[DINO] Boys Day Out 2
Gerakan menari Chan terhenti ketika matanya menangkap bayangan pergerakan Taeyun dari pantulan kaca. Putranya yang satu itu sudah bangun dari tidurnya. Tanpa menangis, Taeyun mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia merasa asing dengan tempat luas dan penuh suara berisik itu.
Chan mengamati dari jauh. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Taeyun begitu bangun di tempat yang baru.
Sang Ayah langsung melaju dengan kecepatan kilat ketika melihat Taeyun berusaha keluar dari baby stroller-nya seorang diri. Bahkan keseimbangan kereta dorong itu sempat oleng karena tidak mampu menahan beban berat badan Taeyun yang bergerak heboh di atasnya. Untung saja Chan cepat bertindak. Kalau tidak mungkin sekarang Taeyun sudah jatuh terjerembab dengan kereta dorong berada di atas tubuhnya.
"Kau membuat Appa hampir saja terkena serangan jantung," keluh Chan saat berhasil menangkap Taeyun dalam gendongannya.
Taeyun menoleh. Senyumnya mengembang melihat wajah yang ia kenali.
"Appa!" ocehnya senang. Ia bahkan tidak tahu bahwa Chan sangat khawatir dengan perbuatannya barusan. Ya, namanya juga bayi.
"Hebat!" puji Hyerim noona ketika melihat kesigapan Chan dalam menangkap tubuh Taeyun. "Bagaimana bisa kau melihatnya dan bergerak secepat itu?"
"Insting seorang ayah," kilah Chan. Ia meletakkan Taeyun di lantai dan membiarkan anaknya pergi menghampiri Taeyong di sudut ruangan. Saudara kembarnya itu sedang asyik bermain robot-robotan seorang diri di atas matras.
Soonyong dan Hyerim ber-oh ria mendengar jawaban Chan. Pria berumur 26 tahun itu melenguh karena malu. Bahkan dirinya saja geli karena mengeluarkan jawaban seperti tadi.
"Koreografinya sudah selesai, paling hanya akan dibenahi disana-sini sebagian setelah pertemuan dengan semua member," kata Soonyoung, ia kembali serius dalam menghadapi pekerjaannya. "Lagipula sepertinya kalau Taeyun sudah bangun, kau harus ekstra mengawasinya, Chan."
Chan mengangguk. Ia baru akan bisa tenang jika anaknya yang satu itu terlelap.
"Baiklah," kata Hyerim noona setuju. "Aku juga harus bersiap-siap datang ke konser Super Junior. Eunhyuk memintaku untuk datang."
"Kau akan pergi bersama siapa, noona?" tanya Chan.
"Tentu saja denganku," kali ini Soonyoung yang menjawab. Di antara anggota Seventeen, Soonyoung memang sering kali menghadiri acara konser para artis SM Entertainment. Kenalannya banyak.
"Kalian semua sibuk ya," kata Chan, lebih pada diri sendiri. Ia memperhatikan kedua putra mungilnya yang sedang bermain bersama. "Sebaiknya aku kemana ya? Di rumah pun tidak ada kegiatan yang bisa aku lakukan."
"Ajak saja mereka pergi ke taman bermain atau kids cafe," usul Hyerim, arah pandangnya mengikuti mata Chan memandang. "Mereka pasti jarang bermain di luar karena kesibukan kedua orang tuanya."
"Kids cafe? Membawa si kembar seorang diri kesana?" tanya Chan tidak percaya. "Wah, energiku bahkan tersisa tidak sampai lima puluh persen saat ini. Bagaimana aku bisa mengasuh mereka berdua?"
"Ajak saja Jeonghan hyung," kata Soonyoung memberi solusi. "Kudengar hari ini dia tidak bisa ikut latihan vocal bersama yang lain karena harus mengurus Haneul di rumah. Nari sedang pergi keluar kota karena urusan pekerjaan."
Chan menimbang-nimbang. Yah, tidak ada salahnya dicoba. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan berniat menghubungi hyungnya yang satu itu. Sudah lama juga Taeyong dan Taeyun tidak bermain bersama dengan Haneul, anak Jeonghan hyung.
"Kalau begitu, kami pergi dulu ya," kata Hyerim sambil menyampirkan tasnya di bahu.
"Selamat bersenang-senang!" seru Soonyoung. Pria itu menghampiri Taeyong dan Taeyun di pojok ruangan. Dengan gemas, ia menciumi pipi keduanya bergantian. Si kembar dibuat tertawa oleh tingkahnya. "Samchon pergi dulu ya. Lain kali aku akan bermain bersama kalian lebih lama."
"Da... da... da," oceh Taeyun sambil menggerakkan kedua tangannya riang.
---
"Gom semariga han chibeyiso," Chan bersenandung riang di dalam mobil. Ia melihat ke arah Taeyong dan Taeyun yang duduk di kursi belakang dari kaca spion tengah. Kedua anaknya ikut berceletoh riang menyanyikan lagu yang ia putar.
"Hishuk, hishuk, charhanda," Chan selesai menyanyikan satu lagu. Kedua anaknya berteriak riang sambil menepukkan kedua telapak tangannya. Chan tertawa melihat kelakuan si kembar.
"Okay, lagu berikutnya!" seru Chan. Ia bahkan terlihat lebih bersemangat dibandingkan anak-anaknya.
Chan ikut menggumamkan lagu baby shark. Taeyun tampak menggerakkan kedua tangannya dengan semangat. Ia akan bereaksi seperti itu saat lagu kesukaannya diputar. Di sebelahnya, Taeyong ikut menggerakkan kepalanya. Mereka menari dengan cara masing-masing.
Setelah berkendara kurang lebih setengah jam, Chan sampai juga di tempat janjiannya bersama Jeonghan. Pria itu menghentikan mobilnya di tempat yang telah disediakan. Sekali lagi Chan membaca pesan dari Jeonghan, ia memastikan bahwa tempatnya sudah sesuai dengan maps yang dikirimkan hyung-nya itu.
"Ayo, kita bertemu dengan Haneul!" kata Chan pada dua putranya. Kali ini ia tidak mengeluarkan stroller, capek merakit dan membongkarnya ulang. Apalagi kereta dorong bayi itu cukup besar dan memakan banyak tempat.
Dengan sebuah tas ransel terpasang di punggung, Chan kini siap menggendong si kembar di kedua tangannya. Taeyun merengek. Akhirnya Chan menurunkannya dan menggandeng tangan mungil Taeyun yang menariknya untuk segera masuk ke dalam bangunan tujuan mereka. Kids cafe.
"Annyeonghaseyo," sapa Chan begitu masuk.
Taeyong mengikuti tingkah sang ayah dengan menundukkan kepalanya sopan, seperti ikut menyapa pegawai yang stand by berada di balik meja pelayanan. Berbeda dengan Taeyun yang sudah tak sabar ingin bermain. Kedua kaki kecilnya menghentak-hentak dengan semangat ketika melihat banyaknya wahana menarik di dalam sana.
"Taeyun-ah, lepas dulu sepatunya," pekik Chan panik ketika putranya yang satu itu langsung melesat menuju salah satu mainan. Chan menarik napas panjang. Setelah berhasil melepas sepatu milik Taeyong, ia segera mengejar putranya yang lain dan melepaskan sepatunya.
"Nah, sekarang kalian bebas bermain," kata Chan. Ia memilih duduk memandangi Taeyong dan Taeyun yang sedang asyik memilih mainan di sekitar mereka.
"Chan!"
Si empunya nama menoleh. Ia mengangkat sebelah tangannya membalas sapaan Jeonghan yang muncul tak lama kemudian. Di sebelahnya, Haneul berjalan dengan langkah-langkah kecilnya.
"Aigoo, kau sudah besar, Haneul-ah!" kata Chan gemas. Ia mencubit pipi gembul Haneul pelan sebagai sapaan.
Jeonghan duduk di samping Chan. Ia memangku Haneul dan melepaskan sepatu putranya tersebut. Setelah selesai, Jeonghan melepaskan Haneul begitu saja untuk berlari menuju area mainan mobil dimana Taeyong dan Taeyun juga sedang bermain.
"Hyung, bisakah kau jaga mereka semua?" pinta Chan tiba-tiba. "Aku lelah karena habis latihan. Ditambah lagi Taeyun sedari pagi sangat hiperaktif. Aku mau tidur sebentar."
"Jadi seorang Ayah tidak boleh lemah, Chan," ejek Jeonghan.
Kedua mata Chan sukses membuka lebar. Ia memukul bahu hyung-nya pelan sebagai tanda protes.
"Coba saja kau rasakan punya dua anak kembar seperti Taeyong dan Taeyun, aku yakin kau tidak berani mengatakan kalimat tadi."
Jeonghan tertawa. Ia paling senang melihat wajah kesal para member yang berhasil menjadi korban kejahilannya.
"Baiklah, baiklah," kata Jeonghan pada akhirnya. "Kau istirahat saja dulu, pesan jus atau susu. Jangan kopi."
Chan mengangguk. Tanpa menunggu lama, ia berdiri menghampiri meja penerimaan pesanan dan mengucapkan pilihan menu yang ingin ia santap. Sambil menunggu pesanannya datang, pria itu menelungkup kan kepala di atas meja. Tak lama kemudian ia jatuh tertidur.
---
"Bangunin Appa, bangunin Appa," kata Jeonghan pelan.
Taeyong menatap Jeonghan bingung. Kedua mata lebarnya beralih dari samchonnya itu ke arah sang ayah yang masih tertidur. Taeyun menepuk-nepuk meja di depannya dengan ribut. Bocah kecil itu tidak sabar menunggu menu makanannya yang tak kunjung tiba. Berbeda dengan anak-anak Chan, Haneul justru tampak tertarik dengan rambut pirang milik Chan yang masih damai dalam tidurnya.
"Ah, ah, jangan ditarik!" Rintih Chan kesakitan. Ia kesal karena tidurnya yang berharga jadi terganggu.
"Ba ba ba," kata Haneul. Tangan kecilnya masih berusaha menggapai rambut Chan dan memasukannya ke dalam mulut. Mungkin dikira sebagai permen kapas, saking halusnya.
"Hyung! Hentikan anakmu," keluh Chan.
Jeonghan hanya tertawa. Ia bahkan tidak menghentikan perbuatan Haneul. Alhasil, karena gemas, Chan mengangkat tubuh Haneul dan memangkunya paksa agar anak itu diam.
"Aigoo, darah jahil Jeonghan hyung mengalir di Haneul," keluh Chan.
"Tentu saja, dia anakku," kata Jeonghan, entah mengapa ia terdengar sangat bangga dengan ucapan Chan tadi.
Kedua mata Chan menyipit. Ia menggeleng pelan. "Kasihan sekali Nari Noona. Dia jadi mengurus dua orang bayi di rumah."
"Ya! Aku tidak merepotkan istriku!" protes Jeonghan tak terima.
Chan berdecak. "Ayolah hyung, mengaku saja. Kau sering kali mencuri makanan Haneul karena penasaran kan? Bahkan kau pernah merebut mainan di tangannya hanya karena gemas ingin membuat Haneul menangis."
Jeonghan meringis. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dirinya tertangkap basah.
"Habis, Haneul sangat kuat dan jarang menangis. Dia benar-benar seperti ibunya, tidak manja sedikit pun. Aku kan jadi gemas sendiri," kata Jeonghan.
Chan melirik Haneul yang tampak tenang main di pangkuannya. Seketika ia sadar. Taeyong saja menurutnya sudah cukup diam untuk ukuran bayi, namun putra Jeonghan memang lebih terlihat kalem lagi. Lihat saja, begitu diperintah untuk tidak bermain dengan rambut Chan, Haneul langsung menurut dan memilih meraih mainan di atas meja.
"Kasihan sekali kau, Haneul-ah," kata Chan. Ia memeluk Haneul yang masih berada di pangkuannya dengan penuh kasih sayang. "Kau tinggal saja di rumah kami. Aku akan menjadi Appa baru bagimu."
"Appa!" Taeyong yang sedari tadi bermain dengan tenang di kursi bayi samping kanan Chan tiba-tiba merengek. Ia melemparkan pukulan kecil pada lengan sang ayah yang memeluk Haneul. Kedua sudut bibirnya melengkung ke bawah. Taeyong cemburu.
"Mian, mian. Arrasseo, arrasseo," kata Chan mengerti. Ia mengembalikan Haneul pada Jeonghan dan beralih menghujani wajah Taeyong dengan ciuman ringan. Anak itu seketika tertawa lebar. Sudah cukup ia harus berbagi kasih sayang sang ayah dengan saudara kembarnya, Taeyong tidak rela jika bagiannya kembali berkurang dengan kehadiran anak lain.
"Wuah, makanan sudah datang!"
Chan menoleh karena seruan Jeonghan. Benar saja. Tiga mangkuk kecil berisi bubur kacang merah kini sudah ada di depan. Belum lagi strawberry smoothies yang kini sedang berpindah tempat dari nampan ke meja.
Melihat makanannya sudah datang, Taeyun kembali menjadi semangat. Bocah kecil itu bahkan berdiri di tempat duduk bayinya kini. Chan sampai kaget dan segera memegangi sandaran kursi, takut anaknya akan terjungkir ke belakang.
"Duduk!" perintah Chan. Bahkan sudah dua kali ia menyuruh Taeyun untuk duduk, putranya itu tak juga menurut. Akhirnya Chan memaksanya dengan mengangkat dan mendudukkannya kembali. "Tunggu makanan Appa dan kita akan makan bersama, mengerti?"
Taeyun menatap ke arah sang ayah dengan kedua mata bulat besarnya. Ia menunjukkan tatapan memohon. Lucunya, kedua tangan mungil bocah itu ikut bertemu di depan dadanya. Entah darimana ia belajar gesture tubuh seperti itu di umur sedini ini.
Jeonghan tertawa. "Wah, wah, kau kejam juga pada anak sendiri. Sudahlah, kasih saja, Chan. Lagipula mereka sudah menunggu daritadi."
Chan menoleh. Ia menggeleng tegas. "Tidak, tidak. Nara noona mengajarkan mereka di rumah seperti ini. Jadi aku juga akan menerapkannya."
Jeonghan mengangkat kedua alisnya. Mulutnya membulat. Sesungguhnya ia cukup kagum dan terkejut dengan cara membesarkan anak yang dilakukan Chan. Disiplin sedari dini. Berbanding terbalik dengan Jeonghan. Ia justru siap memberikan apapun pada Haneul asalkan dia bahagia. Maklum, anak pertama dan satu-satunya.
Tak lama kemudian, pesanan makanan Chan dan Jeonghan datang. Sepiring seafood spaghetti terhidang di depan Chan, sedangkan Jeonghan memilih makan pizza dengan topping daging cincang. Kini pesanan sudah lengkap semua berada di atas meja. Saatnya kelima orang tersebut menyantapnya dengan nikmat.
Chan dan Jeonghan menyiapkan makanan untuk anak mereka masing-masing. Sebelum meletakkannya di hadapan sang buah hati, mereka memastikan bahwa temperatur makanannya tidak terlalu panas. Tak lupa, Chan memasangkan celemek makan di leher Taeyong dan Taeyun.
"Selamat makan," kata Jeonghan. Ia bergerak menyuap makanan ke dalam mulutnya, diikuti Chan yang terlambat beberapa menit karena masih repot harus mengurus dua orang anak sekaligus.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top