Meet You
Hyesung dan Midori telah duduk di bangku penonton bagian atas. Ini pengalaman pertama mereka datang ke konser besar seperti ini. Walaupan dulu sudah sering melihat Seventeen berlatih, tetap saja ini pertama kalinya Hyesung menonton aksi panggung mereka secara langsung. Suasananya juga pasti akan terasa sangat berbeda.
"Kita benar duduk disini kan?" tanya Midori entah untuk keberapa kalinya.
"Iya, percaya saja padaku," kata gadis disebelahnya dengan cuek. Hyesung sedang mengutak-atik Carat bong ditangannya. "Midori, lightstick-mu nyala tidak?"
"Nyala kok," jawab Midori sambil menunjukkan lightsticknya. Dengan gemas, gadis Jepang itu mengambil paksa Carat bong di tangan kanan Hyesung dan menyalakannya. "Begini cara pakainya. Kau ini payah sekali. Padahal sudah dekat dengan para member dari zaman dulu, kenapa baru sekarang kau belajar menggunakan benda ini?"
Hyesung menunjukkan deretan gigi putihnya merasa bersalah. Jujur saja, ia merasa belum menjadi bagian dari Carat. Mengenal dekat dengan para member-nya bukan berarti ia rutin meng-update pengetahuan tentang boy group tersebut. Terlebih lagi ia harus melanjutkan studi residensinya yang bisa dibilang sangat sibuk. Hyesung tidak punya banyak waktu untuk bersantai.
Konser hari terakhir Seventeen di Osaka berlangsung meriah. Fans-fans Jepang memang selalu menikmati acara dengan tenang dan tertib. Midori yang tidak terlalu mengenal Seventeen sibuk menghapalkan satu persatu wajah member dan namanya. Satu jam sebelum konser dimulai Midori bahkan baru menghapalkan fanchant yang biasanya diteriakkan oleh para fans.
Hyesung melihat penampilan Seventeen dengan pandangan penuh rasa takjub. Melihat rehearsal dan penampilan live ternyata sangat jauh berbeda rasanya. Masing-masing member memancarkan aura mereka tersendiri. Mungkin pesona ini yang membuat banyak fans jatuh hati pada Seventeen.
Hyesung menangkap sesosok pria berambut hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang pucat. Sosok itu Woozi, bukan Lee Jihoon. Hyesung tersenyum kecut melihat pria yang masih disayanginya hingga kini itu. Posisinya kini tidak jauh beda dengan fans lainnya, hanya mampu melihat dari jauh.
Empat tahun berlalu begitu saja tanpa ada tukar kabar diantara keduanya. Walaupun sudah kembali ke Seoul, Hyesung pun tidak pernah kembali mengunjungi Seventeen. Hyesung hanya beberapa kali bertukar pesan dengan Mingyu setelah mengganti nomornya. Mingyu, yang sudah ia percayai sebagai sahabat, bertugas sebagai informan dengan memberitahukan kabar Jihoon tanpa diminta oleh gadis itu. Sepertinya ia tahu bahwa Hyesung masih belum bisa melupakan perasaannya pada Jihoon.
Gadis itu juga menyewa dorm di rumah sakit, membuatnya jadi lebih jarang kembali ke rumah. Andaikan ada waktu senggang pun, Hyesung lebih sering menghabiskannya dengan tinggal di rumah paman dan bibinya. Adik Jisung, Jinwoo, sudah kembali dari studinya di China, membuat Hyesung tidak terlalu kesepian karena tidak memiliki keluarga yang utuh lagi.
Konser yang berlangsung selama 3 jam itu berlalu terasa sangat cepat. Hyesung dan Midori tetap duduk di kursinya walaupun beberapa penonton lain sudah mulai berbaris dengan tertib keluar dari venue. Jisung mengirimi Hyesung pesan yang menyuruhnya untuk menunggu hingga Jisung menjemput kesana. Tiket konser kali ini pun Hyesung juga mendapatkannya dari kakak sepupunya itu.
Tempat konser sudah semakin sepi. Kini tinggal tersisa Hyesung, Midori, dan beberapa staff yang sedang membereskan peralatan. Midori bahkan bingung kenapa mereka berdua tidak diusir oleh petugas keamanan disana.
"Benar nih kita tunggu di dalam sini?" tanya Midori sambil melihat sekeliling.
"Kakakku pasti sudah memberitahu para staff, pantas saja kita tidak diusir dari sini," jawab Hyesung tenang. Pandangan matanya terpaku pada layar ponsel yang sedang menampilkan pesan ke Jisung yang sudah dibaca sejak 15 menit yang lalu namun belum mendapatkan jawaban hingga kini.
"Sssttt, Hyesung-ah," terdengar suara berbisik tak jauh dari tempat mereka duduk.
Hyesung membalikkan badan menuju sumber suara. Ia mendapati sesosok tinggi menjulang dalam balutan kaos krem dan topi hitam di kepalanya. Hyesung langsung melompat senang dan berjalan cepat menuju pria itu.
"Kim Mingyu!"
Hyesung dan Mingyu saling berpelukan selama beberapa detik. Kerinduan tidak bertemu selama empat tahun akhirnya terbayarkan. Mingyu melepaskan kaitan tangannya dan mengamati gadis di hadapannya dari atas sampai bawah. Ia berdecak penuh rasa kagum.
"Aku hampir tidak mengenalimu karena kini kau berambut pendek dan bertambah tinggi," Mingyu meringis. "Walau hanya sedikit."
"Ya! Kau tetap saja menyebalkan!" Hyesung meninju pelan bahu Mingyu sambil tertawa pelan. "Kenapa kau disini? Tidak langsung kembali ke penginapan bersama yang lain?"
"Belum ada yang kembali ke hotel. Lihat saja, sebentar lagi pasti anak-anak akan muncul dari arah panggung dan sibuk berfoto. Yah... kecuali Jihoon hyung yang selalu memilih untuk langsung tidur seperti biasa," kata Mingyu.
"Kalau begitu aku harus segera pergi dari sini," kata Hyesung panik. Ia masih berusaha menghindar jika harus bertatap muka lagi dengan Seventeen.
Mingyu menahan tangan Hyesung sebelum gadis itu berbalik badan. "Tidak sekarang, Han Hyesung. Kau harus ikut aku ke ruang staff, disana Jisung hyung sudah menunggu."
"Bilang saja padanya untuk menemuiku di rumah Midori," kata Hyesung terus menolak.
Tanpa mempedulikan Hyesung yang masih memberontak, Mingyu mengetatkan cekalan tangannya dan menuntun gadis itu menuju area backstage. Mingyu menoleh ke arah Midori yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka berdua berbicara dalam bahasa yang tidak ia ketahui.
"Kau juga, Midori-san, ikutlah dengan kami," kata Mingyu menggunakan bahasa Jepang.
Midori mengangguk tak tahu apa yang harus dilakukannya kecuali mengikuti perintah cowok yang baru ditemuinya dua hari yang lalu itu. Ia sempat heran mengapa sahabatnya terlihat enggan untuk berjalan mengikuti Mingyu namun Midori tidak mampu berspekulasi sejauh itu. Dalam benaknya, Midori yakin Mingyu tidak akan membawa keduanya ke tempat yang berbahaya.
---
Jihoon, Soonyoung, dan Jisung duduk dalam diam di ruang rias. Beberapa staff tampak sibuk berjalan kesana-kemari membenahi beberapa peralatan. Ditengah keramaian di sekitarnya, ketiga pria itu terhanyut dalam lamunan masing-masing, menunggu dengan cemas kabar dari seorang Kim Mingyu. Bahkan, Soonyoung yang biasanya tidak bisa diam pun kali ini seperti menyadari ketegangan diantara Jihoon dan Jisung.
Setelah kejadian beberapa malam yang lalu, rahasia Hyesung yang selama ini hanya diketahui oleh Jisung dan Mingyu akhirnya terkuak. Itupun karena faktor ketidaksengajaan. Sejak saat itu, Jihoon lebih sering berdiam diri. Pria itu merasa sangat bersalah karena tidak berada di sisi gadis yang disayanginya saat Hyesung berada di saat tersulit dalam hidupnya.
Mengetahui hal tersebut, otak Jisung berputar kuat. Ia sangat mengetahui kondisi adiknya selama empat tahun belakangan ini. Baik sebagai seorang atasan maupun sebagai seorang kakak laki-laki, ia juga mengerti bagaimana kondisi Jihoon.
Jisung sangat terkejut ketika tengah malam mendapat telepon dari Mingyu yang mengatakan bahwa Jihoon sudah tahu semuanya dan ingin bertemu dengan Hyesung sesegera mungkin. Jisung yang saat itu sudah terlelap pun akhirnya dengan terburu-buru memanggil taksi dan menuju dorm Seventeen. Jihoon dan Jisung sempat terlibat dalam adu mulut yang hebat, lebih karena Jihoon yang tidak bisa menyembunyikan amarahnya karena selama ini ia sudah ditipu. Karena keributan itulah, member Seventeen yang lain pun akhirnya tahu perihal keadaan Hyesung yang sebenarnya.
Jisung merencanakan pertemuan antara Jihoon dan Hyesung malam ini. Hanya Soonyoung, Mingyu, Jihoon, dan dirinya yang tahu, bahkan adik sepupunya itu tidak menyadari keanehan ketika ia setengah memaksa Hyesung untuk menonton konser Seventeen. Jisung hanya bisa berharap semoga Hyesung tidak akan memusuhinya karena perlakuan tiba-tibanya ini.
Mingyu muncul di ambang pintu sambil menggenggam erat sebelah tangan Hyesung. Dibelakang mereka, Midori mengikuti dengan tatapan bingung. Mendengar keributan karena suara protes Hyesung, ketiga pria yang sedari tadi diam di dalam ruang rias menolehkan kepalanya secara serempak menuju sumber suara.
"Mingyu-ya... aku tidak ingin bertemu dengan member lainnya, apalagi Jihoon op...," ucapan Hyesung terhenti. Pandangan matanya terpaku memandangi Jihoon yang sedang balik menatap gadis itu dengan terpana.
Jisung memerintahkan staff lain untuk pergi meninggalkan ruangan. Setelah hanya tinggal mereka berenam di sana, Mingyu menutup dan mengunci pintu dibalik punggungnya. Ia kemudian memasukkan kunci ke dalam saku jeansnya.
"Han Hyesung, kemarilah," kata Jisung lembut berusaha memecahkan kecanggungan diantara mereka.
Hyesung berbalik badan dan berjalan cepat menuju pintu. Dengan putus asa, ia berusaha menarik gagang pintu dengan paksa. Karena tidak mau terbuka, dirinya mulai menggedor-gedor daun pintu.
"Ya, Han Hyesung!" Mingyu menarik tangan gadis itu hingga tidak memukuli pintu lagi. "Kau bisa melukai diri sendiri kalau begini terus."
"Kau menipuku! Kau bilang kau hanya akan mengantarkan aku ke tempat Jisung oppa!" Teriak Hyesung penuh protes. Ia enggan membalikkan punggungnya karena sadar Jihoon masih memandanginya dari sana. "Kalau kau tidak mau membuka pintunya, biar aku sendiri yang melakukannya."
"Hyesung-ah," panggil Jisung dengan suara lirih sambil berjalan mendekat. "Maafkan aku," katanya lagi sambil menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Hyesung diam. Kepalanya terbenam di dada kakak sepupunya itu. Jisung adalah orang yang paling bisa ia percayai saat ini. Pria inilah yang selalu menariknya ke dalam kehangatan selama beberapa tahun belakangan ketika ia hanya bisa merasakan rasa sepi di kehidupannya. Hyesung tahu bahwa Jisung sangat menyayanginya. Jisung selalu mengusahakan segalanya yang terbaik bagi kehidupan Hyesung.
Hyesung pasrah. Ia sadar dirinya tidak mungkin untuk terus-terusan lari dari masalah. Masalah hubungannya dengan Jihoon tidak pernah benar-benar selesai secara jelas. Itu pun karena ulahnya. Hyesung adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam hal itu.
Hyesung berusaha meredam gejolak emosinya dengan diam di pelukan Jisung. Laki-laki itu dengan penuh kasih sayang dan pengertian terus mendekap tubuh mungil Hyesung sembari sesekali mengusap lembut rambut Hyesung. Diam-diam, Mingyu mengajak Midori dan Soonyoung untuk keluar dari sana. Soonyoung menepuk bahu Jihoon pelan sebelum merangkul bahu Midori,setengah memaksanya untuk keluar, yang masih enggan untuk meninggalkan Hyesung disana.
Hyesung menarik napas panjang sebelum membebaskan dirinya dari dekapan Jisung. Kakak sepupunya itu menatap lekat-lekat kedua mata Hyesung. Hyesung mengangguk mantap, ia berusaha mengirim sinyal melalui tatapan matanya yang mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja. Jisung mengecup puncak kepala Hyesung singkat sebelum berbalik menatap Jihoon.
"Aku percayakan adikku padamu, Lee Jihoon," kata Jisung. Ia kemudian beralih pada Hyesung, "Aku akan menunggumu diluar."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top