuanya. Dia juga rebut kamu dari aku. Dia lebih rela kamu sama Sehun dibanding sama aku. Apa aku seburuk itu sampai-sampai dia gak mau kita sama-sama?" Ujar Taeyong sambil menundukkan kepalanya.
"Aku minta maaf karena udah bikin hati kamu terluka." Lirih Y/n.
"Enggak, ini bukan salah kamu. Ini salah aku. Aku yang gak bisa ngapa-ngapain padahal ini masalah keluarga aku, tapi kamu malah ikut terlibat. Aku ngerasa bodoh." Kata Taeyong yang masih terus menangis.
(Contoh ilustrasi nya)
"Enggak enggak, kamu gak bodoh. Kok ngomongnya gitu? Hei," Y/n memalingkan wajah Taeyong agar melihat ke arahnya. Lalu mengusap lembut pipi tirus itu guna menghapus air mata Taeyong.
(Contoh ilustrasi nya)
"Taeyongku gak bodoh. Taeyongku bahkan pinter dan romantis. Taeyongku juga baik dan penuh perhatian. Aku sayang sama Taeyong.
Berhenti nangis dan coba mikir positif, sayang. Mungkin Tuhan pingin kamu dapetin yang lebih baik dari aku. Di dunia ini, cewek bukan aku aja. Ada banyak cewek yang lebih baik dari aku. Kamu bisa kok cari yang lain."
"Kamu pura-pura tegar lagi. Kamu bilang gitu, tapi hati kamu menolak. Kamu gak rela kan kalau aku bahagianya sama orang lain?"
Y/n diam. Memang benar apa yang dikatakan Taeyong. Y/n hanya pura-pura tegar.
Bohong jika Y/n bilang ia rela Taeyong mencari yang baru. Bohong jika Y/n bilang ia rela melepas Taeyong. Bohong jika Y/n tidak sedih saat ini. Dan bohong jika Y/n bilang ia ikut bahagia ketika Taeyong bahagia bersama yang lain. Semua itu bullshit. Semua itu tipuan.
Pastinya, Y/n ingin selalu bersama Taeyong. Menjalani hubungan ini sampai nikah, dan hidup bersama Taeyong sampai tua nanti. Tapi.... Tuhan berkata lain. Ia membuat Y/n dan Taeyong terpisah. Dan Ia menghadirkan orang ketiga dalam hubungan mereka.
Memang tidak adil. Tapi... Jika jalannya sudah begini, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Hukum alam, memang kejam.
"Kamu bener, di dunia ini cewek bukan kamu aja. Ada banyak cewek yang lebih dari kamu. Aku tau itu. Tapi aku gak mau cari yang lain. Aku maunya cuma sama kamu. Sama Jung Y/n. Aku harus gimana? Aku gak bisa lepasin kamu." Taeyong kembali berucap dengan lirihan yang terdengar pasrah.
"Mau diusahain sekeras apapun, kalau jalannya udah gini, kita gak bisa apa-apa. Kita cuma bisa nerima dan pasrah. Aku harap kamu mau ngerti. Aku gak suka liat kamu nangis gini. Air mata kamu bikin hati aku sakit."
"Aku minta maaf kalau aku jadi cengeng. Aku cuma..... Hhh... Aku patah hati. Aku sedih. Aku bingung harus apa. Kenapa hukum alam bisa sejahat ini? Apa salah aku? Hikss... Aku gak suka~~"
Dan lagi. Taeyong kembali menangis. Demi apapun, hatinya terasa seperti dicabik-cabik. Lalu, Y/n segera menarik Taeyong ke dalam pelukannya.
(Contoh ilustrasi nya)
Y/n masih menahan tangisnya. Tapi tangisnya pecah ketika Taeyong terisak pilu sambil membalas pelukan Y/n dengan erat.
"Ah, no no no. Jangan nangis sayang. Please, don't cry."
Bukan berhenti, tapi Taeyong malah semakin tidak mau berhenti. Hal itu mampu membuat Y/n panik dan tidak bisa menghentikan tangisnya.
"Jangan nangis, please. Aku mohon jangan nangis. Please... Please don't cry."
Y/n tidak tahan melihat Taeyong seperti ini. Y/n tidak suka lihat Taeyong menangis. Air mata Taeyong benar-benar menyakiti hati Y/n.
Air mata yang sudah Y/n tahan sedari tadi, akhirnya pecah juga ketika Taeyong menangis pilu yang terdengar begitu menyedihkan dan menyayat hati.
Keduanya rapuh. Keduanya tak bisa menahan tangis. Dan keduanya benar-benar terluka. Apakah ini yang semesta inginkan?
Mungkin ini terakhir kalinya mereka bisa pelukan, mengobrol, menangis bersama. Karena mereka telah terpisahkan dengan adanya orang ketiga.
This is my last with you, Mr. Lee. I'm sorry. I'll always love you, babe... - Y/n
--------------
Annyeong...
Ketemu lagi nih, padahal baru kemarin aku update 😋
Sedih ya? Ututuuuuu jangan nangis 😣
Makasih ya buat vomennya 😘😘
See u 💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top