Bisa Melihat Hantu

Putri membuka gagang pintu kamarnya perlahan lalu melihat ke sana ke mari, wanita yang dilihatnya tadi sudah tidak ada.

"Ayo, Non, masuk!" ajak mbok Inah seraya menggeret koper milik Putri.

"Iya, Mbok."

Putri memegang beberapa perabotan di sana. Benar-benar tidak berubah sama sekali, ia melihat foto ayah dan ibunya di sana, tak terasa air matanya pun berlinang.

"Non, jangan sedih, ya, kami semua di sini menyayangi, Non. Jadi, jangan merasa kesepian," ujar mbok Inah menghibur Putri.

"Iya, Mbok, makasih, ya, udah ngebantu Putri selama ini, makasih untuk tetap menjaga kamar ini sama seperti dulu," ujar Putri seraya menghapus air matanya.

"Iya, Non, ya udah, sekarang istirahat dulu ya, pasti Non, kecapean," ujar mbok Inah sambil meninggalkan Putri sendirian.

Putri merebahkan tubuhnya di ranjang, kasur itu masih terasa hangat seperti dulu. Ia mengingat dulu di belakang rumah ada ayunan yang dibuat oleh ayahnya sendiri. Ia mencoba melihatnya dari jendela kamarnya.

Betapa kagetnya dia. Putri melihat wanita yang tadi dilihat sedang bermain ayunan itu. Putri bersembunyi di balik tirai jendela, lalu mengintip ke arah ayunan itu lagi, tetapi wanita itu sudah lenyap entah ke mana.

Putri tau bahwa sejak ia bangun dari koma, ia bisa melihat hal-hal seperti itu dan ia mulai terbiasa melihat mereka. Putri pernah mencari artikel tentang orang-orang yang bisa melihat arwah seperti dia.

Di artikel itu mengatakan. Arwah-arwah itu jarang mengganggu manusia, kecuali ada maksud tertentu. Seperti meminta bantuan, menyampaikan pesan terakhir mereka, tetapi kadang, ada juga arwah yang benar-benar jahat, karena mereka bisa saja merasuki manusia dan tak ingin keluar dari tubuhnya. Itulah yang ditakutkan Putri, maka dari itu ia sekarang berlatih untuk biasa saja ketika bertemu arwah-arwah seperti itu.

Saat malam hari, mereka semua makan bersama di meja makan.

"Gimana Putri? Apa kamarmu masih sama seperti yang dulu?" tanya pria yang biasa ia panggil om itu.

"Iya, Om, masih sama, kok," sahut Putri.

"Om sudah memutuskan, kamu harus bersekolah lagi ya, Putri, karena beberapa bulan lagi akan ada ujian nasional, setidaknya kamu bisa mendapatkan ijazah SMA," ujar Krisna.

"Apa Papa akan memasukkan Putri ke sekolahnya Donna?" tanya istrinya.

"Hahh, kok, dimasukin ke tempatku, sih, Ma!" ucap Donna menolak.

"Tidak, Putri bisa bersekolah di rumah. Mengingat keadaan Putri yang baru saja pulih, jadi Papa sudah menyewa guru privat buat Putri," jelasnya.

"Kenapa nggak nyuruh aku aja, yang ngajari Putri, Pa?" ujar Bagas menawarkan diri.

"Kamu sebentar lagi lulus Gas dan harus membantu Papa di rumah sakit, kamu gak akan punya banyak waktu," ujar Krisna menjelaskan.

"Iya, Om, makasih karena udah merhatiin Putri selama ini," ujar Putri.

"Jangan ngomong kayak gitu Putri, kita ini semua keluarga," sahut pria berumur 45 tahunan itu.

***

Akhirnya Putri belajar di rumah dengan guru privat yang di pesan oleh Krisna. Ia mencoba membuka diri ke orang-orang di sekitarnya.

Saat ia belajar sendiri di belakang rumah. Samar-samar Putri seperti di perhatikan seseorang. Ia melihat sebuah bayangan baru saja berjalan di belakangnya.

"Siapa disana, Mbok! Mbok Inah!" teriak Putri memanggilnya.

Karena tak ada yang menyahut, Putri beranjak dari kursi lalu masuk ke rumah. Ia berjalan ke arah sebuah kamar, pintu kamar itu terbuka sedikit. Jadi ia berpikir pasti orang itu tadi masuk ke situ. Belum sempat ia masuk, seseorang mengagetkannya.

"Non, kenapa kok, ke sini?" tanya mbok Inah seraya memegang pundak Putri.

"Astagfirullah, Mbok, kaget saya!" ucap Putri mengatur napasnya lagi.

Mbok Inah menutup pintu itu.

"Non, jangan pernah masuk ke kamar itu ya! Nanti Nyonya besar bisa marah!" ujar mbok Inah memperingati.

"Memangnya itu kamar apa, Mbok?" tanya Putri penasaran.

"Mbok juga nggak tau persis, Non, tapi kata Nyonya nggak ada yang boleh masuk ke sini, Non," jelasnya.

"Tapi, dulu bukanya di sini gudang ya, Mbok?" tanya Putri lagi.

"Ayo, Non, kita ke sana, takut nanti Nyonya melihat kita," ujar mbok Inah sambil menggiring Putri pergi dari sana.

Putri pun pergi dengan rasa penasarannya.

***

Beberapa bulan kemudian, ujian nasional akan diadakan. Pak guru mengatakan bahwa sekolahnya akan menerima beberapa siswa dari sekolah lain untuk UAS di sana dan salah satu siswa itu adalah Putri.

Saat itu Putri masih belum biasa berada di kerumunan orang. Sempat merasa pusing melihat banyak bayangan yang mengitari tubuhnya, lalu suara seseorang mengejutkannya.

"Hai! Kamu nggak papa, kan?" tanya pria muda berambut hitam pekat yang menawarkan bantuan.

Putri pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Bram adalah pria terganteng di sekolah itu. Karisma pria itu sudah terlihat sejak dulu, keluarganya pun cukup berada. Banyak cewek-cewek yang mengidamkan pria itu termasuk Donna.

Donna juga terkenal cewek terpopuler di sekolah itu. Jadi wajar banyak orang yang menjodohkan mereka, tetapi Bram enggan berkomentar.

"Siapa Bram? Cantik banget tuh, cewek!" tanya temennya.

"Nggak tau, dia nggak ngomong apa-apa," sahut Bram sedikit kecewa.

"Tumben banget kamu ditolak cewek Bram!" sahut temennya sambil tertawa.

"Tapi kayaknya, dia bukan siswa sini, deh!" sahut temen yang lain.

Bram masih melihat ke arah Putri, dia penasaran, sampai tiba-tiba Donna datang.

"Hai, Bram," sapa Donna.

"Hai, Donna, cantik," sahut temennya Bram

"Hai, Don," sahut Bram datar.

"Aku bikin acara di malam perpisahan, kamu ama temen-temenmu harus datang, ya!"

"Insa Allah, ya," sahut Bram.

"Tenang aja, kami pasti datang kok, Don," sahut temannya Bram.

Donna hanya tersenyum malu.

UAS berjalan dengan lancar, Putri pun lega bisa mengikuti ujian itu. Ketika Putri ingin pulang, Bram sengaja menunggunya.

"Hai, ketemu lagi," ujar Bram menyapa.

Tetapi seperti biasa Putri hanya diam tak berbicara. Bram tampak diacuhkan dan itu membuat dirinya makin penasaran.

"Apa kamu bisu, ya?" ujarnya sedikit kesal.

Putri menghentikan langkahnya lalu berkata.

"Bisa tidak! Nggak usah ganggu aku!" pintanya.

"Ternyata kamu bisa ngomong juga," jawab Bram menghampirinya.

"Nama kamu siapa? Aku Bram!" katanya sambil mengulurkan tangan.

Putri hanya menatap dan tak menghiraukan pria itu.

"Non Putri, Mang dari tadi nyari-nyari Non, ke mana aja, Non? Ayo pulang sekarang?" pinta mang Ujang yang datang menghampiri mereka.

"Iya, Mang," sahut Putri sembari pergi meninggalkan Bram yang masih terpaku menatapnya.

"Oh, ternyata namanya Putri, nama yang cantik," sahut Bram yang masih menatap Putri sampai ia pergi.

"Duh, bego! Kenapa aku gak tanya dia sekolah di mana? Haduhh," gumamnya.

***

Malam perpisahan UAS, pesta itu diadakan di sekolah, Donna sudah meminta ijin pada kepala sekolah. Di tengah keramaian orang, Bram tengah mencari-cari seseorang.

"Bram! Kamu tuh lagi nyari siapa, sih? Aku perhatiin mata kamu tuh, ke sana ke mari?" tanya pria berambut keriting itu.

"Jangan-jangan, nyariin Donna, ya?" ujar temennya yang lain.

"Bukanlah," sahut Bram.

"Oh, aku tahu, pasti cewek yang kamu lihat pas di sekolah itu, ya, kan?" ujar temennya menebak.

Bram hanya mengangguk, tiba-tiba Donna datang.

"Bram, dansa yuk!" ajak Donna.

"Aku lagi males, nih!" sahut Bram

"Udah, sana," ujar temennya sambil mendorong tubuh Bram.

Akhirnya, ia pun berdansa dengan Donna. Wanita itu menatap Bram dengan perasaan senang.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top