Part 3

Jeonghan menunggu bus terakhir yang menuju arah rumahnya seorang diri. Ia mendapat waktu libur selama tiga hari, sebelum Seventeen harus kembali bekerja di Jepang. Pria itu sengaja ingin pulang dengan kendaraan umum. Selain karena lelah harus ikut mengantar anggota yang lain jika ingin ikut dengan van Seventeen, toh Jeonghan sudah lama tidak naik kendaraan umum seorang diri. Lagipula hari sudah sangat malam. Pasti sudah tidak banyak fans-fans yang berkeliaran.

Jeonghan berdiri ketika melihat bus yang ditungguinya merapat di halte. Tanpa terburu-buru ia memasuki bus yang hanya berisi tiga orang penumpang. Pria itu menempelkan kartu transportasinya di panel pembayaran dekat pintu masuk dan berjalan dengan santai menuju bangku paling belakang yang kosong. Jeonghan membuka topi dan mengacak-acak rambutnya. Ia kemudian menyandarkan punggungnya yang lelah ke sandaran kursi. Pria itu menikmati perjalanan malamnya sembari memandangi suasana di luar dari jendela.

Tiga puluh menit kemudian Jeonghan sudah sampai di halte tujuannya. Ia turun dan berjalan menyusuri jalan yang sepi menuju rumahnya. Jeonghan sengaja tidak menghubungi orang tua maupun adiknya jika malam ini ia akan pulang. Semoga saja mereka tidak pergi dan di rumah ada orang, pikir Jeonghan.

Sesampainya di depan pagar, Jeonghan menekan bel rumahnya. Ia berdiri menunggu dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya. Angin malam ini bertiup dengan kencang, membuatnya sedikit menggigil karena tidak memakai sweater maupun jaket.

Seorang wanita paruh baya keluar dari pintu rumah dan menyambut Jeonghan dengan wajah berseri-seri. Jeonghan yang melihatnya ikut menyunggingkan senyum lebarnya.

"Eomma, aku pulang!" seru Jeonghan riang sambil merentangkan kedua tangan ke samping.

Sang ibu langsung buru-buru membuka kunci pagar rumah. "Aigoo, kenapa tidak menghubungi kami dulu? Untung saja Eomma tidak jadi ikut Appa mu ke Taiwan kemarin malam."

"Appa ke Taiwan? Ada apa?" tanya Jeonghan. Ia sudah masuk ke area halaman rumahnya dan menunggu sang eomma yang kembali sibuk mengunci pintu.

"Urusan pekerjaan," sang Eomma kini mencium sebelah pipi Jeonghan. Tangannya dengan penuh kasih sayang memeluk putra sulungnya itu. "Kau terlihat makin kurus. Mau Eomma panaskan makanan sebelum beristirahat?"

Jeonghan menggeleng pelan. "Aku sudah kenyang, terima kasih Eomma." Jeonghan membimbing tangan ibunya menuju ke dalam rumah yang lebih hangat. "Jaerim ada di rumah?"

"Sepertinya ia sudah tidur," kata Ibu. "Kasihan sekali. Anak itu sedang sibuk dengan sebuah proyek di kampusnya."

Jeonghan mengangguk-angguk kecil. Ia meletakkan tas yang tersampir di bahu ke lantai. Ia sendiri kemudian duduk berselonjor di sofa. Sang ibu berlalu menuju dapur dan mengambilkan air putih untuk putranya yang terlihat kelelahan.

"Eomma, aku bisa melakukannya sendiri," seru Jeonghan penuh merasa bersalah ketika melihat ibundanya sangat perhatian padanya. Ia menghabiskan isi gelas yang dibawakan untuknya oleh sang ibu. "Aah, akhirnya aku bisa kembali bersantai di rumah."

"Besok kau harus kembali ke dorm?"

Jeonghan menggeleng. "Aku ada libur tiga hari sebelum terbang ke Jepang. Aku akan bermalas-malasan di rumah."

"Kalau begitu cepatlah beristirahat dan tidur. Besok siang antar Eomma ke perkumpulan ibu-ibu ya."

"Yah, eomma," Jeonghan merajuk.

Ia paling tidak senang jika harus mengantar ibunya itu ke sebuah acara yang berisi ibu-ibu. Walaupun pada awalnya hanya minta diantar, pasti ia akan dipaksa untuk ikut tinggal disana. Eomma-nya itu akan "memajang" dirinya di hadapan ibu-ibu sebagai "calon menantu" yang baik dan super idaman. Tahu bagaimana rasanya? Seperti barang dagangan yang sedang dilelang. Tidak sekali-dua-kali saja eomma berbuat begitu. Sejak mengetahui Jeonghan tidak lagi menjalin hubungan dengan seorang wanita, ibunya itu dengan gencar mencarikan wanita yang cocok untuk Jeonghan.

"Jaerim sedang sibuk dengan kuliahnya. Appa sedang di Taiwan. Kamu tega membiarkan eomma-mu ini pergi seorang diri?"bujuk Eommannya.

"Biasanya juga sendiri kan?" tolak Jeonghan. "Atau ajak saja Tante sebelah rumah."

"Kan ada anak di rumah, ngapain ajak tetangga," Eomma berdiri dari duduknya. Tangannya meraih gelas kosong di atas meja dan berlalu menuju dapur. "Sudah, pokoknya besok kamu ikut Eomma. Sekarang kamu istirahat saja di kamar."

Jeonghan menghela napas panjang. Niat pulang untuk bersantai, ia malah mendapat beban lain.

--

"Yoon Jeonghan!" Jaerim berteriak nyaring sambil menarik selimut yang digunakan sang kakak kuat-kuat.

"Ehmmm," Jeonghan hanya mengulet. Badannya meringkuk menahan dingin ketika adiknya berhasil menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Jaerim berkacak pinggang. Ia menarik napas dalam-dalam dan kembali meneriakkan nama lengkap sang kakak tepat di dekat telinga kirinya.

Spontan Jeonghan terduduk. Ia menutup telinganya dengan kedua tangannya. Pria itu harus sigap menjaga aset berharganya sebagai seorang penyanyi.

"Ya! Jangan lakukan hal seperti itu lagi!" protes Jeonghan. Kali ini ia benar-benar sudah terbangun.

Jaerim tampak cuek. Ia tidak mengindahkan ocehan sang kakak yang masih terus berlanjut. Gadis itu melemparkan selimut yang ada di tangannya ke atas kasur dan berlalu keluar kamar.

"Aku tidak bisa segera pergi ke kampus kalau tidak berhasil membangunkan Oppa. Eomma sudah menunggu di depan. Katanya Oppa akan mengantar Eomma ke acara arisan," kata Jaerim di ambang pintu.

Jeonghan bengong. Ia langsung mengacak-acak rambutnya dengan frustasi ketika mengingat pembicaraannya semalam dengan sang ibunda. Pandangan matanya menangkap jam di atas meja belajar. Masih pukul 09.20. Ugh, ia masih ingin tidur hingga tengah hari.

Dengan malas-malasan pria itu berjalan keluar dari kamarnya dan langsung menuju dapur. Tanpa repot pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah, Jeonghan langsung duduk di kursi meja makan. Pandangan matanya meneliti berbagai masakan ibundanya yang hampir memenuhi seluruh permukaan meja makan. Seketika rasa kantuknya lenyap ketika mencium harum makanan favoritnya.

"Oppa, paling tidak cuci muka dulu," kata Jaerim tidak terlalu jelas karena mulutnya penuh berisi nasi.

"Habiskan makananmu sebelum bicara," balas Jeonghan tak mengindahkan perkataan adiknya. Tangannya sudah mencomot sepotong ayam goreng.

"Ei ei ei," suara Eomma muncul dari belakang Jeonghan. Pria itu membalikkan punggungnya dan menatap sang ibunda dengan mulut penuh berisi makanan.

Kedua tangan Eomma bersidekap di depan dadanya. Pandangannya tak lepas memperhatikan penampilan putra sulungnya dari atas hingga bawah. Tak lama kemudian, Eomma hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya kecil sambil mendecakkan lidahnya.

"Lihat penampilanmu sekarang, Yoon Jeonghan. Celana pendek, kaos oblong usang, rambut mencuat kemana-mana, wajah beler habis bangun tidur. Tuh, ada bekas air liur dan kotoran mata belum dibersihin. Nggak kelihatan kayak artis kalau kayak gini," omel Eomma panjang lebar.

Jeonghan meringis. "Yang penting masih diakui sebagai anak Eomma."

"Paling nggak cuci muka dulu. Habis itu baru lanjut lagi makannya. Jam sepuluh sudah harus rapi ya," kata Eomma lagi.

Jeonghan menuruti perkataan sang bunda. Ia berdiri dan berjalan menuju bak cuci piring. Pria itu membasuh wajahnya dengan air kran. Setelah selesai, ia kembali menuju meja makan dan melanjutkan suapannya yang sempat tertunda.

"Biasanya acara arisan Eomma kan siang hari? Tumben mau berangkat pagi?" tanya Jaerim. Gadis itu sudah selesai dengan makanannya.

"Eomma harus mampir ke toko kue dulu. Sebelum arisan, kita jemput temen Eomma juga, biar sekalian berangkat bareng," ucap Eomma menjelaskan.

"Nah, Eomma sudah ada temannya kan? Kalau gitu nanti Jeonghan cuma jadi supir ya. Sore nanti aku akan jemput Eomma di tempat arisan. Janji. Nggak bakal telat," ucap Jeonghan menawarkan sebuah perjanjian dengan sang ibunda. Ia masih tidak rela waktu liburnya dihabiskan hanya untuk menemani tante-tante mengobrol.

Eomma menggeleng tegas. "Eomma sengaja jemput temen karena dia juga bawa anak. Jadi nanti kamu temenin dia main ya."

Jeonghan menghela napas panjang. Pupus sudah harapannya. Sudah jadi supir, jadi baby sitter pula.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top