She is His Cousin
Areum berdiri di depan gedung apartemen tempat dorm Seventeen berada. Ia meniup-niup kedua tangannya yang kedinginan. Gadis itu merutuki diri sendiri karena lupa tidak membawa sarung tangan di tengah hujan salju seperti sekarang ini.
Sebuah mobil van hitam berhenti tepat di depan Areum. Areum mengenali kendaraan itu sebagai mobil yang biasa mengangkut Seventeen untuk menyelesaikan jadwal mereka. Wajahnya berseri ketika menyapa Minho, salah satu manajer boy group tersebut, dari balik kaca kemudi. Tak lama kemudian enam member Seventeen keluar dari van secara bergantian. Areum otomatis memanjangkan lehernya, mencari-cari sosok yang sedari tadi ditunggu.
"Yoon Areum? Sedang apa kau disini?" sapa Wonwoo dengan sebuah pertanyaan begitu melihat gadis yang belum lama ini ditemuinya.
Areum menghentikan aktivitasnya mencari sang kakak sepupu. Ia tersenyum ke arah Wonwoo dan mengangguk kecil membalas sapaannya.
"Annyeonghaseyo, Wonwoo-ssi," Areum mengangkat tas yang sedari tadi berada di samping kanan kakinya. "Aku mengantarkan pesanan untuk Jeonghan oppa."
"Hyung, kau kenal dia?" tanya Seungkwan dari balik punggung Wonwoo. Pria kelahiran 1998 itu mengamati penampilan Areum dari atas hingga bawah secara menyelidik.
Wonwoo menyikut perut Seungkwan. Sang dongsaeng langsung menunduk sembari memegangi perutnya yang kesakitan. Dengan lirih Seungkwan memaki perbuatan kejam yang dilakukan Wonwoo.
"Yoon Areum adalah adik sepupu Jeonghan hyung. Kau jangan berbuat tidak sopan padanya," jelas Wonwoo.
Areum hanya tersenyum melihat pemandangan di depannya. Ia mengangguk sopan pada Seungkwan yang kini melongo menatap kearahnya dengan tidak percaya.
"Perkenalkan, saya Yoon Areum, adik sepupu Yoon Jeonghan."
"Kukira kau sasaeng! Sampai menunggui kami di dep.... Aw!" ucapan Seungkwan terputus dengan aduhan untuk kedua kalinya. Ia balik badan dan menemukan biang keladi yang telah menjitak kepalanya. Melihat sang pelaku, Seungkwan hanya bisa meringis polos. Ia mengangguk pelan sambil terkekeh kecil. "Halo, hyung."
Jeonghan mendorong bahu Seungkwan hingga pria itu bergeser dari hadapan adiknya. Ia hanya memandang sinis ke arah Seungkwan yang menyapanya, "Sialan kau, memanggil adikku dengan sebutan sasaeng." Jeonghan kini mengalihkan pandangannya pada Areum. "Apa yang kau lakukan diluar sini?"
"Ah, iya!" Areum teringat akan tujuan utamanya kesana. "Aku membawa ayam kesukaan Jeonghan oppa dari Tante. Kurasa ini cukup untuk semua member Seventeen," ucap gadis itu sambil menyorongkan tas jinjing di tangannya ke arah Jeonghan.
Jeonghan meraihnya. Tak sengaja tangannya bersentuhan dengan kulit tangan Areum yang dingin membeku. Ia langsung membelalakkan matanya menatap sang adik.
"Ya! Sudah berapa lama kau berdiri disini?! Kenapa tidak langsung mengabariku?!"
Areum mengangkat kedua bahunya acuh, "Ponsel oppa mati, aku mau telepon ratusan kali pun akan percuma."
Jeonghan kemudian teringat akan ponselnya yang memang sedari siang ia matikan. Ia hanya meringis penuh perasaan bersalah. Sebelah lengannya merangkul bahu sang adik dan membimbingnya berjalan masuk ke dalam dorm yang lebih hangat.
Wonwoo mengamati kedua kakak beradik itu dalam diam. Ia teringat akan ancaman Jeonghan beberapa waktu lalu padanya. Lihat saja kelakuan hyung yang satu itu. Jeonghan tadi bahkan tidak menganggap kehadirannya sama sekali, padahal yang menyapa adik sepupunya itu duluan kan dirinya. Wonwoo menghela napas panjang sebelum melanjutkan langkah kembali.
Seungkwan menyusul Wonwoo dengan langkah yang terburu-buru. Setelah posisi jalan mereka sejajar, Seungkwan mulai menginterogasi Wonwoo.
"Hyung, gadis itu benar adik sepupu Jeonghan hyung? Dia tampak normal jika dibandingkan dengan Jeonghan hyung dan adiknya, Yoon Jaerim. Aku belum pernah melihatnya kemari," ucap Seungkwan penuh rasa ingin tahu.
"Areum-ssi memang jarang berkunjung ke dorm. Kau jangan macam-macam padanya. Tahu sendiri kan bagaimana sifat overprotective Jeonghan hyung pada adiknya?"
Seungkwan mengangguk-angguk paham. Ia kemudian tersadar. "Kalau begitu, bagaimana hyung bisa kenal dengan Yoon Areum? Kalian bertemu dimana?"
Wonwoo menghentikan langkahnya dan memandangi wajah bulat Seungkwan yang tampak menyebalkan karena banyak bicara. "Tidak perlu tahu," jawab Wonwoo dingin. Ia kemudian segera melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju kamar.
"Hyung, aku kan penasaran. Kasih tahu ak...," ucapan Seungkwan berhenti karena Wonwoo langsung menutup pintu kamarnya tepat di depan wajah Seungkwan. Pria bersuara emas itu menendangkan kakinya dengan kesal ke daun pintu. Ia kemudian berbalik badan dan melengos menuju kamarnya sendiri.
"Dasar manusia es!"
---
"Jadi kau sudah mengirimkan naskahnya namun ditolak?" tanya Jeonghan. Ia meletakkan secangkir teh hijau yang baru diseduhnya di meja hadapan Areum.
Areum berterimakasih dan segera menangkupkan kedua belah telapak tangannya yang kedinginan pada permukaan cangkir. Ia menyesap isinya sedikit sebelum angkat bicara, "Yah, sebenarnya ini bukan kali pertama aku mengirim naskah ke penerbit itu. Sepertinya mereka tidak terlalu menyukai gaya penulisanku."
Jeonghan melihat raut wajah adiknya yang menggelap. Pria itu menumpukan dagunya pada sebelah tangan, tampak berpikir.
"Kalau begitu coba saja kirim ke penerbit lain," katanya memberi solusi.
Areum mengangguk kecil. "Akan kucoba setelah memperbaiki naskahnya."
Percakapan kedua kakak beradik itu terpotong dengan kehadiran Jisoo di dapur. Pria kelahiran LA itu baru sampai di dorm menggunakan van yang berbeda dengan rombongan Jeonghan. Sesampainya di rumah ia langsung menuju ke dapur untuk mencari jus jeruk miliknya di dalam kulkas karena haus.
Jisoo mematung memandangi Jeonghan yang sedang duduk berdua saja dengan Areum disana. Ia tidak mengenali gadis di hadapan rekan kerjanya itu. Dengan pandangan aneh, Jisoo hanya memandangi keduanya bergantian tanpa bicara.
"Kalau kau tidak ada keperluan di sini, kau bisa segera pergi," kata Jeonghan pada Jisoo.
Jisoo tersadar dari alam pikirannya. Dengan sikap senatural mungkin, ia melengkungkan senyuman paling menawan yang dimilikinya ke arah Jeonghan dan seorang lagi disana. Jisoo membuka pintu kulkas dan mengambil jus jeruk miliknya. Dengan santai, ia menarik kursi di samping Jeonghan yang kosong. Tangannya sibuk membuka tutup botol namun matanya terpaku pada gadis berambut gelap dihadapan Jeonghan.
"Kau tidak ingin mengenalkannya padaku, Jeonghan?" tanya Jisoo menggoda temannya. Ia kemudian mengangguk kecil pada Areum. "Namaku Jisoo. Salam kenal."
"Ya! Pergilah kalau urusanmu disini sudah selesai," seru Jeonghan kesal sambil mendorong bahu Jisoo pelan agar pergi.
Areum tertawa kecil melihat tingkah keduanya. "Jangan terlalu galak seperti itu, Oppa," kata Areum pada Jeonghan. Ia kemudian mengangguk kecil sembari mengenalkan dirinya pada pria bernama panggung Joshua itu. "Perkenalkan aku Yoon Areum, adik sepupu Jeonghan oppa."
"Wah, jadi kau ini adik sepupunya?" tanya Jisoo tak percaya sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah Jeonghan. Ia tidak mengindahkan seruan pria di sebelahnya yang terus menyuruhnya agar segera enyah dari sana.
Areum mengangguk membenarkan ucapan Jisoo. Senyuman manis tidak meninggalkan wajahnya barang sedetik pun.
"Jangan macam-macam pada adikku," ancam Jeonghan. Pria itu sudah menyerah karena tidak berhasil mengusir sahabatnya dari sana.
Jisoo mengerlingkan sebelah matanya pada Jeonghan. "Kau punya adik semanis ini kenapa tidak kau perkenalkan padaku?"
"Ya! Hong Jisoo!" seru Jeonghan tak sabar.
Baik Jisoo maupun Areum hanya dapat tertawa melihat perubahan sikap Jeonghan. Biasanya pria itu selalu berlaku jahil pada tiap member. Jarang-jarang ada kesempatan seperti ini, menggoda Jeonghan yang sangat protektif pada adik-adiknya adalah kesempatan langka.
Van terakhir yang membawa sisa member Seventeen telah tiba. Suara Seokmin, Soonyoung, dan Jun terdengar memasuki dorm. Mata Jeonghan membulat. Ia langsung melayangkan tatapannya ke arah Areum.
"Kau harus pulang sekarang, sebelum makin direcoki oleh member lainnya," kata Jeonghan panik. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Areum.
"Yah, oppa mengusirku?" tanya Areum dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.
Sebenarnya ia sudah biasa diusir oleh Jeonghan dari dorm Seventeen. Kakak sepupunya itu tidak akan membiarkan dirinya bertemu dengan para member. Untuk menghindari kejadian tersebut, maka dari itu Jeonghan lebih sering mengunjungi Areum di cafe tempat gadis itu bekerja jika ada keperluan.
"Iya, hyung jahat sekali. Diluar kan masih hujan salju," seru Wonwoo. Entah sudah sejak kapan cowok itu berdiri di dekat kulkas.
Mendengar perkataan Wonwoo, otomatis Jeonghan melihat ke luar jendela. Benar saja. Salju masih turun dengan lebat. Ia tidak bisa membiarkan adiknya pulang menembus salju di malam hari seorang diri.
"Cola, cola, cola... dimanakah cola-ku?" suara riang Soonyong terdengar mendekat. Pria itu menghentikan senandungnya saat mendapati bahwa ada banyak orang di dalam dapur yang merangkap ruang makan itu. Matanya langsung terkunci pada satu-satunya gadis disana. "Wow, Jeonghan hyung selama ini ternyata..." ucap Hoshi menggoda Jeonghan saat melihat kedua tangan hyung nya itu berada di atas bahu Areum yang masih duduk di kursinya.
Jeonghan melihat ke arah mata Soonyoung memandang karena tidak mengerti akan ucapannya. Ia langsung buru-buru mengangkat tangannya agar kesalahpahaman itu tidak semakin menjadi. Mulutnya membuka ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Soonyong, tapi semua sudah terlambat.
"Yeorobun, Jeonghan hyung membawa pacarnya ke dorm!" teriak Soonyong memberi pengumuman pada yang lainnya.
Jeonghan mengeluarkan makian yang sedari tadi ditahannya pada Soonyoung. Areum, Wonwoo maupun Jisoo hanya dapat tertawa nyaring.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top