A Girl Who Smiles Brightly
Seoul, 2019
Seorang laki-laki berhenti di depan sebuah cafe yang memancarkan aura hangat di tengah hujan salju malam itu. Dengan menahan gigil yang membuat seluruh tubuhnya bergetar, ia membuka pintu depan. Begitu masuk, telinganya langsung menangkap sapaan riang seorang pegawai yang berdiri di depan kasir.
"Selamat datang!" Seru gadis itu sambil tersenyum lebar. Wonwoo mengangguk kecil membalasnya dan berjalan sambil mengamati menu minuman yang terpasang di balik punggung pegawai itu.
"Hot vanilla latte satu," ucap Wonwoo tak kalah dingin dengan udara di luar.
"Baik. Ada pesanan lain?" tanya pegawai itu lagi tanpa mengurangi keramahannya.
"Itu saja," balas Wonwoo sambil mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya.
"Totalnya lima ribu won." Wonwoo menyodorkan kartunya ke sang pegawai. Setelah urusan bayar-membayarnya selesai, kartu itu kembali ke tangan sang pemilik. "Pesanannya akan langsung diantar ke meja. Mohon ditunggu sebentar."
Laki-laki itu hanya mengangguk sambil berlalu menuju meja kecil di pojok ruangan. Walaupun masih dalam suasana libur natal dan tahun baru, cafe ini tidak begitu penuh oleh pengunjung. Hanya ada beberapa pasangan yang sedang sibuk bersenda gurau di sisi lain ruangan. Wajar saja, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 21.30. Sepertinya Wonwoo akan menjadi pelanggan terakhir disana.
Wonwoo mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Ia mulai sibuk mengetikkan pesan panjang untuk manajer hyung-nya. Seharusnya ia sudah dijemput dari tadi di rumah temannya. Tapi entah mengapa Sungmin hyung malah menyuruhnya untuk menunggu di cafe ini hingga ia datang menjemput. Wonwoo malah bingung darimana manajernya itu tahu tempat ini.
"Silahkan dinikmati," gadis yang tadi melayaninya di kasir datang dengan pesanan di tangannya.
"Terima kasih," ucap Wonwoo sambil memandangi wajah sang pelayan dari balik topinya. Ia mengernyitkan dahinya. Sepertinya ia familiar dengan wajah gadis itu.
Setelah selesai mengantar pesanan ke meja pelanggan, pegawai itu kembali ke meja kasir. Tatapan Wonwoo masih terpaku pada wajah gadis itu yang baru dapat ia amati sekarang. Walaupun sudah malam, senyuman selalu terukir di wajahnya. Gadis itu tidak tampak lelah sedikit pun melayani berbagai permintaan pelanggannya.
Pintu cafe terbuka lebar. Gadis itu sudah mengangkat wajahnya dari layar komputer kasir dan akan menyapa siapa pun yang datang. Namun mulutnya yang sudah terbuka setengah kembali menutup dan membentuk ulasan senyum yang lebar. Melihat hal itu, Wonwoo penasaran. Wonwoo mengalihkan pandangannya pada orang yang baru saja masuk.
"Annyeong," sapa pria bertubuh tinggi itu pada sang pegawai kasir. Pria itu terlihat sangat akrab dengan gadis yang tadi sempat membuat Wonwoo penasaran.
Karena tidak dapat mendengar apa yang keduanya bicarakan, Wonwoo kembali mengalihkan pandangannya ke layar ponsel. Satu pesan masuk dari Sungmin hyung. Dengan kesal, ia membukanya.
"Dalam tiga puluh menit aku akan sampai kesana. Maaf membuatmu menunggu lama."
Wonwoo tidak membalas pesan dari sang manajer. Untuk mengurangi rasa bosan ia mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya dan mulai membaca. Sesekali pria itu berhenti untuk menyesap kopi pesanannya.
---
Wonwoo mengangkat wajah dari bacaannya. Matanya dengan penuh selidik melirik ke arah petugas kasir yang kini sudah mengganti pakaian kerjanya. Gadis itu duduk tidak jauh dari kursinya. Dengan penampilannya kini yang terlihat lebih santai, membuat gadis itu entah mengapa makin menarik di mata Wonwoo.
Dari ekor matanya, Wonwoo melihat pria yang tadi menyapa gadis itu menarik kursi dihadapan sang gadis yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptop. Gadis itu tersenyum lebar sambil mengucapkan terima kasih kepada pria yang telah membawakannya cokelat panas.
"Terima kasih, Hyunbin Oppa."
"Kau tidak langsung pulang saja?" suara lembut sang pria terdengar sarat akan perhatian.
"Aku masih mau mengetik sesuatu. Lagipula aku harus menyelesaikan beres-beres cafe ini dulu."
"Ya ampun, shift kerjamu sudah selesai daritadi. Kau pulang saja. Lagipula tinggal menunggu satu pelanggan. Aku bisa merapikannya sendiri."
Wajah Wonwoo memanas. Matanya langsung pura-pura kembali fokus pada deretan huruf di bukunya, takut kedua orang itu tahu bahwa Wonwoo sedang menguping. Ia sadar bahwa dirinyalah yang sedang disinggung oleh pria tadi. Ya, memang benar, disini tinggal tersisa dirinya sebagai pelanggan. Dalam hati ia makin mengutuki Sungmin hyung yang sudah lebih lima menit dari waktu perjanjian untuk menjemputnya.
"Aku tidak bisa makan gaji buta darimu, Sunbaenim," balas gadis itu menggunakan bahasa formal setengah bercanda. Sang lawan bicara hanya terkekeh mendengarnya.
Lonceng di atas pintu berbunyi menandakan ada orang yang masuk. Sang pria berdiri dari duduknya dan berniat untuk mengingatkan bahwa jam terima order sudah habis. Gadis di hadapannya ikut menoleh ke arah pintu.
"Sungmin-ssi, annyeonghaseyo," sapa gadis itu ramah sambil sedikit membungkuk.
Wonwoo mengangkat pandangannya dari buku setelah mendengar nama manajernya disebut. Ia melihat orang yang ditunggu-tunggunya itu sedang beramah-tamah dengan pegawai cewek tadi.
"Ah, Yoon Areum-ssi. Maaf datang malam-malam begini," kata Sungmin sopan.
"Tidak masalah," jawab gadis bernama Areum itu sambil tersenyum ramah. "Maaf sekali tapi kami sudah tidak menerima pesanan dan sebentar lagi cafenya akan segera tutup."
"Saya kemari karena harus menjemput seseorang," jawab Sungmin sambil menunjuk Wonwoo yang masih diam mengamati dari tempat duduknya.
Areum dan Hyunbin serentak menoleh ke arah yang ditunjuk manajer Seventeen itu. Merasa dirinya sedang menjadi bahan pembicaraan, Wonwoo berdeham, ia kemudian berdiri. Ia mengangguk kecil ke arah Areum dan Hyunbin yang dibalas dengan perlakuan serupa oleh keduanya. Wonwoo memasukkan buku yang tadi dibaca ke dalam tas ranselnya dan berjalan menghampiri Sungmin.
"Jangan bilang kalau dia ini...," ucap Areum sambil membelalakkan matanya menatap Wonwoo dan Sungmin bergantian.
"Iya, dia juga anggota Seventeen. Bukankah kau pernah berkunjung ke dorm Seventeen? Memang Jeonghan tidak mengenalkannya padamu?" tanya Sungmin sambil terkekeh melihat ekspresi terkejut Areum.
Areum menggeleng pelan masih dengan mulut setengah terbuka. "Jeonghan Oppa sangat menjaga adik-adik perempuannya agar tidak kontak dengan member Seventeen," kata Areum sambil menggaruk pelan belakang kepalanya yang tidak gatal. "Yah, salahku juga sih yang tidak berusaha mengenali tiap anggota group kakak sepupuku itu."
"Kau terlalu sibuk belajar dan menulis, Yoon Areum," ujar pria di sebelahnya yang sedari tadi diam.
Areum menoleh ke samping. Ia baru sadar belum mengenalkan kedua pria itu.
"Hyunbin Oppa, kenalkan Park Sungmin, manajer grup kakak sepupuku. Sungmin-ssi, perkenalkan ini Oh Hyunbin, pemilik cafe ini sekaligus sunbae-ku di universitas dulu." Sungmin dan Hyunbin saling berjabat tangan.
"Aku Jeon Wonwoo," ucap Wonwoo ikut bicara karena merasa diabaikan kehadirannya. "Kau kan belum kenal denganku. Padahal aku sudah lama mengenal Jeonghan hyung."
Areum menatap pria bertubuh kurus di hadapannya. Ia membungkuk meminta maaf karena tidak mengenali Wonwoo yang merupakan rekan kerja kakaknya sekaligus idol yang grupnya sedang naik daun saat ini.
"Aku Yoon Areum, salam kenal. Maafkan aku tidak mengenalimu. Kalau tahu kau teman Jeonghan Oppa, pasti tidak kubiarkan kau menunggu seorang diri," kata Areum terdengar menyesal.
Sudut-sudut bibir Wonwoo terangkat sedikit. "Tidak masalah. Kau tidak mengusirku saat jam toko tutup pun aku sudah sangat berterimakasih."
"Kalau begitu sebaiknya kita segera pulang. Terima kasih Areum-ssi, Hyunbin-ssi," kata Sungmin. Wonwoo terpaksa mengikuti langkah hyung-nya itu menuju mobil setelah selesai berpamitan. Dalam hati Wonwoo menyesal tidak mengobrol dengan gadis itu sedari awal. Yah, paling tidak ia sudah tahu namanya.
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top