Aurora Borealis
Setiap yang berjiwa pasti pernah mengalami apa itu dipuji dan dicaci. Kehidupan terus berputar tak mungkin akan selalu di atas dan tak mungkin akan terus di bawah. -Author
Aku menyukai setiap orang yang mampu membuat orang lain merasa senang dan kembali bersemangat lalu dia bisa lupa akan masalah yang sedang ia coba tutupi. -Ara
♡♡♡
Menjadi aku, yang setiap harinya ada saja rasa tak enak hati bersarang yang membuat gusar hingga pikiran penuh dengan bagaimana cara menyelesaikan permainan teka-teki yang selama ini aku buat sendiri.
Hidup di dunia yang fana, tak selamanya bertahan itu menjadi pilihan yang pasti dituju. Kadang bertahan itu juga menyita waktu hingga bertahan itu bisa membuat batas antara hidup dan mati tinggal satu jengkal langkah kedepan. Menjadi orang kuat tak selamanya bisa kuat.
Tak kerap bercerita bukan berarti tak punya bahan. Bahkan hingga bertumpuk di laman. Tak ada yang mau mendengarkan, maka aku bercerita kepada cermin yang selalu baik kepadaku, mau menjadi pendengar yang baik dan tak selalu menanggapi dengan kalimat seolah aku juga yang salah.
Aurora Borealis, nama yang selalu dipadu padankan dengan bintang malam dengan cahaya yang gemerlap. Ia begitu terlihat berbinar cerah. Ia bisa membuat aku tersenyum kala memandang langit yang sudah mulai murung, gelap dan mencengkam. Artian yang sungguh indah; bersinar dan dicintai banyak orang.
Namun hidup yang ia hadapi sekarang tak seindah gemerlap bintang di langit dan seindah arti namanya sendiri. Bahkan ia sama saja dengan bumi yang selalu terkena jatuhan meteor dari langit yang menyisakan puing-puing yang membuat bumi berubah tak indah lagi.
Hidup Ara penuh dengan sulutan amarah yang selalu bisa ia redakan.
"Ara baik, jangan sampai orang lain tak mau dekat denganmu. Buat mereka betah berada di dekatmu dan buat mereka kangen dengan ketidakberadaanmu."
Ara yang selalu menulis, menulis apa saja yang mau ia tuangkan dalam bentuk aksara yang mampu dibaca semua. Arti dari rasa yang dirasa mempunyai makna yang otak ingin artikan. Buku diary Ara berisi kisahnya sendiri, tentang kepergian tanpa pamit seseorang. Itu adalah bagian paling miris dan menyita air mata kala menulisnya. Ia menulis pada buku diary pemberian seseorang. Karna tahu kalau Ara suka sekali menulis.
***
"Ara, kamu cantik."
Puji seseorang yang dirasa ia adalah teman Ara yang baru saja duduk disamping Ara.
"Ara, kamu pakai bedak apa?" tanya teman Ara hingga ia melihat detail setiap inci wajah Ara dengan cermat dan kagum.
Asal kalian tahu, Ara tak suka dandan. Ara suka yang natural. Bisa dibilang cantik itu datangnya dari dalam hati, hati berbinar maka luarnya nampak bersinar. Ara selalu tampil apa adanya. Bahkan ia tak mau tahu segala macam alat make up sampai nama-namanya pun Ara tak mau tahu. Ara tipe cewek yang tak mau ribet, hari ini pakai baju apa ya? Besok pakai tas yang mana ya? Buat apa memikirkan hal semacam itu, seperti tak ada pikiran lain yang pantas dipikirkan saja.
"Kamu jauh lebih cantik Sal," balas Ara kepada Salma, nama temannya itu adalah Salma.
"Iya, aku kalah nih sama kamu," sambungnya kemudian.
Ara lantas menjawab dan menyudahi agar Salma tak terlalu berlebihan memujinya, "Ini bukan kontes kecantikan Sal, kita cewek jelas saja kita cantik. Aku sama kamu itu sama-sama cantik Sal. Nggak usah sibuk mikirin orang lain, kita punya cara sendiri biar cantik yang sebenarnya ada di dalam hati yang suci itu terlihat."
Salma tertegun, selain cantik anggun juga bicaranya. "Ara, kamu idaman banget ihh.." selangkah kemudian Salma mencubit pipi Ara dengan tanpa permisi yang membuat Ara terima saja.
Semenit kemudian, Ara memikirkan yang barusan terjadi. Kenapa manusia hidup untuk merasa jelek dan membandingkannya dengan yang jauh lebih cantik. Kenapa manusia itu tidak bisa bersyukur atas apa yang sudah dimiliki sekarang dan atas segala bentuk rupa. Manusia lain saling berbeda, ada sama nya walau tak semua sama. Manusia itu punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Jangan merasa paling diantara yang biasa. Karena semua hanya titipan, bisa kapan saja diambil kembali dan kita kehilangan semua.
Menjalani hidup bukan yang orang lain mau lihat dan komentari. Menjalani hidup sesuai hati nurani inginkan dan dengan dada yang lapang.
Keberuntungan tak selalu berpihak seterusnya kepada kita. Kadang juga kita banyak ruginya. Namun, itu bukan untuk membuat kita marah dan merutuki nasib hidup kita yang berbeda. Tetapi untuk bergerak lebih maju lagi. Ada saja masalah bukan kemauan kita, namun masalah datang sebagai ujian kehidupan.
"Ra, masuk kelas yuk! Takut gurunya ntar dateng." ajak Salma lalu mengandeng tangan Ara yang membuat lamunan itu buyar, dengan perasaan senang Ara hanya mengikut saja. Benar juga, masalah dirumah tak seharusnya dicampurkan dengan sekolah. Disekolah tugasnya belajar, mana ada bertemu teman dengan muka masam. Yang ada malah membuat tak enak dipandang.
Setelah Ara duduk dan mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. Datang Ibu guru dengan postur kecil dan tidak terlalu tinggi masuk ke dalam kelas dengan membawa buku ditangannya. Seisi kelas langsung terdiam dan menghentikan aktivitas yang lainnya. Sama hal nya dengan Ara, dia langsung mematikan ponsel dan memasukannya kedalam laci mejanya.
"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu guru mengawali pembelajaran.
"Selamat pagi bu.." sahut murid-murid serentak.
"Baik anak-anak, di sini, saya Bu Sekar yang akan menjadi wali kelas kalian di kelas sebelas ini juga sebagai pengampu mata pelajaran sejarah." ucap Bu Sekar memberi tahu.
"Baik bu.." sahut sebagian murid.
Karena Bu Sekar baru pertama kali masuk maka sekarang yang dilakukan adalah perkenalan. Bu Sekar meminta murid untuk memperkenalkan dirinya satu-satu ke depan.
Bila diurutkan dari depan, maka Ara berada di urutan ke empat. Setelah Ahmad, Ana, dan Aura. Setelah mereka sudah memperkenalkan, maka kini giliran Ara.
Ara mulai berdiri dari duduknya, dan mulai melangkah ke depan kelas.
Setelah mengucap salam dan mengucap selamat pagi, Ara langsung saja memberi tahu kan namanya.
"Hallo semua, perkenalkan nama saya Aurora Borealis. Biasa dipanggil Ara. Sekian terima kasih."
Ada satu orang yang sedari tadi memperhatikan Ara dengan sungguh, orang di masa lalu Ara setahun yang lalu.
/menerima, menjalani, dan mensyukuri itu sudah seharusnya yang dilakukan. Sebab semua hal yang akan terjadi dalam hidupmu sudah diatur dan sudah ditakdirkan kepadamu. Tetap jadi pribadi yang baik dan sepatutnya saja/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top