Just Two of Us

Kwon Soonyoung

Aku duduk dengan gugup di samping Midori. Sudah hampir tiga menit berlalu tanpa percakapan berarti. Midori pun sepertinya lebih penasaran mengamati ruang tengah dorm Seventeen yang sangat berantakan.

Kukira Junseo hyung akan membawa kami ke tempat yang aman. Ya aman sih, tapi memalukan sekali membawa Midori ke tempat tinggal kami yang seperti sarang penyamun saat ini. Para member pasti tidak sempat berbenah karena masih lelah dengan penerbangan kami dari Seoul.

"Hm, maaf ya kalau tempatnya berantakan," ucapku membuka suara. Midori menoleh. "Kukira Junseo hyung akan membawa kami ke tempat yang aman seperti hotel atau sejenisnya. Ternyata malah dorm."

Midori tersenyum kecil. "Tidak masalah. Aku merasa lebih aman disini karena banyak member Seventeen lainnya. Dibandingkan tinggal berdua saja denganmu."

Mataku melotot. Aku tidak terima!

Gadis di sebelahku tertawa renyah melihat reaksi yang aku keluarkan. "Hei, kemana Kwon Soonyoung yang berisik? Perasaan tadi kau sangat berisik dan menggodaku terus-terusan saat pertama kali bertemu."

Aku meringis. Tidak dapat membalas perkataannya karena memang tepat sasaran. Kurasa berada bersama para member memberikanku sedikit keberanian untuk bersikap. Bahkan seingatku, aku tidak pernah se- vulgar tadi pada Midori.

"Kau suka sisiku yang itu? Tidak terlalu berisik? Tidak mengganggu?" tanyaku pada Midori penuh rasa ingin tahu.

"Mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutmu, sedikit membuatku takut. Kau seperti memiliki kepribadian ganda," Midori mengakhiri ucapannya dengan senyuman menenangkan. "Be calm boy. Kurang lebih aku sudah tahu dan kenal dengan karaktermu. Kalau boleh jujur, aku tidak bisa memilih lebih suka sisi dirimu yang mana. Toh itu semua sama, kau tetaplah seorang Kwon Soonyoung."

Aku menatap Midori dengan pandangan takjub dan memuja. Wah, Midori sangat dewasa. Tidak heran ia terbiasa mengurus ketiga bocah laki-laki di rumah layaknya seorang ibu. Entah mengapa aku merasa aman bersama dengannya.

Tanpa sadar aku menoleh ke arah lain dan tertawa sendiri. Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Aku malu. Dibandingkan dengannya, aku sangatlah childish.

"Hei, kenapa? Ada yang salah dari ucapanku?" tanya Midori heran.

Tawaku berganti dengan senyuman. Aku memiringkan kepala menatapnya. Ah, perasaan tenang apa ini? Mengapa Midori bisa membuat jantungku berdebar kencang dan berhenti sesaat dalam waktu yang nyaris bersamaan?

"Aku jadi makin suka padamu."

"Ha.. haha.. ya aku terima ucapanmu, Kwon Soonyouung," balas Midori kikuk.

"Aku serius. Aku suka padamu," jawabku terdengar lebih meyakinkan. Aku benar-benar serius.

Midori diam. Aku membiarkan gadis itu menyelami pikiranku dengan kedua matanya. Ia menatapku dengan pandangan menyelidik. Namun aku bersikeras tidak akan kalah. Aku berniat menyadarkannya bahwa dia juga suka padaku.

Midori menunduk. Ia memainkan jemarinya di pangkuan. "Aku tahu, kau pasti ingin mendengar kalimat yang serupa keluar dari mulutku. Tapi maafkan aku, Soonyoung. Aku belum cukup yakin apakah perasaan ini benar untuk aku pelihara."

Deg! Sakit sih. Rasanya seperti cinta bertepuk sebelah tangan. Namun aku berusaha menguatkan diri. Aku teringat dengan wejangan yang diberikan Hyesung terkait kondisi keluarga Midori. Lagipula gadis itu baru saja akan membangun mimpinya menjadi kenyataan, aku tidak mau membuat bebannya makin bertambah.

"Maaf aku terlalu egois," ucapku pada akhirnya sambil menghela napas panjang. "Kuharap kau tidak keberatan jika aku terus menempel padamu seperti sekarang."

"Aku tidak keberatan, kok," sanggahnya cepat. Aku menoleh memandangi wajahnya. Wah, pipi tembamnya berubah warna menjadi pink muda!

"Maksudku, aku cukup menikmati hubungan kita yang seperti sekarang. Mengalir tenang tidak ada ombak. Kau mau memberiku waktu untuk mempelajari dan terbiasa dengan perasaan ini, kan?" sambungnya. Ia menatapku cemas dengan kedua mata berbinarnya.

Mana mungkin aku menolaknya. Apalagi jika ia sudah mengeluarkan jurus puppy eyes miliknya. Aku lemah.

Aku tersenyum dan mengangguk mantap. "Tentu saja. Ayo belajar bersama membangun hubungan yang sehat."

Midori tampak lega. Mau tak mau aku juga lega.

"Tapi, bolehkah aku mendapat pelukan sebentar? Hitung-hitung sebagai obat rindu setelah sekian lama tidak bertemu? Bisa dianggap sebagai reward bagiku karena kuat menahan diri untuk tidak memaksamu berjalan cepat dalam hubungan ini?"

Tawa Midori pecah. "Kau mengejekku ya? Haha. Kemarilah, sebelum aku berubah pikiran," katanya sambil meregangkan kedua lengan ke samping.

Tanpa menunggu dua kali, aku segera menghambur masuk ke dalam pelukan gadis itu. Perasaan ini terasa lebih hangat dari pelukan pertama kali. Sepertinya karena aku dan Midori sudah lebih terbuka dengan perasaan masing-masing.

Aku menyandarkan kepala di bahu Midori dan bersembunyi di ceruk lehernya. Aku sangat suka wangi strawberry yang menguar dari rambutnya. Terlebih lagi kini rambut Midori sudah bertambah panjang hingga menutupi leher. Aku jadi bisa bermain-main sedikit dengan rambutnya yang menjuntai di wajahku.

"Hei, hei, hei. Jangan melakukan hal lebih dari memelukku," Midori mengeluarkan peringatan sambil menepuk-nepuk pelan punggungku.

Aku terkekeh kecil. Yah, aku ketahuan deh kalau sedang mengendus wangi tubuhnya. Entahlah, mungkin Midori sudah mengecapku sebagai pria cabul.

"Sudah cukup, Kwon Soonyoung," Midori mendorong bahuku agar menjauh. Kulihat wajahnya memerah menahan malu. Ya, baru saja aku mencium bahunya sekilas. Tanpa izin.

Gosh, aku tidak bisa mengontrol diri!

---

Tanaka Midori

"Terima kasih karena sudah repot mengantarku pulang," ucapku pada Junseo.

Manajer penanggung jawab project Jepang Seventeen itu mengibaskan sebelah tangan, mengisyaratkan agar aku tidak terlalu merasa bersalah. "Aku cukup senang karena Soonyoung mau menuruti perkataanku untuk tidak ikut pergi mengantarmu pulang. Anak itu benar-benar membuatku sakit kepala karena tidak bisa mengontrol dirinya."

Aku tersenyum kecil. Pikiranku kembali melayang pada pertemuan singkatku dengan Soonyoung yang berjalan manis di dorm Seventeen tadi. Ugh, pria itu benar-benar suka skinship ternyata. Aku jadi malu dengan bayangan-bayangan kilat perbuatan Soonyoung tadi.

"Besok Seventeen akan sibuk, kan?" tanyaku penuh rasa penasaran.

Junseo mengangguk. "Mungkin kau tidak bisa bertemu Soonyoung esok hari. Tenang saja. Anak itu bahkan sudah memintaku untuk mengantar ke tempatmu dini hari besok lusa."

"Mengantar ke tempatku?!"

"Soonyoung belum izin padamu?" kali ini Junseo ikut terkejut. "Ah, anak itu. Sepertinya harus kuberi sedikit pelajaran tentang dating."

Aku mengerjap-erjapkan mata tidak percaya. Aku bahkan tidak mendengarkan Junseo bicara apa. Yang ada dipikiranku saat ini adalah Soonyoung akan main ke apartemenku! Yah, tempat yang aman selain dorm Seventeen, tentu saja tempat tinggalku. Tapi aku kan tinggal seorang diri di sana. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika hanya ada aku dan Soonyoung berdua saja.

"Tanaka-san?"

"Eh ya?" aku tergeragap dan kembali menoleh pada Junseo.

"Ada hal yang ingin kau sampaikan lagi padaku? Kau tidak mau segera turun? Hari sudah larut malam," ucap Junseo mengingatkan.

Ah ya, aku kan sudah sampai di depan gedung apartemen tempat tinggalku. Aku segera mengemasi barang bawaanku yang tidak terlalu banyak, oleh-oleh dari Soonyoung dan titipan barang dari Hyesung. Aku melepas seatbelt dan mengangguk mengucapkan salam perpisahan pada Junseo sebelum membuka pintu samping kemudi.

Aku menunggu hingga van yang biasa membawa Seventeen bekerja itu menghilang di ujung jalan. Aku hampir saja menjatuhkan seluruh barang bawaanku ketika melihat siluet seorang pria berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku hampir saja berteriak kalau tidak segera menyadari siapa orang itu.

"Atsuhiko-kun, sedang apa kau disitu? Kau membuatku takut," ucapku sambil meninggikan nada bicara.

Atsuhiko hanya menaikkan kedua bahunya tampak acuh. "Aku mencoba menghubungimu berkali-kali, tapi tampaknya kau sedang sibuk dengan sesuatu."

"Ah, ya... aku ada janji bertemu dengan seseorang dan lupa waktu. Kau ada apa kesini malam-malam?" tanyaku balik. Kubiarkan pria ini mengambil alih barang-barang dari tanganku sedangkan aku sibuk mencari kunci di dalam tas.

"Aku ingin membicarakan beberapa hal terkait pekerjaan kita. Kalau siang hari aku kan sibuk dengan pekerjaanku, jadi tidak sempat untuk mengurus hal ini," ucapnya menjelaskan. "Wah, ini barang-barang dari Korea? Aku sudah lama tidak makan kimchi. Apa ini dari Hyesung?"

Aku melirik sekilas dan mengangguk. "Iya. Aku bertemu teman dari Korea dan Hyesung menitipkan makanan itu padanya." Aku memberi tanda pada Atsuhiko untuk ikut masuk ke dalam gedung tempat tinggalku.

"Kalau begitu aku akan menginap malam ini. Aku ingin movie marathon sambil makan mie dengan kimchi dari Hyesung!" ucap Atsuhiko. Entah mengapa wajahnya tiba-tiba berubah cerah hanya dengan melihat makanan.

"Rumahku bukan hotel. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," balasku sengit.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top