[WOOZI] Happy Anniversary!
Han Hyesung menutup pintu mobil di balik punggungnya. Ia melihat jam di pergelangan tangan. Sudah pukul 09.00. Ia berharap sesampainya di rumah, Jihoon sudah bangun dan siap pergi sesuai dengan rencana yang mereka buat minggu lalu.
Sudah seminggu ini Jihoon tinggal bersama dengan Hyesung di unit apartemen milik gadis itu. Setelah pulang dari berlatih di gedung agensi, Jihoon pasti lebih memilih pulang ke rumah Hyesung dibandingkan dorm Seventeen. Sepertinya pria itu ingin menebus waktu yang sempat hilang ketika mereka berdua mengalami konflik yang membuat keduanya harus berpisah selama empat tahun.
Hyesung memasukkan password ke panel pintu apartemen miliknya. Ia melepas sepatu dan berjalan lunglai ke ruang tengah. Jujur saja, energinya sudah terkuras habis akibat jadwal jaganya semalam. Beruntunglah esok harinya adalah Jumat. Ia jadi mendapat waktu istirahat hingga weekend berakhir.
"Jihoon oppa!" panggil Hyesung sambil duduk di sofa. Ia mengurut tengkuknya yang kaku akibat kurang tidur semalaman.
Tidak ada jawaban. Hyesung mengernyitkan dahi. Jangan-jangan Jihoon tidak ada di rumah. Tapi seingatnya, tadi ia melihat sepatu kekasihnya itu tersusun di rak sepatu depan.
Hyesung berjalan ke dapur. Ia menarik satu botol air mineral dingin dari dalam kulkas. Gadis itu berjengit ketika melihat tumpukan piring kotor di bak cuci piring. Hal itu membuat rasa lelahnya makin bertambah saja. Dengan kesal, Hyesung meletakkan botol yang baru ia habiskan sepertiga isinya di atas meja dan bergegas masuk ke dalam kamar.
"Jihoon op...," panggilan Hyesung mengambang di udara. Ia mendapati orang yang dicarinya masih bergelung di balik selimut.
Hyesung menghela napas panjang. Bagaimana bisa ia melupakan fakta bahwa kekasihnya itu paling susah bangun pagi. Berharap bahwa Jihoon sudah siap untuk kencan mereka? Sepertinya harapan Hyesung tidak akan terkabul hari ini.
Dengan perlahan Hyesung mengguncangkan bahu Jihoon. "Oppa, bangun, ini sudah pagi."
"Hmm," Jihoon membalik tubuhnya hingga terlentang. Dengan enggan ia membuka kedua mata. Seulas senyum terukir di wajah putihnya. "Kau sudah pulang, Hyesung-ah?"
Hyesung mengangguk kecil. Ia berusaha menyembunyikan rasa kesalnya dengan membalas senyuman pria itu. "Cepatlah bersiap. Kita jadi pergi ke taman bermain, kan?"
Senyuman Jihoon menghilang. "Hmm, bagaimana kalau kita menghabiskan waktu bersama di rumah? Kita bisa pergi besok atau lusa. Semalaman aku lelah membuat lagu."
Hyesung mengerucutkan bibirnya. "Kalau Sabtu atau Minggu pasti penuh, Oppa."
"Aku lelah, Hyesung-ah," kata Jihoon lagi. "Kau juga pasti lelah kan sehabis pulang dari jaga malam?"
Hyesung diam saja. Ia menunduk sembari memain-mainkan jari tangannya.
"Movie date, okay? Aku janji besok kita akan pergi ke taman hiburan. Berangkat dari pagi. Hm?" tawar Jihoon lagi sambil bangun dari posisi tidurnya.
Hyesung mengangguk pelan. Walaupun tubuhnya lelah, pikiran bahwa dirinya akan menghabiskan waktu bersama Jihoon dengan pergi ke taman hiburan Hyesung semangat kembali. Rencana itu terpaksa batal. Ia harus puas hanya dengan berdiam di rumah. Padahal sudah lama Hyesung mendambakan kencan outdoor sesuai keinginannya. Kepribadian Jihoon yang cenderung tertutup membuat mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Yang penting kebersamaan, katanya. Yah, Hyesung harus senang hanya dengan movie date. Lagi.
Jihoon mencium bibir Hyesung sekilas sebelum bangkit berjalan menuju kamar mandi. "Kalau begitu, kau juga lebih baik membersihkan diri dulu. Aku akan menyiapkan film dan makanan. Jadi, kau tidak perlu memasak."
"Oppa," panggil Hyesung lagi, membuat langkah Jihoon terhenti. "Jangan lupa cuci piringnya."
---
Jihoon dengan semangat mengganti film. Ia kembali duduk di sofa sebelah Hyesung. Sudah film kedua yang diputar. Hampir dua setengah jam mereka berdua hanya duduk bersama menonton film. Hyesung yang biasanya selalu ramai berkomentar saat menonton, hari ini hanya diam saja.
Jihoon merangkul bahu Hyesung. Pria itu menarik gadis di sisinya mendekat hingga kepala Hyesung bersandar kembali di bahunya. Sepertinya Jihoon tidak menyadari suasana hati kekasihnya saat ini.
Film berjudul Doctor Strange keluaran tahun 2016 mulai ditampilkan di layar televisi. Dengan antusias Jihoon bercicit tentang film yang akan dimainkan. Hyesung tidak tertarik. Entah sudah keberapa kali mereka menonton ulang film serial dari Marvel Cinematic Universe. Hyesung bahkan sudah hapal semua alur ceritanya. Ia heran, kapan Jihoon akan bosan dengan cerita para superhero seperti itu.
Hyesung memeluk erat bantal sofa di pangkuannya. Jujur saja, ia bosan. Kelopak mata gadis itu memberat. Tanpa sadar ia tertidur dengan kepala masih bersandar di bahu Jihoon. Kekasihnya itu sendiri masih asyik dengan tontonan di hadapannya.
---
"Hyesung-ah," suara merdu Jihoon membangunkan gadis itu.
Hyesung membuka kedua matanya dengan enggan. Ia hanya menggeliat pelan, membenahi posisi kepalanya mencari tempat yang lebih nyaman di bahu Jihoon. Pria itu sampai kegelian karena rambut lembut kekasihnya menggelitik leher dan telinga.
"Hyesung-ah, bangun. Kalau kau lelah, lebih baik tidur di kamar saja," panggil Jihoon lagi.
Kali ini Hyesung benar-benar bangun. Ia menatap pria di sampingnya dengan mata setengah terbuka. "Filmnya sudah selesai?"
Jihoon mengangguk. Ia benar-benar gemas dengan wajah mengantuk Hyesung saat ini. Sebelah tangannya terulur untuk menepuk puncak kepala gadis itu.
"Kau mau makan siang dulu atau tidur? Hm, mungkin aku bisa telepon delivery service," tawar Jihoon.
Hyesung menggeleng. Kalau ia sudah mengantuk, lapar pun tidak ia rasa. Gadis itu sekalinya sudah tidur benar-benar susah untuk langsung sadar.
"Aku ngantuk. Mau tidur."
"Kalau begitu, pergilah ke kamar," ucap Jihoon. Ia berdiri untuk membersihkan sisa-sisa camilan yang hampir ia habiskan sendiri semuanya saat menonton tadi.
"Oppa tidak ikut?"
"Aku harus menyelesaikan aransemen lagu semalam. Kau tidur saja dulu pasti lelah sehabis jaga malam kan," jawab Jihoon sambil berjalan menjauh ke arah dapur.
Hyesung menghela napas panjang. Percuma saja ia merencanakan akhir pekan bersama pria itu kalau ternyata sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tanpa bicara lebih lama lagi, gadis itu masuk ke dalam kamar.
---
Hyesung meregangkan kedua lengan ke atas. Ia melihat jam di dinding kamarnya. Pukul tiga sore. Ia merasa tidurnya sangat nyenyak. Rasa lelah akibat jaga semalaman di rumah sakit pun sudah menguap entah kemana. Kini Hyesung benar-benar bugar kembali.
Gadis itu berjalan ke luar kamar. Ia mengambil air mineral dingin dari dalam kulkas dan meminumnya pelan. Ekor matanya menangkap bayangan Jihoon yang sedang serius menatap layar laptopnya di lantai dua. Hyesung memajukan bibir. Perasaan kesal pada pria itu belum menghilang.
Hyesung kembali masuk ke dalam kamarnya. Tak berapa lama kemudian gadis itu keluar dengan pakaian olahraga lengkap. Rambut hitam panjangnya dikucir jadi satu ke atas. Hyesung mengisi botol minum dengan air mineral di dapur.
"Mau olahraga?" Hyesung berjengit kaget. Hampir saja ia menjatuhkan botol minum yang sedang dipegangnya.
Hyesung berbalik badan. Ia mendapati Jihoon sedang mengambil sekaleng minuman bersoda dari dalam kulkas.
"Oppa mengejutkanku," ucap Hyesung sambil mengelus dada. Gadis itu kemudian melanjutkan kegiatannya yang sempat terinterupsi. "Iya, cuacanya enak untuk jogging di luar."
Jihoon melihat ke arah luar dari kaca yang sekaligus menjadi dinding apartemen Hyesung. Matahari memang tidak bersinar terlalu terik. Suasana di sekitar sungai Han pun ramai oleh orang yang berolahraga atau sekarang jalan-jalan.
"Benar juga," kata Jihoon. Ia menyesap perlahan isi kaleng minuman di tangannya.
Hyesung mendapat ide. "Bagaimana kalau oppa ikut denganku? Kita bisa main basket bersama kalau mau."
Jihoon menggeleng. "Pekerjaanku masih menumpuk. Saat ini di otakku sedang banyak inspirasi, aku harus langsung menuangkannya sebelum kehabisan akal."
Senyum Hyesung menghilang. Gadis itu membuang napas tanpa kentara. "Kalau begitu, aku pergi dulu," pamitnya pada Jihoon. Ia berlalu begitu saja ke arah pintu.
"Okay, hati-hati ya! Jangan pulang terlalu larut!"
Blam! Hyesung menutup pintu di balik punggungnya tanpa membalas ucapan kekasihnya. Ugh, menyebalkan. Jihoon benar-benar tidak peka!
---
Hyesung kembali dari olahraga sore dengan perasaan senang. Berinteraksi dengan banyak orang membuat mood gadis itu membaik. Setidaknya ia bisa melupakan sejenak perasaan kesalnya pada Jihoon.
Ia berjalan masuk ke dalam kamar. Gadis itu mendapati Jihoon sedang serius menuliskan sesuatu di atas kertas, menghadap meja. Sepertinya ucapan pria itu tadi sore benar. Terbukti sampai sekarang Jihoon masih bekerja keras dan berkutat dengan peralatannya. Bahkan Jihoon tidak mengindahkan Hyesung yang sudah pulang. Tatapan pria itu hanya terfokus pada pekerjaannya. Sesekali Jihoon bersenandung kecil, ia kemudian beralih pada laptopnya. Pria itu akan mencari nada-nada yang sesuai dengan bayangannya menggunakan aplikasi piano yang ter-install di sana.
Hyesung membiarkan Jihoon. Ia tidak berani mengusik kekasihnya itu jika sedang dalam mode workaholic seperti sekarang. Gadis itu berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Lima belas menit kemudian, Hyesung sudah selesai mandi. Gadis itu berjalan ke arah meja rias dan mengeringkan rambutnya yang basah. Sesekali matanya melirik ke arah Jihoon. Pria itu sama sekali tidak terusik oleh bunyi hair dryer yang sedang dipakainya sekarang.
"Oppa," panggil Hyesung. Ia merapikan pengering rambut yang baru saja ia gunakan.
"Hmm?" Jihoon tidak mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Hyesung berjalan menghampiri Jihoon yang masih duduk. Ia mengaitkan kedua lengannya di leher pria itu dari belakang. Dengan manja ia meletakkan dagunya di puncak kepala Jihoon.
"Masak bersama, yuk. Aku udah beli daging banyak nih," pinta Hyesung manja.
Jihoon tidak terganggu sama sekali. Tangannya masih sibuk mengedit beberapa bagian lagu. Bahkan sikap manja Hyesung yang sangat jarang ia keluarkan tidak mempan untuk mengalihkan perhatiannya.
"Tidak perlu masak. Delivery saja ya? Biar kau tidak repot," jawab Jihoon dengan suara datar.
Hyesung mengerucutkan bibir. Padahal ia sengaja mengajukan ide itu untuk menghabiskan waktu bersama dengan kekasihnya. Kalau kencan outdoor tidak bisa dilaksanakan, setidaknya mereka berdua masih punya waktu untuk melakukan kegiatan bersama. Bukan hanya sekadar duduk diam menonton film.
Hyesung mengurai pelukannya. "Aku sudah beli banyak lho. Sayang kalau tidak dimasak," bujuk Hyesung lagi.
Jihoon memutar kursinya hingga menghadap ke arah sang kekasih. "Kau mau memasak?"
Hyesung mengangguk semangat. Secercah harapan menyinari dirinya. Matanya kembali berbinar, menatap Jihoon penuh harap.
"Ya sudah, kau masak saja. Nanti yang cuci piring dan beres-beres biar aku," kata Jihoon. Ia mengusap sebelah pipi Hyesung sebelum kembali menghadap ke laptopnya.
Hyesung bengong. Ia mengedipkan matanya berulang kali. Gadis itu tidak percaya dengan indra pendengarannya.
---
Hyesung memasak daging sapi kesukaannya dengan hati dongkol. Sebenarnya ia sudah biasa dengan sikap cuek Jihoon selama ini. Pria itu memang paling malas kalau diajak keluar rumah. Namun, yang tidak biasa dari hari ini adalah... sekarang tanggal anniversary mereka! Bagaimana bisa cowok itu melupakannya?
Hyesung mengusap setetes air mata yang sudah mau merembes keluar. Ia kalau kesal memang tidak bisa langsung bicara pada orangnya. Hyesung lebih sering memendamnya sendiri. Alhasil, kalau ia sudah kelewat kesal, ia hanya bisa menangis tanpa suara.
Gadis itu menata hasil karyanya dengan cantik di atas piring. Hyesung menyajikan aneka masakannya yang sangat menggugah selera di atas meja bar. Walaupun Jihoon tidak ingat, Hyesung tentu saja tidak mungkin ikut pura-pura lupa. Sejak sebulan yang lalu, ia sudah mendambakan akan menghabiskan waktu berdua dengan Jihoon secara romantis. Ia tidak bisa membiarkan hari ini berakhir dengan biasa saja.
Setelah puas dengan tatanannya, Hyesung tersenyum. Ia melepas apron yang dikenakannya dan berjalan menuju kamar. Gadis itu berniat untuk memanggil Jihoon, mengingatkan bahwa makan malam sudah siap.
"Oppa!" Panggil Hyesung dengan nada yang dipaksakan ceria sambil membuka pintu kamar.
Jihoon tampak bergelung di dalam selimut. Pria itu tidur bagai mati. Hyesung menghela napas panjang. Ia berusaha berpikir positif dan menyemangati diri sendiri dalam hati.
"Oppa, bangun!" Hyesung menepuk-nepuk pipi Jihoon. "Ayo makan malam."
"Nanti saja. Aku capek sudah bekerja seharian," balas Jihoon tanpa membuka mata. Pria itu malah berbalik badan jadi memunggungi Hyesung.
"Oppa!" Kali ini Hyesung menarik selimut yang digunakan Jihoon. "Makan dulu. Aku sudah capek-capek masak lho."
"Aku kan sudah bilang agar pesan antar saja," gumam Jihoon dalam tidurnya.
Deg! Kesabaran Hyesung habis. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya menahan gemas.
"Bangun dulu, temani aku makan. Akhir-akhir ini kan kita jarang makan bersama," kali ini Hyesung sudah setengah merengek. Ia mengguncang-guncangkan badan Jihoon sekuat tenaga. "Oppa! Bangun!"
"Argh! Berisik!" Jihoon meninggikan nada suaranya. Otomatis tangan Hyesung berhenti bergerak. "Kalau kau segitu laparnya, makan saja duluan. Aku pasti makan setelah bangun tidur nanti."
Hyesung mematung. Baru sekali ini Jihoon membentaknya secara langsung. Bahkan pria itu tanpa peduli kembali tidur. Jihoon menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya. Hyesung telah mencapai batas kesabaran. Seharian ini Jihoon benar-benar menyebalkan. Terlebih lagi dengan kalimat menyakitkan tadi.
Sambil menahan tangis, Hyesung menarik jaketnya dari dalam lemari. Tangan lainnya meraih tas dan kunci mobil di atas meja. Ia berjalan keluar kamar dengan langkah menghentak-hentak. Dengan sekali sentakan, pintu kamarnya kembali tertutup dengan suara menggelegar. Hyesung marah.
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top