2

Melodi mengamati Ari yang sedang berdiskusi dengan kliennya. Gadis itu tampak ramah membeberkan beberapa rancangan acara pernikahan yang pelanggannya inginkan. Pekerjaan sebagai event organizer memang sangat cocok untuk seorang Ari.

Melodi duduk sembari bertopang dagu. Ia salut pada sahabatnya. Walaupun sempat mengalami kesulitan dalam mendirikan perusahaannya sendiri, Ari terlihat sangat menikmati pekerjaannya. Kalau sudah passion, memang beda.

Ari terlihat berdiri dan menyalami pasangan di hadapannya dengan ramah. Gadis itu bercakap-cakap santai sembari mengantar kliennya pergi. Ari mengangguk sopan ketika pertemuannya sudah benar-benar selesai. Gadis itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja dimana Melodi berada.

"Pesen minum dulu gih," kata Melodi.

Ari tidak menggubris. Dengan lancang, ia menyambar segelas ice lemon tea dari hadapan Melodi. Gadis itu kemudian menjatuhkan tubuhnya di kursi yang empuk. Ia menghela napas panjang.

"Jadi mau nonton nggak?" tanya Melodi. Sebenarnya mereka berdua memang sudah merencanakan akan menonton film di bioskop akhir pekan ini. Sayangnya, Ari justru mendapat telepon dari klien. Pekerjaan Ari memang menuntutnya untuk selalu stay tujuh hari kerja.

"Nontonnya yang agak sorean gitu aja deh, Mel," Ari menarik buku menu di dekatnya. Ia terlihat antusias melihat-lihat daftar makanan. "Gue laper, belum sarapan. Diskusinya juga lama banget."

"Okay deh, gue cariin dulu ya tiketnya," ucap Melodi.

Ari mengangguk kecil menyetujui. Gadis itu mengangkat sebelah tangan memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya. Melodi sendiri sudah sibuk dengan ponsel di tangan.

"By the way, lo jadi mau berangkat ke Seoul kapan?" tanya Ari membuka percakapan.

Melodi mengangkat kedua bahunya. "Gue bingung nih. Nggak kepikiran sama sekali kalau kesana mau ngapain." Gadis itu menyesap minumannya yang tinggal tersisa setengah. "Kalau lo jadi gue, lo bakal ngapain Ri?"

"Nonton konser," jawab Ari tanpa ragu. "Atau dateng ke fansign."

"Lo masih banget ngikutin berita oppa-oppa gitu ya," balas Melodi. "Kapan lo mau cari oppa di dunia nyata kalau gitu. Udah berapa event yang lo atur, tapi hidup lo malah nggak diatur."

"Ih, nggak gitu juga kali, Omel. Berasa hidup gue menyedihkan banget," komentar Ari. "Lagipula urusan jodoh mah gue yakin akan tiba pada saat yang tepat."

"Ngomong sih gampang," cibir Melodi. Gadis itu meraih ponsel sahabatnya yang tergeletak di atas meja. "Nih, wallpaper aja majang foto jodoh orang."

Ari merebut ponselnya dan memasukkan ke dalam tas secara asal. "Jangan ganggu Woozi gue!" Melodi terkikik melihat reaksi Ari. Sejak boygroup bernama Seventeen debut, Ari memang setia sekali dengan cowok Korea yang dikenal sebagai produser bagi groupnya itu. 

"Gimana kalau lo mulai bermusik lagi?" tawar Ari. "Sudah dua tahun ini gue nggak liat lo mulai compose lagu lagi."

"Otak gue mandek," ucap Melodi sembari mengaduk-aduk isi gelasnya. "Tiap gue pegang alat musik, malah ada perasaan berat banget di hati. Nggak ada ide sama sekali."

Ari memandangi Melodi dengan tatapan penuh pengertian. Sudah sedari dulu dirinya tahu bagaimana jeniusnya Melodi dalam hal bermain musik. Selama duduk di bangku perkuliahan pun, Ari sering kali menemani Melodi membuat sekaligus rekaman lagu buatannya sendiri. Dulu ada Iqbal yang selalu ikut membantu gadis itu merealisasikan ide dalam musiknya. Namun setelah lulus kuliah dan Iqbal diterima bekerja di Kalimantan, hubungan mereka mulai melonggar karena kesibukan masing-masing.

Ari sendiri tidak tahu mengapa Melodi jadi menutup diri dengan dunia musik. Padahal gadis itu sudah berusaha mati-matian untuk mendapat restu bermain musik dari kedua orang tuanya. Sepertinya, pengalaman patah hati dari cinta pertama cukup membuat banyak perubahan pada Melodi. Sayangnya, perubahan ke arah yang tidak terlalu membanggakan. Melodi jadi terlihat tidak terlalu optimis dengan hidupnya. 

"Hmmm, lo beneran butuh liburan nih kayaknya."

"Iya itu masalahnya," ucap Melodi sambil menghela napas. "Gue bingung kalau ke Seoul bakal ngapain disana."

"Lo mau gue bantu bikinin itinerary jalan-jalan?" tawar Ari. "Kalau begituan doang sih gue jagonya."

Melodi memandang ke dalam mata Ari. "Lo kan pemilik usaha event organizer, bukan tour agency."

Ari tertawa kikuk. Benar juga sih. Apalagi Ari belum pernah sama sekali menginjakkan kaki ke negeri gingseng itu.

"Sayang banget job gue lagi banyak. Menjelang libur lebaran kayak gini berasa mirip jadi musim kawinan. Gue jadi nggak bisa nemenin lo jalan-jalan deh," canda Ari. "Lo punya kenalan nggak disana? Selain eyang?"

Melodi tampak mengernyitkan dahinya sejenak. "Sebenernya ada sih. Temen Kak Andre." Melodi menggeleng kecil. "Tapi masa gue minta Hyunbin menenin jalan-jalan. Apalagi dia sibuk gitu ngurusin bisnisnya."

Ari mencondongkan tubuhnya ke arah Melodi. "Lo tuh kebanyakan mikir. Udah sih, labas aja."

Ucapan Ari terpotong oleh kedatangan seorang pelayan yang membawakan menu makanan pesanan Ari. Seketika fokus gadis itu beralih pada sepiring nasi goreng seafood kesukaannya. Melodi jadi terbebas oleh omelan Ari.

---

"Lo tuh kebanyakan mikir. Udah sih, labas aja."

Melodi menangkupkan kedua belah telapak tangannya di wajah. Ia terlihat menghirup napas dengan teratur dan perlahan. Setelah lima menit mempertahankan posisinya seperti itu, Melodi mulai memusatkan pandangannya lagi pada layar laptop. Tangan kanannya terulur meraih mouse.

Klik!

Dengan satu sentuhan, akhirnya ia sukses membeli tiket pesawat pulang pergi Indonesia-Korea Selatan!

Melodi berdiri. Ia mondar-mandir di kamarnya.

Visa. Rencana perjalanan. Akomodasi. Packing. Tukar uang.

Ah, terlalu repot! pikir Melodi. Gadis itu buru-buru kembali duduk di depan komputernya. Sepertinya travelling keluar negeri seorang diri bukanlah hal yang bisa membuatnya santai. Terlalu banyak hal yang butuh diurus sebelum berangkat. Melodi benar-benar malas menantang diri untuk melakukan semua hal itu.

Ponsel Melodi berdering. Telepon masuk dari Kak Andre.

"Halo, Kak Andre," sapa Melodi.

"Iya, Dek," balas Andre. "Tadi kamu tanya-tanya tentang Hyunbin, kan? Dia ada di Seoul kok selama tiga bulan ke depan. Aku sudah memberi tahunya bahwa kau akan berkunjung ke sana. Dia terlihat antusias dengan kedatanganmu."

"Hah?!" pekik Melodi kaget. "Aku kan cuma tanya apa Hyunbin ada di Seoul. Bukan berarti aku sudah positif akan kesana."

"Aku udah denger dari Ari, kok," ucap Andre pengertian. Dalam hati Melodi mengumpat. Perpaduan antara Kak Andre dan Ari, boom! Jadilah misil super-over-protective. Keduanya bahkan sering berdiskusi di balik punggung Melodi untuk mengurus segala kebutuhan gadis itu. Dasar.

"Kamu memang butuh liburan, Dek," lanjut Andre. "Mau aku beliin tiketnya? Aku bisa cariin akomodasi selama disana kalau kamu nggak mau tinggal bareng Nenek."

"Aku bisa cari sendiri kok, Kak," ucap Melodi pada akhirnya. 

"Aku nggak tahu bisa pulang ke Indonesia kapan, tapi teleponku selalu stand by kalau kamu mau cerita kapan pun itu," kata Andre. "Jangan disimpen sendiri ya. Kalau kamu nggak betah di kantor sekarang, kita bisa diskusi solusi terbaiknya gimana."

Damn! Sebenarnya Ari cerita sampai mana sih tentang dirinya? gerutu Melodi tanpa suara. Gadis itu mengacak rambutnya dengan frustasi. Semoga saja Kak Andre tidak memberitahu pada Papa dan Mama mengenai pekerjaannya.

Melodi tertawa kaku menanggapi perkataan kakak semata wayangnya itu. "Haha, itu hanya candaanku saja. Kakak tenang saja. Paling setelah berlibur selama seminggu, suasana hatiku akan membaik dengan sendirinya."

"Baiklah," ucap Kak Andre. "Jaga dirimu baik-baik. Aku masih harus mengurus banyak hal disini."

"Yup, take care!" balas Melodi mengakhiri percakapannya dengan sang kakak.

Gadis itu menjatuhkan badannya kembali ke atas kasur. Ia menghela napas panjang. Baru sedetik dirinya merasa lega, ponselnya kembali berdering. Satu email masuk.

Oh Hyunbin

Hi, Melodi! I heard that you will come here to Seoul. See ya in no long time!

note: feel free to ask me anything. Ill pick you up for sure ^^

Hah, orang-orang sangat perhatian! batin Melodi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top