First Meeting
Hyesung kembali masuk ke dalam van membawa dua plastik besar berisi hamburger. Jisung menyusul masuk setelahnya. Setelah memastikan semuanya tidak ada yang tertinggal, Minho menjalankan kembali kendaraan roda empat tersebut. Hyesung mengintip kursi depan, tempat Joshua duduk, laki-laki tersebut sudah jatuh tertidur sejak menunggu Hyesung dan Jisung membeli makan malam. Hyesung menempelkan jari telunjuknya di depan bibir kemudian menunjuk ke arah Joshua, mengisyaratkan agar Jisung tidak terlalu berisik.
Hyesung mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ponselnya itu dapat kembali menyala berkat power bank yang dipinjamkan Joshua padanya. Gadis itu menyumpal kedua telinganya dengan earphone, menikmati alunan lagu sembari memandangi jalanan kota Seoul di malam hari.
Hyesung sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh seorang diri. Latar belakang keluarganya yang biracial, Korea-Amerika, adalah salah satu alasannya. Namun selain itu, ia juga sempat bersekolah di Jerman dan Jepang sebelumnya. Membuatnya harus melakukan perjalanan bolak-balik antara negara perantauan dan rumahnya di Los Angeles.
Kini ia sudah menyelesaikan studinya di bidang kedokteran. Jabatan dokter sudah ditangan. Kedatangannya ke Korea Selatan, tempat masa kecilnya dulu dihabiskan, tak lain tak bukan adalah untuk lanjut mengambil bidang spesialis. Studinya baru akan dimulai minggu depan. Hyesung memutuskan untuk datang seminggu lebih cepat karena ia masih harus merapikan apartment barunya di daerah ternama di Seoul. Rumah lama nya di Korea terlalu jauh jaraknya untuk ditempuh menuju rumah sakit tempatnya belajar nanti.
Entah sudah berapa lama Hyesung jatuh tertidur. Ia terbangun ketika kakak sepupunya, Jisung, menggoyang-goyangkan badannya pelan untuk membangunkannya. Hyesung melepas kedua earphone-nya dan memandang keluar. Van sudah terparkir di basement suatu gedung.
"Kita sudah sampai di apartment Seventeen, ayo bangun!" Ucap Jisung.
Hyesung turun dari van sembari mengulet kecil. Joshua datang menghampirinya. Kini masker hitamnya sudah hilang entah kemana. Baru kali ini Hyesung benar-benar melihat wajahnya secara utuh, yah walaupun masih sedikit tertutup oleh topinya sih.
"Nyenyak?" Tanyanya dengan suara merdu. Suara dan raut wajahnya benar-benar menenangkan hati Hyesung.
Hyesung menggeleng lemah. "I just wanna sleep for a whole day."
Joshua mengambil dua plastik besar penuh berisi burger dari tangan Hyesung. "Selamat datang di dorm Seventeen. Jangan kaget jika melihat asrama kita yang berantakan ya. Mungkin saja bisa membuatmu tambah lelah."
Hyesung menangkap kilat mata jenaka dari pria dihadapannya sebelum Joshua berbalik badan berjalan menuju pintu lift apartemen.
"Jisoo-ya, tega sekali kau membiarkan bosmu ini membawa koper berat sedangkan kau hanya membawa itu," protes Jisung. Ia terlihat kesusahan menarik salah satu koper besar milik Hyesung. Dibelakangnya, Manajer Minho menarik koper besar lainnya.
"You're my hyung, bukan bos, for this time," Joshua membalas ucapan Jisung sembari tetap berjalan.
Hyesung mengikuti langkah Joshua dengan cepat. "Semangat Jisung Oppa! Semangat Minho-ssi. Terima kasih!"
---
Joshua memasukkan password di panel pintu. Kedua tangan Hyesung menggenggam erat tali tas selempangnya, matanya menatap sekeliling.
"Hamburger delivery service!" Teriak Joshua di depan pintu. Badannya menahan pintu, karena kedua tangannya penuh, agar Hyesung dapat masuk. Hyesung menyelinap masuk melewati badan Joshua.
Tak lama kemudian, terdengar beberapa langkah kaki setengah berlari menuju ke pintu utama. Kemudian seorang pria berkaus merah datang. Diikuti oleh seorang lainnya yang berdiri tinggi menjulang di belakangnya.
"Wahh, ada hambur...," ucapan Seungkwan terputus. Matanya terpaku pada seorang gadis tak dikenal di depannya. Jarang sekali ada makhluk bernama wanita yang datang ke dorm Seventeen selama ini.
"Jisoo hyung baik sekali...," ucapan Mingyu menggantung diudara. Pandangannya berganti-ganti menatap Joshua dan gadis itu dengan penuh tanda tanya.
"Konnichiwa!" sapa Hyesung gugup sembari membungkuk dalam-dalam begitu sadar bahwa kehadirannyalah yang menyebabkan kecanggungan atmosfer saat ini. Sepersekian detik kemudian ia merutuki dirinya sendiri. Ini di Korea bodoh, bukan Jepang! "Annyeonghaseyo! Saya Han Hyesung," ralatnya kemudian. Karena bingung harus memperkenalkan diri sebagai siapa, ia hanya mengucapkan namanya secara singkat dan canggung.
Joshua terkekeh geli. Masing-masing plastik bawaannya kini telah berpindah tangan ke Mingyu dan Seungkwan. Tangannya merangkul pundak Hyesung yang masih terpaku diam dengan akrab. Ia membimbing gadis itu masuk ke ruang tengah dorm, melewati kedua dongsaeng-nya yang masih menatap Joshua penuh tanya.
"Guys, ada tamu nih," teriak Joshua. Hyesung memelototi pria jangkung disampingnya yang hanya meringis jahil. Sesungguhnya Hyesung paling tidak suka kalau dirinya dijadikan pusat perhatian.
Beberapa orang keluar dari kamar masing-masing. Beberapa yang memang sedang berada di sofa ruang tengah buru-buru memperbaiki posisi berbaringnya dan menghadap kearah Jisoo.
"Josh, youre dead," desis Hyesung. Jisoo yang mendengarnya hanya mengacak-acak rambut gadis itu dengan gemas.
"Jika denganku kau boleh saja bicara dengan bahasa Inggris. Namun dengan mereka gunakan lah bahasa Korea. Bukan Jepang," ucap Joshua sambil meledek. Pandangannya menyapu teman-teman dihadapannya. "Ah ya, kau juga bisa bicara menggunakan bahasa Inggris dengan Hansol. Itu yang berdiri disana." Tunjuk Joshua mengenalkan satu-satunya lelaki berwajah bule disana.
"Jisoo-ya! Kau apakan adikku?!" suara Jisung memecah suasana yang penuh dengan kebingungan di ruangan itu. Para member Seventeen segera berdiri menyapa bos mereka yang entah bagaimana malam-malam begini bisa ada di kediaman mereka. Jisung hanya mengangguk kecil sambil mengangkat sebelah tangannya, membalas ucapan salam dari Seventeen.
"Ah, jadi Han Hyesung-ssi adalah adik dari Jisung hyung?" tanya Mingyu mewakili berbagai pertanyaan yang mengganggu benak banyak orang. Ia meletakkan kedua plastik pemberian Joshua tadi di atas meja ruang tamu. Seungkwan muncul dibelakangnya sambil dengan kesusahan menarik koper milik Hyesung. Hyesung buru-buru menghampiri Seungkwan dengan rasa bersalah.
"Lebih tepatnya adik sepupuku," jawab Jisung. Ia mengambil gelas dari dalam lemari dan mengisinya dengan air. Tingkahnya menyiratkan seperti sudah terbiasa berada di dorm Seventeen. Ia berjalan menghampiri Hyesung sembari menyodorkan gelas ditangannya. "Duduklah dan minum dulu. Tak usah pedulikan yang lain."
Hyesung menerima gelas pemberian kakaknya. Sejak masuk ke dorm ini ia jarang sekali mengangkat pandangan matanya ke sekeliling. Walaupun begitu, ia tahu bahwa banyak sekali tatapan penuh tanya yang dilayangkan kepadanya.
Ia duduk di samping Joshua. Dalam diam ia berusaha menenggak air putih di dalam gelas. Ia menarik napas dalam. Keheningan ini begitu menyiksanya!
"Okay. My name is Han Hyesung. Kalian bisa bebas panggil aku dengan nama belakangku saja, tidak perlu sungkan. Bahkan aku tidak terlalu mempersalahkan panggilan Noona. I just wanna be your friend. Even I am a half Korean, aku tidak terlalu biasa dengan budaya Korea. Jadi, mohon bantuannya." Karena gugup, apa yang keluar dari mulut gadis itu berasa nano-nano, campur English-Korean.
Satu per satu member Seventeen mulai memperkenalkan diri masing-masing. Karena menyadari kegugupan gadis di hadapan mereka, mereka membuat acara perkenalan malam itu terlihat lebih santai dengan beberapa lelucon yang kerap kali dilemparkan oleh Seungkwan, Soonyoung, dan Seokmin.
"Jadi, sebenarnya, Hyesung-ssi adalah bos kita seperti Jisung hyung, kan?" tanya Seokmin setelah lama berpikir-pikir.
Hyesung menggeleng mantap. "Aku bukan atasan kalian. Lagipula aku tidak menanam saham di perusahaan paman."
"Kalau begitu ada urusan apa kau ke Korea? Kupikir untuk ikut mengurus Pledis entertainment seperti Jisung hyung," ucap Wonwoo. Ia memasukkan potongan terakhir hamburger di tangannya ke dalam mulut dengan lahap.
Hyesung menatap Wonwoo dengan senyum kecil tersungging dibibirnya. Menurutnya apa yang dilakukan Wonwoo sangat lucu, seperti sudah tidak makan selama seminggu. "Untuk belajar. Aku berkuliah di Seoul Nasional University, lebih tepatnya di SNU hospital."
"Kau akan menjadi dokter?" tanya Minghao.
"Dia adalah dokter," jawab Jisung enteng, tangannya sibuk mencomot kentang goreng. "Ia kemari untuk mengambil program spesialisasinya. Hyesung akan menjadi dokter bedah."
Tanpa sadar Seokmin menjatuhkan kentang goreng di tangannya. Pandangannya tertuju pada gadis di depannya dengan tatapan tak percaya. "Kau? Diumur 21? Sudah menjadi dokter?"
"Hyesung dan aku kan seumuran, bagaimana bisa kau sudah menjadi dokter diusia segini?" Timpal Minghao tak kalah kaget.
Hyesung mengangkat kedua bahunya acuh. "Kenapa tidak? Lee chan saja sudah debut menjadi idol saat berusia 18 tahun kan?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top