Unexpected Meeting
"Yoo Areum, kau cepat juga datang kemarinya," sapa Eomma Jeonghan. Wanita paruh baya itu membukakan pintu dan mempersilahkan Areum masuk.
Areum tertawa kecil. "Hari ini aku tidak ada jadwal, Tante. Daripada sendirian di rumah, lebih baik aku cepat kemari untuk bertemu dengan Jeonghan Oppa."
"Oppa-mu itu masih saja sibuk latihan dance, dia bahkan tidak menjawab teleponku," gerutu Eomma. "Tolong bantu dia ya, Yoon Areum. Kelihatannya saja dia tegar menghadapi semua masalah skandal ini seorang diri, tapi siapa yang tahu bagaimana isi hatinya. Sebagai ibunya, tante tahu bahwa Jeonghan tidak setegar itu."
Areum mengangguk mantap. Ia tahu maksud ibu Jeonghan tersebut. "Aku pasti akan membantu Jeonghan oppa!"
Eomma tertawa kecil. Ia mengusap puncak kepala Areum dengan penuh kasih sayang. "Kalau begitu, cuci dulu tangan dan kakimu. Bantu Tante memasak ya. Jaerim tidak bisa diandalkan," ucapan Eomma terhenti sesaat. "Ah aku lupa. Bahkan anak itu juga tidak mengangkat teleponku tadi siang. Sebenarnya yang anak Tante siapa, sih?"
Areum tertawa mendengar gerutuan Tantenya yang terdengar lucu. Dibandingkan menghubungi kedua anak kandungnya, justru lebih mudah menemui Yoon Areum. Yah, tentu saja. Selama ini Areum tidak bisa jauh dari ponselnya karena semua pekerjaan ia lakukan dari ponsel. Diskusi dengan pihak penerbit, bertukar pikiran dengan penulis naskah drama, bahkan ia menuangkan beberapa ide di ponsel, sebelum buah pikirannya itu menghilang dari kepala.
---
Areum fokus mengaduk sup kepiting di dalam panci. Sudah dua jam lebih dirinya dan ibu Jeonghan bergelut dengan berbagai macam bahan makanan di dapur. Entah sudah ada berapa menu makanan yang berhasil keduanya buat. Dari makanan-makanan itu, semuanya memiliki satu tema. Seafood.
Areum sempat menanyakan pada tantenya itu, mengapa tiba-tiba memutuskan untuk memasak banyak makanan. Apalagi Ayah Jeonghan sedang tidak di rumah, biasanya tidak akan ada yang bisa menghabiskan makanan tanpanya. Selain itu tidak sedang ada sesuatu hal yang spesial, yang patut untuk dibuat perayaan.
Eomma Jeonghan menjawab santai bahwa ia mengikuti perasaannya saja untuk memasak sebanyak itu. Dihitung-hitung, siapa tahu Jeonghan bisa merasa terhibur dengan masakannya. Apalagi anak sulungnya itu jarang sekali menyantap masakan berbahan dasar makanan laut.
"Areum-ah, tante ke kamar dulu ya. Sepertinya Jaerim harus diingatkan lagi. Anak itu kalau sudah sibuk bekerja bisa lupa makan bahkan lupa pulang ke rumah," ucap Eomma.
"Baik Tante, tidak apa-apa," ucap Areum. Gadis itu kembali berkutat dengan masakannya.
Areum mencicipi masakannya. Dahinya sedikit berkenyit. Dengan cekatan tangan kanannya meraih kotak berisi garam dan menambahkan bumbu ke dalam panci. Ia kembali meraih sendok sup dan mulai mengaduk isi pancinya lagi.
"Yoon Areum!"
Mendengar suara familiar yang sudah lama tidak ia dengar memanggil namanya, Areum segera membalikkan tubuhnya. Ia menemukan Jeonghan berdiri tak jauh dari sana dengan kedua lengan terentang lebar. Areum tersenyum. Ia tidak bisa menyembunyikan kerinduannya pada pria itu. Setelah meletakkan sendok sup di tangannya, Areum segera menghambur masuk ke dalam pelukan kakak sepupunya itu.
"Oppa, aku rindu sekali!" kata Areum sembari mengelus punggung Jeonghan. Ia kemudian menguraikan pelukannya dan mengamati pria di hadapannya itu dari atas hingga bawah. Lama tak bertemu, membuat Areum khawatir dengan kondisi Jeonghan sekarang. Beruntunglah, sepertinya kakak sepupunya itu baik-baik saja. "Wah wah wah, Jeonghan Oppa terlihat baik-baik saja walaupun sudah lama aku tinggal."
Jeonghan menunjukkan cengirannya mendengar ucapan Areum. "Kau sudah sibuk dengan drama barumu sih, jadi tidak pernah memberiku makan lagi."
Areum tertawa mendengar balasan Jeonghan. Kakak sepupunya itu selalu tidak mau berada di posisi yang salah, such a witty person. Pandangan mata Areum bertemu dengan milik Jisoo yang berdiri tak jauh di belakang Jeonghan. Selain itu, ada juga seorang wanita cantik dengan pakaian kantor berdiri di sebelah Jisoo. Areum sedikit tergeragap, ia tidak menyadari kehadiran orang-orang yang datang bersama kakak sepupunya itu.
"Jisoo-ssi, annyeonghaseyo," sapa Areum sopan. "Maaf aku tidak menyadari kehadiranmu sedari tadi."
"Tidak masalah. Kau pasti sangat merindukan Jeonghan," balas Jisoo penuh pengertian.
Areum meringis. Ia kemudian memandang ke arah seorang lagi di sana yang belum ia kenal. Areum mengirim kode melalui tatapan matanya pada sang kakak sepupu.
"Eoh, perkenalkan. Dia adalah Pyo Nari. Nari, ini Yoon Areum, adik sepupuku yang kini juga tinggal di Seoul," ucap Jeonghan sigap saling memperkenalkan keduanya.
Mendengar nama wanita itu disebut, kedua bola mata Areum melebar. "Jadi ini calon tunangan Oppa yang diceritakan tante tadi?" serunya penuh antusias.
"What?! Tunangan?" kali ini Jisoo yang tampak antusias. Jeonghan menepuk dahinya, tampak frustasi.
"Seventeen belum tahu?" tanya Areum polos. Gadis itu melemparkan tatapan bingung ke arah Jisoo dan Jeonghan bergantian.
"Yoon Areum?"
Areum menoleh ke balik punggung Jisoo dimana sumber suara yang memanggil namanya berasal. Tubuhnya seketika kaku. Lidahnya kelu tak bisa berkata-kata. Orang yang selama ini berusaha ia lupakan dan hindari berada di hadapannya.
Wonwoo juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia memandangi Areum dengan tatapan penuh makna. Keduanya hanya mampu saling tatap, tanpa ada yang berani buka suara. Entah mengapa, atmosfer di sekitar pun ikut membeku.
"Wah, ramai sekali!" Eomma Jeonghan muncul dari pintu kamar.
Jeonghan yang pertama kali tersadar dari keheningan itu, segera menyetir pembicaraan ke arah lain. Ia terlihat berusaha keras mencairkan suasana yang tidak menyenangkan akibat pertemuan tidak terelakkan antara adik sepupunya dan dongsaeng-nya. Jeonghan sangat tahu bagaimana cerita cinta rumit yang melibatkan dua orang itu dan usaha yang telah dilakukan keduanya selama ini.
---
"Wonu, makanlah yang banyak. Areum sengaja membuat telur gulung karena katanya kau tidak makan ikan," ucap Eomma sembari meletakkan satu potong telur gulung lagi ke dalam mangkuk Wonwoo.
Mendengar kalimat yang keluar dari mulut tante, Areum tidak bisa menyembunyikan warna merah di wajahnya. Hatinya berdegup kencang. Ia tidak mau Wonwoo salah kira dengan perlakuannya itu.
Begitu tahu jika Wonwoo datang ke sana untuk ikut makan bersama, Areum segera teringat bahwa pria itu tidak bisa memakan masakan dengan bahan dasar seafood. Tidak ada waktu lagi untuk berbelanja, Areum hanya menemukan telur di dalam kulkas. Dengan sangat terpaksa, ia hanya bisa membuatkan menu sederhana seperti telur gulung sebagai lauk makan pria itu.
"Terima kasih, Tante," kata Wonwoo sambil menerima pemberian Eomma Jeonghan dengan perasaan tidak enak. Pria itu tidak mampu melepaskan pandangannya dari Areum. Yang dipandang berusaha pura-pura tidak tahu.
Suasana di meja makan sangat ramai. Jisoo dan eomma Jeonghan banyak mengobrol sembari menyantap hidangan. Eomma bahkan terlihat sangat senang mendapat teman bergosip seperti Jisoo untuk membahas mengenai hubungan Jeonghan-Nari. Di sisi lain, Nari hanya bisa diam mendengarkan percakapan itu. Jeonghan sendiri berusaha menghentikan percakapan itu, ia takut jika Nari tidak nyaman. Namun, usahanya sia-sia.
Dari sekian banyak orang yang makan disana, hanya ada dua orang yang tampak diam. Areum sedari tadi tidak berani mengangkat wajahnya. Ia yakin, cowok berwajah datar yang duduk di seberang mejanya tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari Areum.
Makan malam akhirnya selesai tidak lama kemudian. Areum menghela napas lega. Rasanya ia ingin berterimakasih pada kakak sepupunya yang berusaha mengakhiri makan malam dengan alasan harus mengantar Nari pulang. Itu berarti Jisoo dan Wonwoo juga harus bergegas dari sana.
Areum berdiri dan mulai mengangkat piring-piring kotor ke dapur. Sudah menjadi kebiasaannya. Gadis itu berjengit terkejut, ketika beban di tangannya melayang diambil alih seseorang secara tiba-tiba.
"Biar aku bawa barang yang berat. Kau lakukan hal yang lebih mudah saja," suara berat Wonwoo terdengar sangat dekat dengan telinga Areum.
Hal itu membuat debaran jantung Areum makin tak karuan. Ia memandangi punggung Wonwoo yang mulai bergerak menuju bak cuci piring. Gadis itu mematung selama beberapa detik.
Sepertinya ia harus mengatakan kegundahannya yang tidak juga menghilang selama dua bulan belakangan sekarang juga. Kesempatan tidak datang dua kali. Bahkan Areum tidak tahu apakah dirinya bisa kembali bertemu dengan Wonwoo setelah ini. Apalagi cowok itu telah mengganti nomor teleponnya dan tidak memberitahunya sama sekali. Menemui Wonwoo adalah suatu hal yang susah untuk dilakukan jika tidak ada keberuntungan.
"Jeon Wonwoo-ssi," panggil Areum dengan suara lirih.
Wonwoo sedikit menoleh. Ia menghentikan kegiatannya yang akan mencuci piring ketika gadis itu tidak juga membuka suara. Wonwoo membalikkan tubuhnya. Kini posisi keduanya saling berhadapan satu sama lain.
"Apa kita bisa bicara?" tanya Areum takut-takut. "Ah, aku tidak memaksa. Kalau kau sibuk, kau bisa langsung kembali."
Wonwoo menyelami kedua mata indah Areum beberapa saat tanpa suara. Ia kemudian menunduk, memandangi ujung-ujung sandalnya. Ia menghirup napas panjang. Pria itu kembali mengangkat wajahnya dan balik memandang mata Areum yang menunggunya dengan harap-harap cemas.
"Baiklah. Kita bisa bicara setelah membersihkan ini semua," ucap Wonwoo dengan senyuman di bibirnya.
Areum mengangguk. Ia balas tersenyum kecil. Tanpa menunggu lama, Areum kembali melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top