Please, I Need to Grow Faster!

Minji melangkahkan kakinya dengan lemas. Ia membuka pintu geser ruang kelasnya dan melanjutkan langkahnya menuju kursi pojok di paling belakang dekat dengan jendela. Gadis berumur 12 tahun itu menelungkupkan kepala diatas kedua lengannya yang terlipat di atas meja.

Sebuah buku catatan mendarat di atas mejanya dengan suara keras. Minji mengangkat wajahnya dengan malas. Ia menemukan sosok sahabatnya sedang berdiri sambil menyilangkan tangan di dadanya. Gadis blasteran di hadapannya itu mendecakkan lidahnya sambil geleng-geleng kepala.

"Ini masih pagi dan kau sudah lusuh begitu? Jangan bilang kau tidak tidur hanya untuk streaming pertunjukan para oppa?"

"Eh, Sofia," sapa Minji sambil meringis. "Aku tidur kok walau hanya tiga jam."

Sofia menarik kursi dari mejanya hingga bersebelahan dengan Minji. Ia membuka buku catatan matematika yang tadi sempat ia gunakan untuk membangunkan sahabatnya.

"Kalau begitu, pasti kau sudah mengerjakan tugas matematika ini kan?"

Minji mengangguk. Tanpa banyak bicara ia menarik buku miliknya sendiri dari dalam tas dan memberikannya pada Sofia. Sobatnya itu menerima dengan hati riang.

"Sana kerjakan saja di mejamu sendiri. Aku mau melanjutkan tidur," seru Minji.

"Minji-ya, jangan tidur dulu. Aku ingin kau menjelaskan soal nomor 5 dan 7 padaku," ujar Sofia sambil menggoyang-goyangkan bahu temannya itu.

Minji memutar kedua bola matanya malas. Gadis di sampingnya ini hanya akan bersikap manis jika ada maunya. Walau begitu, dengan sabar Minji tetap menuruti permintaan Sofia. Menolak tidak akan ada hasilnya. Sofia akan terus mengganggunya hingga keinginannya dituruti. Lebih baik ia segera mengajarinya dan kembali tidur.

---

Kwak Minji dan Sofia adalah siswa Sekolah Menengah Pertama kelas 1. Mereka dapat menjadi dekat seperti sekarang karena sebuah ketidaksengajaan. Saat itu Minji sedang duduk seorang diri dengan earphone menyumpal kedua telinganya, ia tampak serius memandang layar ponsel dengan tugas sejarah yang terbengkalai di meja hadapannya. Sofia yang saat itu juga sedang mengerjakan tugas yang sama di perpustakaan melihat Minji. Ia tahu bahwa Minji adalah teman sekelasnya, tapi mereka tidak terlalu kenal dekat. Sofia menghampiri Minji, berharap gadis itu bisa membantunya keluar dari kebingungan dalam mengerjakan tugas sejarah.

Sofia menyapa Minji, namun yang dipanggil tidak menjawab. Awalnya Sofia mengira Minji sedang melihat video pembelajaran online karena wajahnya yang kelewat serius. Setelah dekat ia baru sadar kalau teman sekelasnya itu malah sedang fangirling! Bagaimana bisa wajahnya tampak sangat datar saat menonton pertunjukan musik dan menari?

Sofia akhirnya menepuk bahu Minji. Sadar karena ada orang di belakangnya, Minji segera menyembunyikan ponselnya dan melepas earphone dari kedua telinganya. Ia tampak tersipu malu karena tertangkap basah sedang fangirling di perpustakaan.

"Kau juga suka EXO?" Hanya dengan satu kalimat singkat dari Sofia, mereka akhirnya dekat seperti sekarang.

Sudah sejak setahun lalu, Minji merasa dirinya mulai tertarik dengan para idol yang sering kali muncul di televisi. Awalnya ia hanya tertarik pada satu group, namun semakin mengenal sebuah group Minji juga makin banyak tahu tentang group lainnya. Bigbang, Super Junior, TVXQ, BTS, EXO, dan banyak lainnya. Minji bahkan beberapa kali pergi ke konser dengan saudara sepupunya.

Anehnya, nilai akademisnya tidak menurun. Justru ketika ia sedang stuck dan jenuh dalam belajar, ia akan menonton satu atau dua video pertunjukan boygroup, setelahnya ia akan menjadi semangat kembali. Maka dari itu, orangtuanya tidak terlalu mempermasalahkan hobi barunya itu.

Disisi lain, karena terlalu fokus mengidolakan para artis, seringkali Minji terlihat susah untuk bergaul dengan anak sebayanya. Bukan karena sesuatu yang besar. Lebih karena anak perempuan seumurannya sedang dalam masa-masa puber, yang membuat mereka selalu menggosipkan anak laki-laki yang mereka taksir. Ia sendiri tidak tertarik dengan satupun cowok di sekolahnya. Maka dari itu, seringkali Minji tidak nyambung jika mengobrol dengan para cewek yang sangat ribut.

Minji sempat terkejut ketika Sofia mengenali salah satu boygroup kesukaannya. Ternyata selain EXO, Sofia juga tahu cukup banyak tentang dunia industri hiburan. Minji senang, akhirnya ia menemukan teman yang satu spesies dengan dirinya. Saat disekolahnya dulu, ia bahkan sering menjadi bulan-bulanan teman sekelasnya dan dibilang terlalu fanatik karena berkhayal ingin bertemu dan dikenal oleh sang idola. Maka dari itu, setelah ia masuk ke SMP, Minji berusaha menyembunyikan hobinya.

---

"Minji-ya, kau ada waktu besok?" tanya Sofia sepulang sekolah.

Minji sudah selesai mengemasi barangnya. Ia menyampirkan tas ransel di kedua bahu. Kedua gadis itu kemudian berjalan bersisian menuju halte bus. "Sepertinya jadwalku kosong. Ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke mall," celetuk Sofia. "Tapi mall di Itaewon," lanjutnya lagi sambil meringis.

Minji menghentikan langkah tiba-tiba. Kedua matanya membulat. "Ya! Kau mencari benda apa sampai harus jauh-jauh ke sana? Di Hongdae pasti kau bisa menemukannya."

Sofia merangkul sebelah tangan Minji dengan manja. Ia memasang ekspresi memelas dan menunjukkan puppy eyes-nya. Mulai deh.

"Besok kan sudah akhir pekan. Anggap saja sekalian pergi refreshing sebelum ujian tengah semester. Aku jamin kau tidak akan menyesal jika ikut denganku."

"Uhm, baiklah," ucap Minji pada akhirnya. "Semoga benar menyenangkan. Aku tidak ingin membuang-buang waktuku dengan tidak fangirling."

"Tenang saja, kau pasti akan senang."

---

Minji dan Sofia berdiri di selasar mall yang luas. Di tengah area yang terbuka ini sudah berdiri panggung yang tidak begitu megah. Minji menjilati es krim cokelat di tangan kanannya yang sudah hampir meleleh. Perhatian gadis itu sepenuhnya tercurah pada makanan tersebut. Sofia sendiri sangat antusias menunggu-nunggu entah siapa yang akan tampil di atas panggung.

Awalnya, Minji mengira gadis blasteran itu minta ditemani untuk berbelanja. Ternyata mereka menghabiskan banyak waktu ke Itaewon untuk menonton pertunjukan musik entah dari siapa. Sofia enggan memberi tahu sahabatnya. Minji mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak terlalu banyak orang yang berdiri seperti mereka sekarang. Sepertinya bukan orang terkenal, pikir Minji. Ia bahkan heran mengapa Sofia tampak sangat bersemangat untuk menyaksikannya.

Apa yang ditunggu-tunggu Sofia akhirnya muncul. Kwak Minji mengelap tangannya yang lengket memakai tissue basah. Ia sudah menghabiskan es krimnya. Kini mata Minji terfokus pada apa yang ditampilkan di hadapannya. Tanpa sadar mulutnya menghitung jumlah personel yang kini ada di atas panggung.

"Tiga belas," ucap Minji lirih.

Latar belakang musik sudah dimainkan. Minji melirik teman di sebelahnya yang tampak sangat memuja para cowok itu. Minji mengerutkan dahinya. Ia yakin wajah-wajah di atas panggung itu belum pernah ia lihat dimanapun. Bukan artis juga. Terus darimana Sofia mengenal grup ini?

Minji melihat sekitar. Ternyata ada beberapa gadis yang juga menunjukkan ketertarikan seperti sahabatnya sekarang. Bahkan ada juga yang mambawa banner. Minji menyipitkan matanya, berusaha membaca tulisan itu dengan lebih jelas. Vernon, Fighting! Ah, mungkin itu nama salah satu dari cowok itu, pikir Minji sambil kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Ia mulai menikmati penampilan group itu.

Penampilan yang berlangsung hanya selama satu jam itu berakhir. Minji mendesah kecewa. Walaupun ia tidak mengetahui sebagian lagu yang mereka mainkan, Minji sangat menyukai penampilan mereka saat meng-cover lagu-lagu dari boyband terkenal. Terutama saat group itu menarikan lagu Sorry Sorry milik Super Junior. Tarian ketigabelas cowok itu benar-benar sangat rapi, membuat Minji tidak mampu mengalihkan pandangannya. Gadis itu bahkan bingung harus melihat ke member yang mana karena kemampuan dance mereka semua benar-benar menakjubkan.

"Ikut aku."

Minji membiarkan tangannya ditarik Sofia pergi begitu penampilan grup selesai. Saat membelah kerumunan cewek-cewek yang mendesah kecewa karena penampilan telah berakhir, Minji melihat di salah satu sisi tampak ada beberapa orang yang diwawancarai. Pandangannya tak luput menemukan cewek yang tadi dilihatnya membawa banner bertuliskan Vernon, Fighting! sedang berbicara memberikan testimoninya di hadapan kamera.

Tunggu! Kamera? Apa group itu sebegitu terkenalnya hingga ada yang meliput?

"Hansol Oppa!"

Teriakan Sofia berhasil menarik perhatian Minji. Sejak kapan mereka sudah ada di back stage? Minji menoleh ke arah Sofia dengan raut wajah kebingungan. Siapa yang tadi sahabatnya panggil Oppa?

"Sofia? Apa yang kau lakukan disini?" Seseorang berjalan mendekati kami. Cowok berambut bergelombang panjang itu meraih Sofia masuk ke dalam pelukannya. Bukankah dia salah satu orang yang tadi tampil di atas panggung? Minji hanya melihat keduanya dalam diam.

"Aku sengaja datang untuk memberi Oppa semangat." Sofia melepaskan diri dari pelukan cowok itu. Ia menarik tangan Minji agar mendekat. "Oppa, kenalkan ini temanku Kwak Minji. Minji-ya, kenalkan ini kakakku, Chwe Hansol."

Minji dan Hansol berjabat tangan sambil saling bertukar sapaan. Hansol berterima kasih pada Minji yang telah mau menemani adiknya pergi ke ltaewon untuk melihat penampilan sang kakak. Minji hanya dapat mengangguk sambil tersenyum canggung. Ia sedikit salah tingkah melihat sorot mata jenaka Hansol yang sangat menawan.

"Wah, wah, wah. Halo Sofia! Kau menonton pertunjukan kami tadi?" sapa seorang cowok bertubuh jangkung yang sudah merangkulkan sebelah tangannya ke pundak Hansol.

"Seokmin oppa!" Ucap Sofia membalas sapaannya. "Kau bernyanyi dengan baik selama pertunjukan tadi."

Minji terkejut melihat interaksi Sofia dengan para member grup itu. Ia hanya berdiri di tempat. Keseruan para oppa yang ia ketahui kemudian memiliki nama group Seventeen itu membuatnya terdiam. Bertemu dengan grup yang belum resmi debut saja sudah berkeringat dingin seperti ini, bagaimana bisa ia datang ke acara fansign oppa-oppa yang sudah lama ia idolakan?

Hansol melihat teman adiknya yang diam saja. Ia menyadarkan gadis itu dengan memanggil namanya.

"Kwak Minji, ayo ikut kami ke ruang istirahat. Bicara disana pasti lebih nyaman. Disini terlalu berisik," kata Hansol sembari menganggukkan kepalanya ke arah belakang.

Minji menurut. Ia menyejajarkan langkah kakinya berjalan di samping kakak Sofia. Gadis blasteran itu sendiri sudah terlebih dahulu berjalan di depan mereka sambil mengobrol dengan member lain. Sofia seperti lupa akan Minji yang sedari tadi berdiri disampingnya. Untung saja ada Hansol. Ia jadi tidak terlalu merasa diasingkan.

---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top