Just be Comfortable With Me

Sudah lima hari ini Hyesung selalu menyambangi ruang latihan Seventeen. Terkadang ia membawakan mereka jus atau vitamin bagi para member. Kehadirannya di ruang latihan sudah menjadi pemandangan yang biasa. Staff agensi pun tidak merasa terganggu karena Hyesung sesungguhnya banyak membantu pekerjaan mereka secara cuma-cuma. Tidak butuh waktu lama, kehadiran Hyesung di kantor membawa atmosfer positif yang menyenangkan ke sekitarnya.

Hyesung sedang menonton salah satu variety show yang dibintangi oleh Seventeen di layar laptopnya. Saat ini ia sedang berada di ruang dance practice. Beberapa anggota boy group itu terlihat sedang berlatih menarikan salah satu lagu baru mereka, sedangkan sisanya yang lain sedang melakukan rekaman diruang lain.

"Okay, istirahat dulu," ucap pelatih sembari mematikan pemutar musik.

Seventeen yang sudah sedari tadi berlatih dengan semangat, langsung tumbang. Banyak yang memasang posisi terlentang, sebagian duduk sembari menenggak habis isi botol minumnya. Hanya Lee Chan dan Minghao saja yang masih berdiri menghadap cermin, memperbaiki detail gerakan dance mereka.

"Ya ampun, lihat, rambut Jeonghan hyung masih panjang," ucap Seungkwan dari balik punggung Hyesung. "Junhui hyung juga."

Jeonghan jalan mendekat, ia menarik salah satu kursi dan ikut menonton apa yang ditampilkan di layar. "Wah, '17 Project' ya. Acara sebelum debut kita."

Hyesung menoleh ke arah Jeonghan disampingnya. "Oppa tampak cantik dengan rambut panjang. Itu membuatku merasa gagal sebagai wanita."

Jeonghan tertawa kecil. "Kau bukan orang pertama yang mengatakan begitu padaku."

"Bagiku Hyesung tetap yang paling cantik," ucap Joshua ikut menimbrung.

"Ei... aku sudah kebal mendengar semua gombalan dari kalian," ucap Hyesung sambil membereskan laptopnya. "Terutama line 95. Seungcheol oppa, Jeonghan oppa, and you, Josh." Joshua hanya terkekeh kecil menanggapi.

Hyesung mengedarkan pandangan ke depan. "Sepertinya hip-hop team masih belum selesai rekaman. Padahal sudah hampir dua jam."

"Jihoon hyung sangat tegas sebagai seorang produser. Demi kualitas musik, jika tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, ia tidak ragu untuk melakukan puluhan kali take ulang," ucap Seungkwan.

"Setuju," ucap Jeonghan.

"Ya ya ya, kalian sedang membicarakanku dibelakang ya?" sebuah suara nyaring datang mendekat dari arah pintu.

"Kau pasti salah dengar Jihoon-ah," canda Joshua.

Wajah Jihoon muncul dari balik punggung Joshua. Ia mengenakan snapback hitam secara terbalik. Wajahnya lusuh karena lelah.

"Annyeong, Jihoon Oppa," ucap Hyesung sambil tersenyum.

"Hai, Hyesung," balasnya. "Kulihat kau sering sekali kemari. Belum mulai kuliahnya?"

Hyesung menggeleng. "Lusa aku sudah masuk. Pasti akan sangat sibuk setelahnya."

"Noona akan terus berada di rumah sakit?" tanya Seungkwan.

"Hmm... sebenarnya jadwal bekerjaku mulai dari pukul 07.30 - 16.00. Kecuali kalau aku mendapatkan jaga malam atau jaga on call." Hyesung menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. "Bekerja di ruang operasi pasti sangat melelahkan. Belum lagi kalau ada operasi-operasi besar."

"Berarti Noona nanti akan memakai baju berwarna hijau yang sangat tertutup seperti di film-film itu?" tanya Seungkwan sembari mengangkat kedua tangannya menutupi sebagian wajah, hanya menyisakan area mata yang terbuka. "Seperti ninja?"

Hyesung tertawa kecil. "Iya seperti itu."

"Apa kau akan menempelkan benda mirip setrika ke dada orang yang sekarat dan membawanya kembali hidup?" tanyanya lagi.

Kini Hyesung tertawa lebar. "Ya ya, mungkin juga seperti itu. Tapi pekerjaanku tidak seheroik seperti di layar televisi atau drama-drama yang kalian tonton."

"Kedengarannya menarik. Pekerjaanmu terdengar keren," ucap Joshua dengan mata menerawang.

Hyesung menatap temannya itu dengan mata tersenyum. "Pekerjaan kita sama-sama keren, sama-sama melelahkan. Asalkan menyukainya, pasti kita akan merasa nyaman." Pandangan mata Hyesung bertemu dengan mata Jihoon yang menatapnya datar. "Jika kalian lelah, tak ada salahnya mengambil waktu istirahat sejenak."

"Kau tahu aku tak punya hobi untuk kujadikan pelarian," ujar Jeonghan.

"Lying down," ucap Joshua menimpali. Jeonghan melemparkan tatapan "apaan sih?" ke arah sahabatnya itu.

Hyesung tertawa kecil, mencoba melerai keduanya. "Akan kubantu Oppa menemukan satu, bahkan lebih."

"Apa kau juga bisa mencarikan Jihoon pacar? Kita harus membuatnya lebih banyak tersenyum agar bisa melakukan rekaman dengan lancar tanpa dimarahinya terus," ucap Joshua asal sambil menepuk bahu Jihoon disebelahnya.

Jihoon langsung memukul lengan Joshua dengan sedikit keras saat mendengar cemoohannya. Joshua meringis kesakitan, namun raut wajah jahilnya tetap terpasang sempurna di wajah. Hyesung, Jeonghan, dan Seungkwan hanya tertawa melihat penderitaan Joshua.

---

Seventeen melanjutkan latihannya masing-masing hingga larut malam. Setelah makan malam bersama dengan mereka, Hyesung memutuskan untuk pulang. Ia masih harus mempersiapkan diri untuk hari pertamanya bekerja esok lusa.

"Biar aku antar sampai ke depan. Aku juga mau membeli cola," ucap Mingyu ikut berdiri menyusul Hyesung.

Kini keduanya sudah berada di lift. Tidak ada pembicaraan yang tercipta. Hyesung sedang sibuk menatap layar ponselnya, mengecek email.

"Hyesung-ah, kau bawa mobil?" tanya Mingyu.

Hyesung mengangkat wajahnya dari layar ponsel, kemudian memasukkan benda berbentuk persegi empat itu ke dalam tasnya. "Tidak, aku naik bus."

Pintu lift terbuka. Hyesung berjalan menuju pintu keluar. Mingyu menarik tangan kanan Hyesung. Membuat gadis itu berhenti seketika.

"Ada apa Mingyu-ya?" Mingyu justru menarik tangan kanan Hyesung menuju arah berlawanan pintu keluar.

"Terlalu banyak fans di pintu depan, ikut saja denganku. Kita akan keluar melalui pintu belakang."

"Untukku kan tidak masalah," Hyesung berhenti bicara. Ia tersadar kemudian. "Ya, jangan bilang kau mau ikut keluar. Kukira kau mau membeli cola di vending machine."

"Memang," ucap Mingyu singkat. Ia melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Hyesung. Ia menarik masker hitam dari dalam jaket dan memasangnya untuk menutupi wajah, tak lupa ia membenahi posisi snapbacknya. "Setelah aku mengantarmu ke halte."

"Jangan gila Mingyu-ya! Kau akan terlibat masalah jika ada salah satu fans mu yang melihat kau berjalan denganku."

Mingyu menarik kartu akses milik Hyesung hingga terlepas dari genggaman tangan gadis itu. Ia mengalungkannya ke leher Hyesung. "Anggap saja kau sebagai salah satu staff perusahaan. Lagipula jika kita menuju halte A melalui jalan kecil dari pintu belakang, jalanan cukup sepi. Berkali-kali aku melarikan diri dari kejaran para fans lewat sana. Percaya saja padaku." Mingyu menaikkan topi hoodie milik Hyesung hingga menutupi kepala gadis itu. "Ayo jalan."

Hyesung berlari-lari kecil mengejar langkah kaki Mingyu yang lebar. Ia membenahi tas selempang dibahunya. "Padahal kau tidak perlu repot-repot mengantarku."

"Aku sekalian kabur dari latihan, asal kau tahu." Hyesung membelakakkan matanya mendengar jawaban pria disampingnya itu. "Jangan menceramahiku, aku sedang sangat suntuk di dalam sana."

Hyesung mengangguk-angguk kecil. Wajar saja. Mingyu pasti lelah dengan jadwal sehari-harinya yang cukup padat. "Kalian semua sudah bekerja keras."

"Hmm?"

Hyesung menengadahkan kepalanya hingga bisa melihat siluet wajah pria jangkung di sampingnya. "Setelah kalian pulang dari jadwal di Jepang, mungkin kita bisa mengadakan pesta di rumahku. Anggap saja welcoming party rumah baruku. Kalian butuh sedikit refreshing kan."

"Benarkah?" tanya Mingyu. Nada bicaranya menunjukkan antusiasnya yang besar.

Hyesung mengangguk mantap. "Kau mau daging?"

"Ya, Hyesung-ah! You are the best!"

Hyesung tertawa mendengar perkataan Mingyu. Ia menaikkan kedua jempol tangannya di samping kepala. "Kim Mingyu, jjang!"

Mereka berdua tertawa bersama. Mingyu menepuk pelan puncak kepala Hyesung. "Haltenya sudah terlihat dari sini. Maafkan aku tidak bisa menemanimu sampai bus datang. Suasana disana lebih ramai dari yang kubayangkan."

Hyesung melihat ke arah pemberhentian bus yang memang berada tak sampai 10 meter jauhnya dari tempatnya saat ini. Ia balik menghadap Mingyu. "Tak masalah. Kau latihanlah yang giat. Besok mungkin aku tidak akan datang, aku harus mengurus persoalan registrasi dan banyak hal lainnya."

"Besok Seventeen juga ada jadwal syuting, kemungkinan sampai sore."

"Jaga kesehatan, Mingyu-ya. Kalau kalian butuh bantuan, kalian bisa menghubungiku kapan saja. Aku pasti akan mengunjungi kalian jika ada waktu."

"Baiklah," Mingyu memutar badan Hyesung dan mendorongnya maju pelan. "Pergilah, aku tidak mau kau harus berlari-lari mengejar bus."

"Okay, okay! Terima kasih telah mengantarku, Mingyu-ya!" Hyesung melambaikan tangannya sebelum berbalik kembali melanjutkan langkahnya menuju halte.

Mingyu membalasnya dengan senyuman lebar yang tersembunyi di balik masker. Kepalanya mengangguk kecil. Ia masih berdiri beberapa saat hingga dilihatnya gadis itu menghilang masuk ke salah satu bus yang datang tepat ketika Hyesung sampai di sana.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top