Stay Overnight
Kwon Soonyoung
Setelah sempat bingung mencari akomodasi untuk liburan di Osaka selama lima hari, akhirnya aku memutuskan membeli tiket bus. Walaupun perjalanan menjadi sedikit lama dibandingkan naik kereta ekpres, aku bisa menghemat biaya. Sayangnya, aku tidak mendapat hotel di dekat daerah Dotonburi untuk dua hari ke depan. Kalau untuk dua hari terakhir sih ada. Maka dari itu begitu turun dari bus aku langsung menuju kesini sambil membawa barang bawaanku. Untung saja tidak terlalu banyak.
Ketika aku sampai di depan restoran, jam masih menunjukkan pukul 18.00, hampir memasuki jam makan malam. Aku melihat seorang anak kecil dengan seragam pelayan berjalan melewatiku dengan santai. Sadar bahwa mungkin ia adalah salah satu adik Midori, aku meminta bantuannya untuk memanggil gadis itu.
Setelah bertemu dengan Midori, aku dapat bernapas lega. Bahkan tanpa sadar aku bisa menggodanya. Aku tidak gugup dan membisu lagi, yeorobun! Mungkin karena ini pertama kalinya perjalananku seorang diri di luar negeri, jadi begitu bertemu dengan seseorang yang aku kenal, aku dapat mengekspresikan diri sendiri dengan lebih bebas.
Aku melahap udon tempura yang dibawakan Midori dengan semangat. Aku bahkan memesan tambahan kakiage dan gyoza. Selama perjalanan aku terlalu sibuk mencari penginapan hingga tidak makan sama sekali.
"Kakak," panggil Masuo. Ah, saking lahapnya makan aku sampai lupa dengan keberadaan adik terakhir Midori ini. "Kau mau lagi? Aku bisa bilang pada Ayah untuk memberikanmu makanan lain."
Aku menggeleng. Aku meraih ocha dingin milikku dan meminumnya. Setelah terbebas dari makanan, aku mulai berbicara.
"Tidak perlu, aku sudah kenyang. Aku boleh refill ocha, kan?" tanyaku.
Tanpa banyak bicara, Masuo mengangguk dan mengambil gelas kosong di hadapanku. Ia berjalan menuju dapur.
Sejauh ini kondisi cukup aman terkendali. Aku datang sebagai pelanggan. Namun, Midori sepertinya yang tidak enak membuatku menganggur tanpa ditemani seorang pun. Ia jadi mengutus adik laki-lakinya untuk menemaniku makan.
Benar-benar hanya menemani makan. Dia sibuk dengan ponselnya, aku sibuk dengan makananku.
Midori tampak mendekatiku dengan sebuah nampan kosong di tangannya. Aku mendongak, menyambut kedatangannya dengan senyuman lebar. Aku mempersilahkan gadis itu untuk duduk di kursi kosong yang tadi ditempati Masuo.
"Kau masih membutuhkan sesuatu?" tanya Midori.
Aku menggeleng. Sangat tidak nyaman melihat raut wajah khawatirnya. Sepertinya ia begini karena aku adalah seorang idol. Ia bahkan berkali-kali memastikan bahwa tidak ada orang yang menggangguku karena mengenali sebagai seorang Hoshi Seventeen.
"Tenang saja, Midori," kataku. "Aku kemari sebagai seorang Kwon Soonyoung, kau tidak perlu memberikan perlakuan spesial padaku."
"Tetap saja," katanya tak mau kalah. "Oh ya, kau langsung kemari begitu sampai di Osaka? Segitu laparnya kau hingga kemari sambil membawa koper tanpa meletakkannya dulu di hotel?"
"Ah, itu... sebenarnya...," aku meringis sembari menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. "Sebenarnya aku belum dapat tempat menginap di dekat sini. Semua penuh untuk dua hari ke depan. Sepertinya karena mendekati waktu festival musim panas."
"Yaampun, kau ini," keluh Midori tampak gemas. "Kalau begitu kau mau tidur dimana malam ini?"
Aku mengangkat kedua bahu. "Mungkin aku bisa mencari hotel yang sedikit lebih jauh. Aku juga tidak yakin apa masih ada tempat. Kalau tidak ada, aku bisa menggelandang selama semalam di tempat-tempat ramai dan pulang besok hari ke Tokyo, apartemen Seventeen."
"Tidak bisa begitu!" pekik Midori.
Ia buru-buru menutup mulut dengan kedua belah telapak tangannya begitu sadar bahwa beberapa pengunjung restoran menoleh ke arahnya. Ia menganggukkan kepala meminta maaf. Aku berusaha mengulum senyum melihat rona merah yang lambat laun merambat ke pipinya karena malu.
Gadis itu berbisik sembari mencondongkan badannya ke arahku. "Kau ini idol. Bisa bahaya kalau sampai ada orang yang tahu," katanya berhati-hati. Matanya melihat kekiri dan kanan, memastikan bahwa tidak ada yang mendengar ucapannya. "Kalau begitu, aku akan minta izin pada Ayah dan Ibu apakah kau bisa menginap. Tapi karena tidak ada kamar lagi, sepertinya kau harus rela untuk berbagi tempat dengan adikku."
Aku membulatkan kedua mata, tak menyangka akan mendapat tawaran semenakjubkan itu. "Benarkah? Apa aku tidak akan merepotkanmu?"
Gadis itu memundurkan kembali tubuhnya. Ia melihat kearahku dengan kedua mata memicing. "Aku justru akan bertambah repot nantinya kalau kau masuk berita karena ketahuan menjadi gelandangan. Hyesung pasti akan memarahiku habis-habisan kalau tahu kau ke Osaka untuk menemuiku."
Aku tertawa kecil dengan tanggapannya. Begitu tahu bahwa aku kemari seorang diri tanpa manajer, pasti Midori langsung menghubungi sahabatnya itu. Yah, Hyesung memang tahu aku kemari seorang diri karena tempo hari aku meminta alamat lengkap restoran udon ini pada kekasih Jihoon itu.
"Aku akan sangattttt berterimakasih kalau kau mau menyediakan tempat untukku tidur," kataku dengan sisa-sisa tawa.
"Untuk berapa hari?"
"Hmmm," aku mengetuk-etukkan jari di dagu. "Lima hari?"
"Kalau begitu, aku akan menarik bayaran darimu," katanya lagi. Tampak tangguh, tidak goyah sedikitpun dengan aegyo yang aku tunjukkan.
"Okay, okay," kataku sambil tersenyum manis. "Kalau begitu, sana kau kerja lagi. Ada pelanggan baru datang."
Midori menoleh ke arah pintu. Ia segera berdiri dari duduknya dan menunduk kecil memberikan ucapan selamat datang.
"Midori-san," panggilku lagi sebelum gadis itu pergi mengambil pesanan. "Aku minta refill ocha dingin pada Masuo, tapi dia belum kembali. Tolong panggilkan pangeran kecilmu itu ya."
Midori memutar kedua bola matanya menanggapi ucapanku. Aku tersenyum kecil, merasa menang.
---
Aku berjalan mengikuti Midori sembari menarik koper. Pandangan mataku bergerak kesana-kemari, mengamati gang kecil yang katanya mengarah ke rumah Midori tepat dibelakang gedung restoran.
Midori menghentikan langkahnya di depan sebuah bangunan bertingkat dua dengan halaman kecil di depannya. Tidak ada pagar tinggi, hanya sekadar pagar sebagai pembatas wilayah antar rumah dan antar jalan terbuat dari balok-balok kayu setinggi pinggang orang dewasa. Walaupun begitu, dibandingkan rumah lain disekitarnya, rumah Midori memiliki taman yang apik nan bersih serta pencahayaan yang cukup.
"Ayo, masuk. Maaf kalau rumahnya terlalu kecil," kata Midori membukakan pintu depan.
Aku mengangkat koper menaiki dua anak tangga yang berada di depan pintu masuk. "Jangan bilang begitu. Sekarang trend minimalis sedang melangit lagi," ucapku.
Midori menyalakan lampu ruang tamu. Kini aku bisa melihat lebih jelas. Di ruang tamu hanya ada sofa cukup untuk empat orang dan meja kaca kecil, dindingnya dihiasi pigura berisi foto-foto keluarga Midori. Terdapat sekat dari rotan yang memisahkan ruangan itu dengan ruang keluarga.
Midori menyuruhku masuk makin dalam. "Tunggu dulu disini, aku akan minta izin pada Takuo."
Aku mengangguk. Setelah meletakkan koper di samping sofa yang ada di ruang tengah, aku memilih menunggu sembari duduk di satu-satunya sofa panjang tiga seat yang menghadap televisi. Mataku kembali menjelajahi isi ruangan. Ruang keluarga ini langsung menyatu dengan dapur, disana juga terdapat meja makan persegi panjang dengan enam kursi di sisi-sisinya. Walaupun semuanya serba minimalis, penataruangan dan hiasan yang sesuai membuat rumah ini nyaman.
"Kwon Soonyoung," panggil Midori. Aku menoleh ke arah tangga. Dibelakangnya seorang pria jalan mengekori Midori.
Aku tahu, dia pasti yang bernama Takuo. Aku jadi teringat dengan percakapan tengah malam yang pernah terjadi antara aku dan dirinya. Mendadak keringat dingin keluar dari telapak tangan. Aduh, aku takut dengan anak itu.
"Perkenalkan, Tanaka Takuo, adik pertamaku," kata Midori. "Takuo, ini Kwon Soonyoung, temanku dari Seoul."
Aku berusaha menutupi rasa gugupku dengan senyuman lebar. Namun, pria bernama Takuo itu tetap memasang wajah datar. Bahkan ketika aku menundukkan kepala sembari memperkenalkan diri, ia diam saja. Midori sampai harus menyikutnya pelan agar adiknya itu membalas ucapanku.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana lima hari ke depan akan berjalan jika tinggal di kamar yang sama dengan Takuo. Sepertinya pria itu sangat membenciku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top