Part 27

Jeonghan mengupas apel dengan hati-hati. Sebenarnya ia tidak biasa melakukan pekerjaan dapur seperti ini. Namun, untuk kekasihnya ia akan melakukan apa saja. Terlebih kalau hal itu bisa membuatnya senang dan kembali sehat.

Myunghee mengamati wajah Jeonghan yang kelewat serius untuk hanya melakukan pekerjaan sederhana seperti itu. Gadis itu tersenyum. Pemandangan seperti ini jarang sekali ia lihat karena jadwal Jeonghan sebagai idol yang semakin padat.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Jeonghan. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari apel di tangannya.

"Kau terlihat lucu jika sedang serius seperti itu," jawab Myunghee berterus terang.

Jeonghan menoleh. Ia tersenyum. Pria itu menyuapi Myunghee buah apel yang sudah ia potong kecil-kecil. "Semakin lama kau memandanginya, kau akan semakin kagum dengan ketampananku ini."

Myunghee memukul lengan Jeonghan pelan. Gadis itu terlihat susah payah menelan kunyahannya. Jeonghan buru-buru menyorongkan air mineral sebelum kekasihnya itu tersedak.

"Kau hampir saja membuatku kehabisan napas karena tingkat kepercayaan dirimu yang terlampau tinggi itu," cibir Myunghee.

Jeonghan tertawa. "Tapi yang aku bilang tidak salah kan? Coba saja kalau berani. Kau akan kembali jatuh hati padaku dalam hitungan detik hanya dengan memandangi wajah tampanku ini."

Myunghee menangkupkan kedua tangannya pada pipi Jeonghan. Gadis itu secara tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada wajah Jeonghan. Myunghee mengamati tiap inchi wajah pria itu yang sudah lama tidak ia lihat. Mendapat perlakuan seperti itu, Jeonghan tidak dapat menahan debaran di dadanya.

Myunghee melepaskan tangannya. Ia tersenyum manis. "Bahkan aku bisa jatuh cinta padamu tanpa perlu melihat wajah yang kau bangga-banggakan itu." Myunghee tertawa pelan mengakhiri kalimatnya.

Jeonghan tidak bisa menahan diri lagi. Dengan cepat, ia mengecup pelan bibir ranum milik Myunghee. Gadis itu terpaku. Ia tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini.

"Kau cantik jika tersenyum seperti tadi," puji Jeonghan.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Jeonghan kembali menempelkan bibirnya pada bibir milik gadis itu. Ia melumatnya dengan penuh kerinduan. Disela-sela ciuman, Jeonghan tersenyum. Myunghee membalasnya.

---

"Bagaimana konsermu?" tanya Nari.

Setelah menunggu selama lima menit, akhirnya Jeonghan benar-benar muncul di lobby kantor Nari. Tahu apa yang ia dapatkan? Nari tanpa segan mengunci leher Jeonghan hingga pria itu hampir kehabisan napas. Setelah berhasil lepas dari cengkeraman Nari yang mengamuk, ia segera melarikan diri ke mobilnya. Benar-benar seperti bocah berumur lima tahun.

Kini keduanya sedang berada di rumah makan favorit Jeonghan. Setelah memesan japchae dan daging, Nari dan Jeonghan duduk menunggu di meja yang mereka pilih.

"Lusa aku akan berangkat ke Hongkong," jawab Jeonghan.

Nari mengangguk-anggukkan kepalanya. Rangkaian world tour Seventeen memang sudah dimulai sejak satu minggu lalu. Sebenarnya Jeonghan menawari Nari tiket untuk menonton konsernya yang diadakan di Seoul. Namun gadis itu menolak. Pekerjaan Nari cukup berat dan tidak bisa ditinggal begitu saja. Bahkan sudah dua minggu ini Nari menggunakan akhir pekannya untuk melakukan investigasi.

"Kau mau oleh-oleh apa?" tanya Jeonghan lagi. "Sebelum lanjut ke Taiwan, rencana kami akan kembali ke Korea dulu barang sehari-dua hari."

Nari mengernyitkan dahinya. "Tidak ada hal spesifik yang aku inginkan."

"Serius? Kau akan menyesal lho. Jarang-jarang aku mau memberimu sesuatu," kata Jeonghan lagi.

Nari mengangguk kecil. "Benar. Yang kuinginkan sekarang adalah waktu bersantai. Kau tidak bisa memberikannya untukku kan?"

"Aku kan hanya bertanya kau ingin oleh-oleh apa," Jeonghan menekuk wajahnya mendengar jawaban dingin Nari.

Menyadari perubahan suasana hati Jeonghan, Nari meminta maaf. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu," kata Nari. "Kalau begitu, bawakan aku saja barang dari sana yang menurutmu bagus."

Jeonghan memperhatikan gadis di hadapannya dengan seksama. "Orangtuamu bilang, kau sedang sibuk bekerja, akhir pekan pun kau tidak ada di rumah. Kau bisa jatuh sakit kalau bekerja tanpa henti seperti itu."

Nari mengusap wajahnya lelah. Ia kemudian bertopang dagu. "Kasus kali ini benar-benar sulit. Disisi lain, aku juga senang mendapat kepercayaan dari atasanku untuk bisa memegang tanggung jawab sebesar ini."

Jeonghan mengernyitkan dahinya. "Bos mesum-mu itu masih sering mem-bully-mu?"

Nari tertawa pelan. "Tidak sesering dulu kok."

"Lalu, kasus itu apa?"

Nari mengangkat kedua bahunya acuh. "Aku memang orang yang tepat untuk menanganinya. Pikir saja seperti itu. Lagipula aku mengerjakan ini tidak sendiri, aku bekerja sama dengan seniorku."

Jeonghan mendengus kesal. Ia sudah mendengar cerita bagaimana menyebalkannya tingkah laku si bos mesum pada Nari setelah mendengar kabar pertunangannya. "Kalau saja dia ada di hadapanku sekarang, sudah kubikin dia babak belur."

Nari tertawa. Ancaman Jeonghan terdengar lucu di telinganya. Bahkan sepertinya Nari sudah tahu hasil akhirnya akan seperti apa jika Jeonghan dan Dongwoo benar-benar melakukan duel. Namun gadis itu tidak menyuarakan isi pikirnya. Bisa ngambek tiga hari tiga malam bocah di hadapannya ini jika mendengarnya.

Percakapan mereka terhenti. Seorang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Jeonghan menatap makanan di hadapannya dengan mata berbinar-binar. Ia bahkan sudah siap dengan sumpit di tangan kanannya.

"Selamat makan," kata Jeonghan sebelum menyuapkan japchae ke dalam mulutnya. "Hmm, aku akan merindukan rasa ini untuk beberapa minggu ke depan," lanjutnya lagi sambil mengunyah.

"Ya! Habiskan dulu makananmu sebelum bicara," seru Nari mengingatkan.

Acara makan malam mereka berlangsung dengan santai. Sesekali mereka saling mengeluarkan ledekan pada satu sama lain. Obrolan ringan juga menemani keduanya. Suasana terasa menyenangkan. Bahkan mereka tak sadar sudah menghabiskan waktu dua jam disana.

Setelah membayar, Jeonghan mengantar Nari kembali ke rumahnya. Karena tubuh yang lelah dan perut yang sudah terisi, rasa kantuk menghampiri Nari. Tidak sampai sepuluh menit, gadis itu sudah terlelap.

Jeonghan melirik gadis di sebelahnya melalui ekor mata. Ia kemudian kembali memandang jalan di hadapannya. Pria itu tersenyum kecil. Ia senang melihat sahabatnya yang bisa tidur dengan nyenyak. Gadis itu pasti sangat lelah. Terlihat dari tidurnya yang bahkan tidak terganggu walaupun ada suara berisik dari arah radio.

---

"Myunghee-ya!" Nari membuka pintu ruangan rumah sakit sambil memanggil nama sahabatnya itu.

Myunghee menurunkan novel yang sedang dibacanya. Gadis itu tersenyum lebar melihat kehadiran Nari. "Masuklah. Kau sudah mulai jarang mengunjungiku ya!"

Nari mengikuti instruksi Myunghee. Gadis itu meletakkan buah yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian menarik sebuah kursi mendekat ke kasur Myunghee.

"Maaf aku terlalu sibuk. Sebentar lagi akan ada ujian semester di kampus," kata Nari sembari menunjukkan deretan gigi putihnya.

Myunghee mengangguk paham. "Sekitar lima belas menit yang lalu Jeonghan juga baru saja menjengukku. Andaikan kau lebih cepat sedikit sepertinya kita bisa main bertiga."

Nari hanya tersenyum. Sebenarnya ia tahu. Ia bahkan melihat bagaimana manisnya sikap Jeonghan yang mencium Myunghee. Ia sengaja pergi dulu untuk memberikan ruang bagi dua sejoli yang dimabuk asmara. Nari tidak tega merusak kebahagiaan mereka dengan hadir di tengah-tengah.

"Bagaimana kondisimu?" tanya Nari berusaha menyetir pembicaraan ke arah lain.

"Besok jadwal kemoterapiku," jawab Myunghee dengan wajah sendu. "Ugh. Aku kesal. Tiap selesai melakukannya, aku pasti akan selalu merasa lemas. Aku jadi tidak bisa apa-apa."

Nari menggenggam tangan Myunghee dengan erat. "Itu kan demi kesembuhanmu juga. Bertahanlah sedikit lagi. Kau pasti akan sembuh. Kau tahu kan apa cita-citamu setelah sembuh?"

"Melanjutkan sekolah dan berkencan seperti orang sehat pada umumnya," jawab Myunghee dengan nada ceria. Nari terkekeh mendengarnya.

"Nari-ya," panggil Myunghee. Gadis itu menunjukkan senyum manisnya. Nari hanya menaikkan kedua alis, tampak bertanya. "Terima kasih ya. Kau selalu ada di sisiku selama ini."

Nari balas tersenyum. Gadis itu meremas tangan Myunghee dengan gemas. "Anytime girl."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top