[JEONGHAN] After Wedding

Nari mengerjap-erjapkan matanya berulang kali. Bel pintu yang menandakan ada tamu datang, membangunkannya. Ia mengerang pelan ketika sebuah benda berat di perutnya makin mengetatkan pelukannya.

"Jeonghan, ada tamu," panggil Nari sambil menepuk-nepuk pipi suaminya itu agar bangun. Ia sendiri malas untuk melihat siapa yang datang.

"Hmm," Jeonghan hanya bergumam kecil. Ia tidak membuka matanya sama sekali.

"Jeonghan, bangun," Nari sedikit mengeraskan suaranya.

"Hmmmm," gumaman Jeonghan justru makin bertambah panjang. Pria itu menggeliat dalam tidurnya. Sebelah tangannya bergerak-gerak seperti mencari sesuatu.

"Ya!" Nari mendorong Jeonghan menjauh sekuat tenaga. Wanita itu langsung menyambar selimut dan menariknya hingga dagu. Nari baru sadar bahwa ia tidak mengenakan satu helai pakaian pun di balik selimut ketika tangan Jeonghan berbuat nakal dengan langsung menyentuh dadanya. Skin to skin.

Jeonghan akhirnya membuka kedua mata dan menunjukkan senyum jahilnya. Dengan mata sayu sehabis bangun tidur, rambut cokelat yang berantakan, dan smirk andalannya itu, siapa pun yang melihatnya pasti akan terpesona. Tak terkecuali Nari. Walaupun sudah tiga hari menyandang status sebagai istri pria itu, jantungnya tetap berdebar keras tiap melihat pemandangan indah di kasurnya pada pagi hari.

Ting tong!

Nari tersadar. Ia melirik tajam ke arah suaminya yang malah memasang posisi seperti akan kembali tidur. Kesal, Nari menendang pelan punggung telanjang Jeonghan yang berbaring membelakanginya.

"Aduh, ada apa sih Nari? Pagi-pagi udah brutal?" Jeonghan akhirnya bangun. Ia menarik tubuhnya hingga duduk bersandar di kepala kasur.

"Nggak denger? Bel daritadi bunyi. Ada tamu," seru Nari kesal.

"Ya dibukain dong, sayang," kata Jeonghan lagi. Tuh kan, panggil sayang kalau ada maunya doang. Batin Nari.

"Kamu gak liat kondisi aku gimana sekarang, hm?" Nari berusaha sabar. "Kamu aja sana yang pake baju, kan lebih cepet."

Jeonghan tersadar. Ia memandangi Nari dengan kedua mata mengerjap-erjap pelan. Pandangannya turun ke atas tangan Nari yang masih memegangi ujung selimut kuat-kuat untuk menutupi tubuhnya.

Pria itu menyambar bathrobe yang terserak di lantai akibat perbuatan mereka semalam dan segera memakainya. Sebelum membuka pintu kamar, ia menaik-naikkan kedua alisnya memandang ke arah Nari.

"Aku terima tamu dulu ya, sayang. Habis itu kita main lagi."

"Ya! Yoon Jeonghan mesum!"

Jeonghan tertawa keras. Ia segera melesat keluar sebelum kena timpuk bantal yang dilemparkan istrinya itu.

---

Nari keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap. Kini tubuhnya sudah segar kembali. Ia tiba-tiba menghela napas panjang. Matanya memandang ke arah ranjangnya yang sudah tidak berbentuk. Nari jadi teringat permainan panasnya dengan Jeonghan semalam.

Emang seheboh apa sih, sampai berantakan banget kayak gini. Keluh Nari dalam hati. Tangannya mulai memunguti satu per satu potongan pakaian miliknya dan sang suami. Ia memasukkannya ke dalam keranjang laundry. Nari kemudian sadar. Ia tidak menemukan jejak keberadaan Jeonghan. Padahal ia sudah menghabiskan sekitar dua puluh menit di dalam kamar mandi.

Nari berjalan ke ruang tengah, berniat menyuruh Jeonghan mandi. Hari ini mereka berdua berencana berangkat ke Jeju untuk honey moon. Yup, mereka baru berangkat sekarang karena selama dua hari pertama setelah resepsi pernikahan, mereka benar-benar tepar karena kelelahan. Persiapan pernikahan, urusan pekerjaan, pindahan rumah. Maka dari itu, mereka baru menunaikan malam pertama mereka tadi malam. Itu pun karena Jeonghan yang meminta. Kalau tidak sepertinya Nari lebih memilih tidur cepat.

Dan... sepertinya keputusan Nari salah. Badannya sungguh lelah. Ia pikir Jeonghan tidak akan bermain lama semalam karena paginya mereka baru saja selesai membersihkan rumah baru mereka. Ternyata, pria itu malah meminta lebih. Alhasil mereka baru menyelesaikan permainan dini hari dan terbangun hampir pukul sembilan. Kalau tidak ada tamu yang datang sepertinya mereka akan melewatkan waktu sehari di rumah lagi.

Nari menghampiri Jeonghan yang tampak sedang serius melihat layar ponselnya. Di tangan lainnya tampak selembar kertas. Dahinya berkenyit tampak berpikir keras.

Nari menelan ludah susah payah. Suaminya itu hanya mengenakan bathrobe putih tanpa pakaian apapun dibaliknya. Rambutnya masih acak-acakan. Kacamata bundar miliknya menggantung di ujung hidung. Ditambah dengan ekspresinya saat sedang serius seperti sekarang. Benar-benar menggemaskan.

"Jeonghan-ah," panggil Nari sambil jalan mendekat. Ia duduk di samping Jeonghan yang kosong. "Kau sedang apa?"

"Eoh?" Jeonghan mengangkat wajahnya mendengar suara Nari. "Ah, ini kita mendapat kiriman paket dari Indonesia."

"Indonesia?" Nari tak mampu menyembunyikan keheranannya.

Jeonghan mengangguk kecil. "Dari Melodi." Nari masih menaikkan kedua alisnya. "Itu... penggemar kita dari Indonesia sekaligus sahabat Myunghao. Hmm, sepertinya mereka juga punya hubungan lebih dari sahabat seperti kita."

Wajah Nari memerah ketika mendengar kata 'kita' keluar dari mulut Jeonghan. Ya, sahabat masa kecilnya kini sudah menjadi suami sahnya. Siapa yang menyangka?

Nari mengangguk-angguk mengerti. "Terus, kenapa kau terlihat bingung?"

Tangan Nari terulur meraih satu dus besar di meja. Ia melihat isinya. Mulutnya membulat ketika mendapati banyak barang imut di dalamnya. Perlengkapan bayi! Nari menarik keluar satu per satu. Ada yang berwarna biru, ada pula yang berwarna merah. Sepertinya ini hadiah pernikahan untuk mereka berdua agar cepat memiliki momongan.

"Melodi sengaja menulis suratnya dalam bahasa Indonesia. Tidak ada satu pun kalimat yang aku mengerti," keluh Jeonghan. Matanya masih sibuk bergantian melihat ke arah ponsel dan kertas yang dipegangnya.

Nari terkekeh pelan. Jadi itu masalahnya. Jeonghan kini sedang sibuk mentranslate satu per satu kata di surat itu. Nari membiarkan Jeonghan asyik dengan kegiatannya. Ia sendiri kini sudah asyik melihat benda-benda mungil pemberian Melodi.

Secarik kertas berwarna ungu mencuat dari balik lipatan baju bayi. Nari menariknya keluar karena penasaran. Ah, surat lagi. Tapi kali ini dengan bahasa Inggris.

Mata Nari bergerak cepat membaca baris demi baris isi surat itu. Ia tersenyum kecil ketika sampai di bagian yang mengatakan bahwa Melodi meminta maaf karena tidak bisa hadir secara langsung di acara pernikahan mereka. Sebagai gantinya ia mengirim hadiah ini ke alamat rumah baru Nari dan Jeonghan, tentu saja ia tahu dari Myunghao dan akan merahasiakannya dari fans lain. Senyum Nari menghilang ketika membaca paragraf berikutnya. Kini matanya melebar terkejut, pipinya merona merah. Ia segera menarik kertas yang masih berada di dalam genggaman tangan Jeonghan.

"Kenapa?" tanya Jeonghan heran.

Nari tidak bisa berkata-kata. Ia menyembunyikan kertas itu di balik punggungnya. Dengan gugup wanita itu menampilkan senyum kakunya.

"Ini... bukan sebuah surat," jawab Nari.

"Terus?" Dahi Jeonghan makin berkerut.

Resep sekaligus tips dan trik agar cepat punya anak, batin Nari.

"Bukan apa-apa, jangan dipikirkan. Biar aku yang menerjemahkannya nanti," elak Nari.

Jeonghan tidak percaya begitu saja. Ia berusaha merebut kertas itu lagi dari Nari. Semakin dilarang, semakin ia penasaran.

"Ah!" Pekik Nari tertahan. Punggungnya sudah jatuh ke sofa. Ia menahan napas ketika Jeonghan berada tepat di atasnya.

"Cepat serahkan atau aku akan melakukan hal yang lebih jauh dari ini," kata Jeonghan mengancam.

"Ap.. apa yang mau kau lakukan?" Tanya Nari takut-takut.

Jeonghan mengecup bibir Nari sekilas. Kemudian ciumannya menjalar ke leher gadis itu. Seketika Nari mendorong Jeonghan agar menjauh.

"Ya! Pervert!"

Jeonghan tertawa. Ia memang suka menjahili Nari dari dulu. Entah mengapa wajah kesalnya selalu dapat membuat Jeonghan tertawa. Membuatnya kesal sudah menjadi candu bagi dirinya.

Tawa Jeonghan mereda. Ekor matanya menangkap sehelai kertas berwarna ungu di atas meja. Dengan cepat ia meraihnya. Ia harus membacanya sebelum Nari merebutnya seperti tadi.

"Yang itu jangan dibaca juga!" Pekik Nari panik. Ia mengulurkan tangannya, namun Jeonghan lebih sigap. Pria itu mengangkatnya ke udara masih dengan tetap membacanya.

Cup! Nari terdiam akibat perbuatan Jeonghan barusan. Selain berbuat jahil, kebiasaan baru Jeonghan sekarang adalah mencuri kecupan ringan dari Nari untuk membuatnya terdiam.

"Oh jadi itu isinya," kata Jeonghan setelah selesai membaca isi surat dari Melodi. Ia memandang ke arah Nari yang masih mematung. "Kalau begitu kau saja yang simpan. Aku sudah mahir, sepertinya kau lebih butuh tutorial," Jeonghan mengakhiri kalimatnya dengan tatapan jahilnya. "Atau... kau mau kuajari? Kita bisa praktek langsung sekarang juga."

"Ya! Menyebalkan!" Nari memukuli lengan Jeonghan dengan membabi-buta. Pria itu hanya tertawa lebar. Puas karena Nari akhirnya berhasil ia jahili lagi.

Jeonghan menangkap tangan-tangan Nari yang masih tidak lelah memukulinya. Ia beranjak dari duduknya.

"Sssttt, simpan energimu untuk bulan madu kita," Jeonghan mengecup kening Nari pelan. "Aku siap-siap dulu ya. Sebelum berangkat ke bandara nanti, kita mampir di cafe biasa, okay? Perutku lapar."

---


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top