20
Chan menggeser pintu ruangan dengan hati-hati. Di tangannya terdapat sebuket mawar putih. Chan mengganti mawar putih yang sudah layu di dalam vas dan menggantinya dengan ada di tangannya. Pria itu melangkah menghampiri seseorang yang tertidur dengan tenang di atas kasur. Ia memilih duduk di sisi tempat tidur setelah membuang bunga layu ke tempat sampah.
"Sayang, aku datang," sapa Chan. Ia meraih tangan kiri Nara masuk ke dalam genggamannya. "Kau masih belum mau bangun? Apa kau seorang putri tidur?" tanya Chan dengan nada jenaka.
Perlahan senyum Chan menghilang. Ia menundukkan kepalanya dan mencium punggung tangan Nara lama. Chan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. "Aku merindukanmu."
Setelah operasi darurat malam itu dilakukan, beruntunglah si kembar dapat diselamatkan walaupun kondisi keduanya tidak terlalu bagus. Lahir dalam usia 32 minggu dengan berat masing-masing 2.200 gram dan 2.300 gram serta kondisi ibu yang beresiko, membuat mereka berdua tidak langsung menangis. Kedua bayi itu akhirnya dapat bernapas setelah dilakukan resusitasi. Si kembar bahkan terpaksa di rawat dalam inkubator selama sepuluh hari hingga diizinkan pulang setelah beratnya mencapai 2.500 gram.
Setelah menghabiskan bergalon-galon air mata karena khawatir dengan kondisi Nara, Chan akhirnya dapat tersenyum ketika melihat anak-anaknya lahir dengan selamat. Namun masalah mulai muncul. Nara jatuh dalam kondisi koma. Tidak ada dokter yang tahu kapan wanita itu akan tersadar. Setelah stabil, Chan meminta agar istrinya dipindahkan ke rumah sakit tempat Hyesung bekerja. Itu pun atas saran Hyesung karena disana lebih banyak peralatan yang memadai dan Hyesung dapat mengawasi perkembangan harian Nara.
Persoalan lain timbul. Karena Nara koma, otomatis ia tidak bisa memberikan ASI untuk si kembar, padahal anak-anak itu membutuhkannya untuk meningkatkan berat badan lahir mereka yang tergolong rendah. Chan memutar otak. Tidak mudah mencari pendonor ASI, terlebih lagi bayinya ada dua. Dengan bantuan kenalan-kenalannya, akhirnya Chan mendapatkan apa yang dicarinya, walaupun harus merogoh kantung lumayan banyak.
Tidak sampai situ, ia terancam digantung hidup-hidup oleh orangtua Nara yang sangat terkejut mendengar kabar buruk tersebut dari Bora. Hingga kini pun orangtua Nara masih belum memaafkannya, bahkan si kembar tidak mereka akui sebagai cucu karena Nara dan Chan menyembunyikan pernikahan mereka. Chan sampai bingung harus bagaimana lagi. Ia tidak tahu-menahu cara mengasuh anak. Beruntunglah ibunya datang dari Iksan dan membantunya merawat si kembar.
Karena kesibukan tiba-tiba itu, Chan terpaksa absen dari kegiatan Seventeen. Pada awalnya pihak agensi sempat marah karena baru mengetahui bahwa artis naungannya ternyata sudah menikah. Beruntunglah belum ada gosip aneh yang menyebar di luar. Akhirnya mereka memberikan keringanan pada Chan. Pria itu dapat mengambil 'liburnya' walaupun hanya sebulan. Ia menggunakan cedera sebagai alasannya. Beruntunglah sejauh ini semua aman terkendali.
Sudah dua minggu berlalu. Si kembar bahkan sudah pulang ke rumah. Namun keadaan Nara masih belum ada kemajuan. Tidak ada tanda-tanda bahwa Nara akan segera sadar. Kegiatan harian Chan saat ini adalah mengurus si kembar dari pagi hingga sore, kemudian berlanjut menunggui Nara di rumah sakit malamnya. Dibandingkan mempersiapkan konser world tour, kesehariannya saat ini lebih menguras tenaga dan pikiran Chan.
Terdengar ketukan ringan dari arah pintu. Chan buru-buru mengelap air matanya. "Masuk," ucapnya kemudian.
Pintu bergeser. Hyesung muncul disana lengkap dengan jas putih yang masih ia kenakan. Sepertinya gadis itu mendapat jadwal jaga malam hari dan menyempatkan diri menengok keadaan Nara sebelum kembali bertugas.
"Hyesung Noona," sapa Chan dengan seulas senyum. "Kau mau menjenguk Nara?"
Hyesung mengangguk. Ia berdiri di sisi lain tempat tidur Nara. Gadis itu serius membaca hal-hal yang tertulis di monitor.
"Masih belum ada perkembangan?" Chan menjawab dengan gelengan. Hyesung tersenyum kecil, berusaha memberikan semangat pada pria itu. "Kau tahu kan, kalau Nara masih bisa mendengar suara-suara seperti sekarang ini? Terus ajak dia bicara dan berikan semangat. Aku yakin Nara menurut dengan ucapanmu. Dia wanita yang kuat."
"Terima kasih karena telah mengurus kami, Noona," ucap Chan tulus.
Hyesung mengangguk. Ia meletakkan bungkusan plastik yang sedari tadi berada di tangannya ke atas meja. "Kau sudah makan malam, Chan?"
"Aku tidak selera," jawab Chan singkat. Pandangannya terpaku pada wajah Nara yang terlelap dalam tidurnya. "Nara saja tidak bisa makan, bagaimana aku bisa makan dengan santai?"
"Kau butuh tenaga untuk mengurus Nara dan si kembar, Chan," ucap Hyesung gemas. "Keluargamu membutuhkan Chan yang kuat. Kau harus bangkit," lanjut gadis itu.
Hyesung menghela napas ketika tidak mendapat jawaban dari Chan. Ia bahkan sudah lelah memikirkan cara yang tepat untuk membuat Chan kembali bersemangat.
"Ini ada bibimbab buatan Ibu Jihoon, ia menitipkan salam untukmu. Semua member seventeen menunggu kabar baik darimu, Chan. Kami selalu disini jika kau butuh bantuan," ucap Hyesung lagi. Gadis itu beranjak menuju pintu karena merasa dirinya tidak bisa membujuk Chan. "Makanlah. Aku pergi dulu. Akhir minggu ini aku dan Jihoon akan bergantian merawat si kembar hingga kau bisa istirahat. Selamat malam Chan."
---
Hyesung berjajan mendahului Chan dan Jihoon menuju kamar Nara. Chan dan Hyesung masing-masing membawa si kembar dalam dekapannya. Jihoon sendiri masih tidak berani menggendong bayi, terlalu rapuh katanya.
Sebenarnya ada peraturan dari rumah sakit anak-anak dibawah 12 tahun dilarang menjenguk orang sakit. Namun, Hyesung meminta keringanan langsung pada direktur rumah sakit. Ia tidak tega melihat Nara yang tidak ada perubahan selama tiga minggu ini. Sebenarnya ia pun sudah pasrah jika Nara nantinya tidak bisa bangun lagi. Maka dari itu, Hyesung ingin agar anak-anak Nara dapat bertemu dengan ibunya, walaupun dalam keadaan tidak sadar. Bisa dibilang Hyesung sangat larut dalam permasalahan rumah tangga Chan sedari awal. Mungkin hal itu juga yang membuatnya sangat emotionally attached terhadap keadaan Nara sekarang. Ia rela membantu apapun demi kebaikan temannya itu.
Sebelum membuka pintu, Hyesung mengetuknya terlebih dahulu. Terdengar jawaban dari dalam. Bora dan Mingyu menyambut kedatangan mereka.
"Taeyoung, Taeyun, kalian kesini?" sapa Bora. Suara gadis itu melengking begitu tahu keponakannya ikut berkunjung. Dengan hati-hati Bora mencium kepala Taeyong dan Taeyun bergantian yang sedang terlelap.
"Aku juga mau menggendongnya," kata Mingyu. Hyesung dengan senang hati menyerahkan Taeyong kepada Mingyu.
"Kau sudah lama disini?" tanya Hyesung pada Mingyu.
Mingyu mengangguk. Wajahnya terpaku pada Taeyong yang menggeliat kecil di dalam dekapannya. "Aku datang untuk mengantar sarapan Bora. Dia menjaga saudaranya semalaman."
"Terima kasih, Noona," ujar Chan pada Bora.
"Tidak masalah," jawab Bora. Ia menyentil-nyentil pipi Taeyun yang tidur dalam dekapan Chan. "Aku juga harus berterimakasih padamu yang telah menjaga Nara selama aku bekerja di luar."
"Noona bisa pulang dan beristirahat. Hari ini biar aku yang menjaganya," ucap Chan. "Noona pasti lelah kan sehabis pulang dari fanmeeting di Thailand langsung kemari."
"Sedikit," jawab Bora. "Tapi aku masih mau bermain dengan Taeyun dan Taeyong."
"Mereka masih tidur, Sayang," kali ini Mingyu angkat bicara. "Kau bisa bermain dengan mereka nanti sore. Sekarang Nara lebih membutuhkan anak-anaknya."
"Ah, benar juga," ucap Bora tersadar. "Kalau begitu aku dan Mingyu pulang dulu ya. Kalian tidak apa-apa kan kami tinggal sendiri?"
Chan mengangguk. "Aku bisa mengatasinya."
"Good job," ucap Mingyu. Pria jangkung itu kembali memberikan Taeyong pada Hyesung. "Kalau begitu aku akan mengantar Bora pulang dan pergi berkencan dengannya sebentar. Sudah lama kami tidak menghabiskan waktu berdua."
Jihoon yang sedari tadi diam saja kali ini memberikan sikutan pelan pada Mingyu. Ia tidak ingin Chan kembali down dan merasa sedih karena menunggu istrinya yang tak kunjung bangun juga. Seharusnya Mingyu bisa membaca keadaan, tapi sepertinya pria itu harus sedikit diingatkan.
"Sana pulang. Disini sesak sekali. Kasihan Taeyong dan Taeyun yang membutuhkan banyak udara segar," ucap Jihoon berusaha mengalihkan percakapan. Hyesung tersenyum mengetahui niat baik kekasihnya.
Chan berjalan ke arah sisi kiri kasur Nara. Wanitanya itu masih saja tertidur dengan tenang. Chan mengecup dahi Nara pelan sebagai sapaannya. Ia memastikan bahwa pagar pengaman disisi tempat tidur terpasang dengan baik sebelum menurunkan Taeyun dari gendongannya. Ia meletakkan anaknya di sebelah kiri Nara. Hyesung melakukan hal yang sama dengan membaringkan Taeyong disisi lain.
"Noona, bisakah aku minta waktu sendiri untuk keluargaku?" pinta Chan.
Hyesung mengangguk menyanggupi. "Aku dan Jihoon oppa akan menunggu di luar."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top