One Hot Vanilla Latte, please!
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"
Malam ini Areum sedang sibuk melayani pelanggan cafe yang membludak. Di akhir minggu seperti sekarang, kedai kopi milik Hyunbin memang menjadi sasaran favorit bagi anak muda untuk sekadar bersantai atau bahkan ada juga yang belajar dan bekerja. Areum sendiri sudah biasa mengatasi keramaian seperti ini. Dengan cekatan ia melayani pembeli tanpa mengurangi senyuman di wajahnya. Areum bekerja dengan sangat profesional.
Berkat kesigapan Areum, antrian di meja pesan akhirnya berkurang dan lama-kelamaan habis. Gadis itu menghembuskan napas lega. Ia melihat ke sekeliling. Hampir semua kursi sudah terisi. Areum melepas lelahnya dengan melakukan peregangan kecil. Gadis itu tanpa sadar menguap. Ia kemudian ingat bahwa semalam kurang tidur karena berusaha menyelesaikan tulisannya. Pantas saja badannya sudah pegal-pegal, ditambah lagi hari ini banyak pelanggan yang datang.
"Hot vanilla latte satu," sebuah suara berat datang.
Areum buru-buru melangkahkan kakinya kembali ke depan meja kasir. Parah, masa ia tidak mendengar bunyi lonceng yang menandakan datangnya pelanggan. Gadis itu mengangguk ramah dan menyapa sang pelanggan dengan ceria seperti biasa.
Kedua mata Areum melebar melihat siapa yang datang. Sang pelanggan segera menempelkan jari telunjuk tangan kanannya ke depan bibir yang tertutupi oleh masker. Mengerti akan kondisi saat ini, Areum tersadar dan kembali bersikap biasa layaknya seorang pelayan kepada pembeli.
"Jadi, aku pesan hot vanilla latte satu ya. Tolong kirimkan ke sana," sang pelanggan kembali mengucapkan pesanannya sambil menunjuk ke arah meja kecil di pojok ruangan yang tersisa.
Areum mengangguk. Gadis itu menyebutkan harga yang harus dibayarkan dan mempersilahkan orang tadi untuk menunggu.
---
Shift kerja Areum sudah selesai pukul 20.00. Saat weekend seperti sekarang, Hyunbin memang membuka cafenya hingga pukul dua dini hari. Beruntung hari itu Areum mendapat shift kerja sore, jadi ia bisa sedikit bersantai di cafe tempatnya bekerja untuk menyelesaikan tulisannya.
Gadis itu kini sudah mengganti pakaian kerjanya dengan penampilan yang lebih santai dan kasual. Areum membawa laptopnya menuju meja di pojok ruangan dekat dengan jendela besar yang langsung mengarah ke jalanan. Sebelah tangannya yang lain menenteng tas kertas berwarna cokelat.
"Wonwoo-ssi, boleh aku bergabung?" sapa Areum dengan senyuman mengembang di wajahnya.
Wonwoo mengangkat wajah dari deretan huruf yang sedang dibacanya. Pria itu membalas senyuman Areum. "Tentu saja, meja lain penuh kan?"
Areum terkekeh kecil. Ia menarik kursi di hadapan cowok itu dan mendudukinya. "Aku tidak biasa bicara penuh kode sepertimu, Wonwoo-ssi."
Mendengar perkataan gadis itu, mau tak mau Wonwoo kembali tertawa. "Yah, untunglah kau selalu mengerti arti di balik tiap ucapanku."
"Biasanya cewek yang suka bicara dengan arti tersembunyi, ini kenapa Wonwoo-ssi juga ikutan?"
Wonwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan salah tingkah, "Sebenarnya aku tidak seperti itu. Tapi entah mengapa kalau bicara denganmu selalu otomatis menjadi begitu."
Areum mengernyitkan dahinya keheranan namun gadis itu memutuskan tidak bertanya lebih lanjut. Ia meletakkan tas kertas yang sedari tadi ada di tangannya dan menyorongkannya pada Wonwoo di atas meja.
"Terima kasih atas sarung tangannya," kata Areum sembari tersenyum tulus.
Wonwoo menerima tas kertas berisi benda yang seminggu lalu ia pinjamkan pada gadis di hadapannya. "Sama-sama." Pandangan Wonwoo terpaku pada Areum yang sedang menyalakan laptopnya. "Kau mau belajar?"
Areum membalas tatapan Wonwoo, "Tidak, aku sedang menyelesaikan tulisanku."
"Tugas akhir?" tanya Wonwoo lagi.
"Novel," jawab Areum malu-malu.
"Kau seorang penulis?" kali ini pria itu bertanya dengan nada terkejut. "Wah, aku baru. Maafkan aku. Kau sudah menerbitkan berapa banyak buku?"
Areum menggeleng lemah. "Masih dalam proses," ucap Areum singkat.
Wonwoo terdiam. Ia tidak tahu harus membalas jawaban gadis itu dengan kalimat apa. Melihat raut wajah Areum yang berubah menjadi muram membuatnya sedikit merasa bersalah karena terlalu antusias saat menanyakan hal tadi.
Areum kembali mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah Wonwoo. "Tenang saja. Sebentar lagi pasti tulisanku akan dilirik oleh penerbit."
Wonwoo menghembuskan napas lega. Ia tersenyum dari balik maskernya. "Aku percaya."
Areum tertawa renyah. "Kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain, tapi kau sudah bilang percaya."
"Yang penting kan sudah jadi teman, untuk masalah saling kenal sih bisa sambil jalan. Iya, kan?"
Areum tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia kemudian mulai fokus pada tulisannya di laptop. Wonwoo juga sibuk membaca novelnya lagi.
---
Sudah satu setengah jam Wonwoo dan Areum sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Areum benar-benar terpaku dengan pekerjaannya. Sesekali gadis itu menyesap cokelat panas, minuman favoritnya, sembari memandangi jalanan melalui jendela. Kedua telinganya tersumpal earphone yang melantunkan lagu slow untuk membangun suasana hati dalam menulis. Tidak ada kata yang terucap antara keduanya. Wonwoo hanya dapat diam-diam melirik gadis di hadapannya dari balik buku. Bahkan walaupun mereka belum saling kenal, keheningan di antara keduanya tidak menimbulkan kecanggungan.
Areum tersentak kaget ketika sebuah tangan menarik sebelah earphone-nya hingga lepas. Ia mengadahkan kepalanya mencari sang pelaku.
"Hyunbin oppa!" Areum berseru senang.
Berkebalikan dengan Areum, Wonwoo tidak bisa menyembunyikan ekspresi isi hatinya. Dalam hati pria itu mengutuki Hyunbin yang muncul di tengah-tengah ketentraman suasana antara dirinya dan Areum.
"Kau belum pulang karena sedang menulis rupanya," kata Hyunbin membalas seruan Areum dengan senyuman di wajahnya. Pria itu kemudian melihat Wonwoo yang duduk di hadapan Areum. "Halo, Wonwoo-ssi. Sedang berkunjung kemari?"
Retoris, jawab batin Wonwoo. Wonwoo memaksakan seulas senyum. "Iya, aku tidak ada pekerjaan hari ini selain berlatih."
Hyunbin mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban Wonwoo. Pandangan pria itu kemudian kembali ke arah Areum yang masih memandangi dirinya.
"Apa ada sesuatu di wajahku?"
Areum terkesiap. Ia terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan sunbae-nya itu. "Tidak kusangka Oppa akan pulang secepat ini. Bukankah urusan Oppa di Jeju masih banyak? Bagaimana dengan cafe disana?"
Hyunbin dan Areum sibuk bercengkerama. Mereka berdua saling bertukar cerita selama tidak bertemu dua minggu terakhir ini. Bahkan Wonwoo jadi terabaikan akibatnya.
Wonwoo hanya menghela napas panjang tanpa kentara. Sebenarnya kedatangan Wonwoo kemari karena ia sedang penat tidak ada hal yang bisa ia kerjakan di dorm. Suasana di asrama Seventeen masih memanas karena berita mengenai skandal kencan Lee Jihoon baru saja disangkal oleh pihak agensi. Untuk melepas lelah dan stress, pria itu memilih kabur dan mencari tempat bersantai di luar. Entah mengapa kakinya membawa dirinya ke cafe ini. Wonwoo bahkan tidak tahu mengenai jadwal kerja Areum. Mereka berdua murni bertemu karena unsur ketidaksengajaan.
Karena hanya menjadi obat nyamuk diantara percakapan Areum dan Hyunbin, Wonwoo memutuskan untuk kembali ke dorm. Lagipula ia tidak boleh terlalu sering terlihat di muka umum dalam waktu dekat ini. Wonwoo harus segera kembali sebelum salah seorang manajer Seventeen menyeret dirinya paksa. Padahal ia pergi ke cafe tempat Areum bekerja saja tidak ada yang tahu, Wonwoo sengaja tidak izin.
"Wonwoo-ssi sudah mau pulang?" tanya Areum panik ketika melihat Wonwoo sedang memasukkan buku bacaannya ke dalam tas. "Maafkan aku karena sedari tadi hanya mengobrol dengan Hyunbin oppa."
Wonwoo mengangkat wajahnya dan tersenyum melihat raut wajah khawatir Areum. "Tidak kok, aku memang harus segera kembali ke dorm. Kau juga lebih baik segera pulang sebelum hari semakin gelap."
"Tenang saja. Aku akan mengantar Areum sampai depan apartemennya dan memastikan gadis ini selamat sampai tujuan," tanpa diajak bicara, Hyunbin membalas ucapan Wonwoo.
Wonwoo melihat pria yang sedang tersenyum ramah itu dengan tatapan datar. "Baguslah." Wonwoo kini mengalihkan pandangan pada Areum, "Kalau begitu sampai bertemu besok Yoon Areum."
"Hati-hati di jalan, Wonwoo-ssi," kata Areum ikut berdiri dan mengangguk kecil sebelum Wonwoo berlalu pergi. "Sekali lagi terima kasih atas sarung tangannya. Aku jadi tidak sakit karena kedinginan."
Wonwoo membalas ucapan gadis itu dengan seulas senyum. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan benar-benar pergi dari sana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top