After A While
Tanaka Midori
"Sa..ko..da.. At..su..hi..ko..."
Aku menatap kertas berisi kontrak kerja yang kubuat dengan bangga. Dengan senang, aku menatapnya tanpa berkedip. Saat Atsuhiko memutuskan akan menandatangani kertas ini, saat itulah aku resmi bekerja sama dengannya dalam mewujudkan mimpiku.
Senangnya. Aku tidak sabar untuk menunjukkan proposal yang kubuat padanya.
"Kau sehat? Kau terlihat menyeramkan jika senyum-senyum sendiri seperti itu."
Aku berjengit terkejut ketika menyadari kehadiran orang lain di sisiku. Bahkan pria ini tanpa mengucapkan salam pembukaan, ia langsung melontarkan kalimat meledek. Tanpa segan ia bahkan menempelkan punggung tangan kanannya di dahiku.
Tidak tahukah ia bahwa perbuatannya itu justru membuatku merasa tidak baik-baik saja? Bikin demam tiba-tiba dan jantung berdebar tak karuan.
"Kau sudah sampai disini? Sejak kapan?"
Walaupun tertutup oleh masker yang ia kenakan, aku dapat melihat bahwa Soonyoung dengan senang menikmati keterkejutanku. Ia tersenyum lebar dibalik sana. Dasar manusia jahil!
"Cukup lama untuk menikmati wajah bodohmu dari samping sambil mengeja nama seseorang," Soonyoung melepas maskernya dan menurunkan topi yang ia kenakan setelah ia memutuskan untuk duduk di kursi seberangku. "Sakoda... something?"
"Sakoda atsuhiko," ucapku meralat. "Dia teman yang akan membantuku dalam mengurus bisnis ini," dengan bangga aku menunjukkan selembar kertas berisi coretan tanganku pada Soonyoung. "Aku sedang merangkai kata untuk membuat lembar kontrak kerja sama. Sangat menyenangkan membayangkan bahwa impianku akan segera tercapai."
Soonyoung meraih kertas dari tanganku dan meliriknya sekilas. Ia kemudian meletakkannya di atas meja dan memilih menatapku dengan wajah bertopang dagu. Tunggu? Tatapan itu. Ugh, wajahku tiba-tiba memanas.
"Sekian lama akhirnya kita bertemu dan kau menyapaku dengan masalah pekerjaan?" Soonyoung angkat bicara. Ia masih menatapku dengan tatapan intens nan hangat miliknya. "Untuk kali ini kau kumaafkan. Aku cukup terhibur bisa melihat wajah imutmu yang terlihat bersemangat dan berseri saat sedang senang seperti ini."
"Eh.. ah.. begitu?" Aku mati kutu! Aku bahkan tidak tahu harus membalas perkataannya dengan apa. Dengan gugup aku menarik kertas tadi dan memasukkannya ke dalam tas.
"Hm, kau datang sendiri kesini?" tanyaku mengalihkan topik. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh isi kafe dan tidak mendapati kehadiran member Seventeen lain disana.
Soonyoung menggeleng kecil. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Pria itu menunjuk dengan bahasa isyarat ke pintu masuk. Ah, ternyata ia datang bersama manajer Seventeen dan beberapa member lain.
"Aku harus menyapa mereka dulu," kataku berdiri mengambil inisiatif. Aku merasa tidak enak jika berpura-pura tidak tahu dan mengabaikan mereka, padahal Soonyoung sendiri bersikap terbuka tentang hubungan kami pada orang-orang di agensinya.
"Kau bahkan belum menyapaku dengan benar," rajuk Soonyoung. Aku menoleh terkejut ke arahnya. Tidak percaya dengan pendengaranku. Soonyoung bersikap seperti anak kecil?
"Mereka bisa menunggumu. Aku kan sangat menantikan hari ini tiba. Beri aku salam pertemuan yang lebih pantas dulu," ucapnya lagi. Kali ini ia menunjukkan senyum lebarnya hingga menyisakan garis menukik matanya yang sipit.
Ya ampun. Maunya apa? Kurasakan kedua pipiku memanas.
"Ah, kau mau salam seperti apa?" tanyaku malu sekaligus tidak tahu apa yang dimaksud dengan permintaan anehnya.
"Kiss? Di pipi?"
"Ya! Kwon Soonyoung!" Aku terkejut ketika Jihoon muncul entah dari mana dan langsung menghadiahi pukulan di bagian belakang kepala Soonyoung. "Jadi ini yang kau lakukan untuk menahan Midori menemui kami? Cium pipi? Kau pikir ini dimana hah?"
Aku terkejut dengan kehadiran Jihoon, Mingyu, dan manajer secara tiba-tiba. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan selanjutnya karena mereka bicara menggunakan bahasa Korea. Yang aku tahu, sepertinya mereka kesal pada Soonyoung. Jihoon bahkan kembali memukul lengan Soonyoung pelan hingga pria itu meringis kesakitan.
"Ah maafkan dia, Midori-san," Mingyu mengangguk kecil padaku. Ia tersenyum lebar begitu kembali mengangkat wajahnya. "Lama tidak bertemu. Kau terlihat segar dengan style barumu."
Aku mengikuti arah pandang Mingyu. "Ah, iya. Aku tidak cukup punya banyak waktu untuk pergi ke salon dan potong rambut. Kurasa model rambut panjang cukup cocok denganku, kan?"
"Kau cantik dengan model apapun," sambar Soonyoung. Ia lagi-lagi mengaduh kesakitan ketika mendapat pukulan dari Jihoon.
"Lama tidak berjumpa, Midori. Bagaimana kabarmu?" Kali ini Jihoon yang menyapaku.
"Never been better," jawabku sambil tersenyum lebar. Aku tidak berlebihan, aku benar-benar merasa senang dengan kehidupanku saat ini.
"Sounds good," balas Joshua. Ah, aku bahkan tidak sadar bahwa dirinya sedari tadi berdiri diam disamping sang manajer. "Aku tidak terbiasa menggunakan bahasa Jepang. Would you mind using English with me?"
"I am all good," balasku riang. Aku memandangi mereka bergantian. "Kalian tidak lelah dengan penerbangan kalian dan langsung ke kafe seperti ini?"
"Aku tidak bisa membiarkan Soonyoung hyung pergi seorang diri," sambar Mingyu. "Aku takut dia melakukan hal bodoh karena terlalu bersemangat akan bertemu lagi denganmu."
Aku melirik ke arah Soonyoung. Pria itu mengalihkan pandangannya. Ah, rupanya begitu. Aku jadi tahu alasannya mengapa ia bersikeras ingin menemuiku malam ini juga.
"Maafkan aku, seharusnya aku tidak menurut begitu saja untuk bertemu malam ini," ucapku penuh sesal.
"Kau tidak salah. Besok Seventeen akan sibuk dengan persiapan syuting dari pagi," sambar Soonyoung cepat. Sepertinya ia tidak mau membuatku merasa bersalah. "Mereka saja yang terlalu khawatir dan seenaknya mengikutiku. Padahal aku hanya ingin ada kita berdua disini."
"Jangan mulai lagi," Jihoon kembali angkat bicara memberi peringatan.
Aku terkekeh kecil melihat pertengkaran mereka. Walaupun aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, aku cukup menikmati suasana ramai dan hangat seperti ini. Sikap dan tingkah laku mereka membuatku teringat dengan ketiga adikku di rumah.
"Ah, kau manis sekali sih," Soonyoung berdiri sembari mencubit kedua pipiku pelan.
Aku terpaku. Blush! Apa yang baru ia lakukan?!
Jihoon, Mingyu, dan Joshua secara serentak menahan Soonyoung yang tampak ingin memelukku. Aku mengedip-edipkan kedua mata dengan tidak percaya. Ya ampun malu banget! Soonyoung kenapa melakukan hal itu secara tiba-tiba, sih? Kenapa di depan member lain juga?
"Bahaya nih, sepertinya kita harus segera pergi dari sini," ucap sang manajer menengahi. "Tanaka-san, kau tidak keberatan jika kami pindah ke tempat yang lebih aman, kan? Semua untuk keamanan Seventeen."
Aku tersadar. Ah, aku sempat lupa bahwa saat ini orang-orang yang sedang bertengkar seperti anak kecil di hadapanku adalah para idol yang namanya dikenal banyak orang di Jepang. Aku bahkan melupakan fakta bahwa Soonyoung adalah member yang cukup tenar disini. Mengingat fakta ini, aku jadi malu sendiri. Aku masih tidak percaya bahwa ada seorang idol yang menaruh perasaannya padaku, pada gadis biasa bernama Tanaka Midori.
"Aku ikut saja, Junseo-san," kataku akhirnya pada manajer Seventeen yang cukup kukenal ini.
"Wait a minute," sela Joshua. "I need some caffeine. Aku mau beli kopi dulu baru kita keluar dari sini."
"Cepatlah hyung," seru Soonyoung balik. "Aku ingin cepat mengobrol berdua saja dengan Midori."
Pukulan Jihoon kembali melayang, menginterupsi kalimat Soonyoung. "Hentikan, kau membuatku muak. Aku mendapat tugas khusus dari Hyesung untuk menjaga Midori darimu."
Aku tertawa. Ada-ada saja kelakuan member Seventeen ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top