"Sejatinya, tersenyum bisa dilakukan secara sadar ataupun tidak sebagai bentuk dari rasa kebahagian".
– Sulizlovable –
DARA dan Erina sudah berada di acara mini konser milik temannya yaitu Cyntia. Acara ini merupakan konser ke-5 tahun yang diselenggarakan oleh Cyntia sebagai penyanyi solo. Bola mata Dara bergerak mengikuti langkah Cyntia yang terlihat sibuk mengatur segalanya. Ketika akhirnya keduanya beradu pandang, Dara mendekat.
"Hai, Cyn. Congrats, ya." Dara mencium pipi kiri dan kanannya. Setelah dirinya, lalu diikuti oleh Erina melakukan hal yang sama.
Cyntia Lavina adalah teman SMA Dara, mereka dekat saat sekolah meski rumah keduanya berjauhan. Dara mengenal Cyntia saat kelas XI, sejak saat itu keduanya berteman baik. Dara sering menceritakan tentang Cyntia pada manajernya, dan mereka sering mengadakan pertemuan untuk sekadar berbincang santai atau membahas pekerjaan.
"Terima kasih, kalian sudah datang saja aku sangat senang." Cyntia tersenyum bahagia diikuti tatapan mata yang berbinar-binar.
"Sudah siap semuanya?" Erina bertanya sambil memandangi kamar ganti milik para dancer.
"Sudah semua, hanya tinggal menunggu satu model lagi yang belum datang."
"Kamu mengundang model untuk apa?"
"Ada bintang tamu penyanyi solo lelaki, dan dia minta ditemani model perempuan saat bernyanyi nanti." Cyntia menjawab dengan santai. Beberapa menit kemudian, salah satu perempuan dengan gerakan terburu-buru dan raut wajah cemas menghampiri Cyntia. Dara tahu perempuan itu adalah asistennya, lalu Cyntia menerima ponsel dengan gerakan cepat.
"Tapi kamu baik-baik saja, kan? Sudah sampai di rumah sakit?" Cyntia bertanya pada si penelepon dengan nada penuh kekhawatiran. "Ya sudah, get well soon. Iya tidak apa-apa. It's okay, I'll handle everything. Nanti aku cari orang untuk menggantikanmu. Oke, bye." Ia lalu mematikan sambungan telepon.
Selesai menerima panggilan, Cyntia langsung menatap Dara dengan wajah yang sulit diartikan. Ia lalu menarik tangan Dara dan membawanya ke sebuah ruangan. Mungkin ruangan ini digunakan sebagai ruang rapat para staf, meski tidak terlalu besar. Di dalamnya terdapat meja bundar dikelilingi beberapa kursi. Cyntia menyuruh Dara duduk, setelah dirinya menghampiri kursi beroda itu lebih dulu.
"Ra, aku butuh bantuanmu." Cyntia berkata tegas, diliputi harapan yang terlihat jelas di mimik wajahnya.
Kini, Dara sudah ada di ruang make up untuk ikut membantu acara mini konser milik Cyntia. Sebenarnya ia hanya diundang untuk menyaksikan Cyntia bernyanyi. Namun, karena salah satu model mengalami kecelakaan ringan dan tetap harus dilarikan ke rumah sakit. Akhirnya, Dara bersedia menggantikan model yang bernama Alice itu.
Meskipun merasa ragu sekaligus nervous, Dara berusaha memberikan penampilan terbaiknya. Jujur saja, ia belum pernah menjadi model di acara musik. Namun, ia tidak ingin mengecewakan teman baiknya di acara sespesial ini. Erina tidak berhenti menyemangati modelnya dengan penuh ceria. Menurut Erina, acara musik ini merupakan kesempatan bagus bagi Dara untuk bisa melebarkan sayapnya.
Barangkali nanti ada produser yang tertarik untuk bekerja sama dengannya. Tentu ini bukanlah ide yang buruk. Otak bisnis Erina seketika muncul, memang cocok sekali ia menerima mandat sebagai manajer gadis itu.
"Itu bagian matanya yang rapi, Jo. Pokoknya bagaimana caranya supaya tidak kelihatan bengkak!" Erina terus mengawasi aktivitas Jojo saat memoles modelnya. "Lagi pula, Ra, kamu menangis sampai pagi, ya, kenapa matamu bisa sampai sebengkak itu?" Dara tidak menjawab pertanyaan Erina, karena posisinya kini sedang menutup mata. Jojo sudah fokus di bagian mata kirinya, dan mulai menempelkan bulu mata dengan gerakan anggun dan napas yang ditahan.
Dara sudah menceritakan kejadian semalam pada Erina, karena ia butuh teman untuk mendengarkan keluh kesahnya dan siapa lagi kalau bukan manajernya sendiri.
"Bisakah kamu bergeser ke sebelah sana? Aku tidak bisa fokus memasang bulu mata kalau kamu masih berdiri mematung di sana!" Erina mendecak sebal mendengar ocehan Jojo yang bernada gemulai.
"Ya, sudah, aku tunggu di sini. Awas kamu, Jo, kalau sampai tidak rapi memoles modelku!" ancam Erina seraya bergeser ke samping di dekat manekin yang terpajang dengan busana musim panas.
"Tenang saja, Dara akan kubuat sangat cantik hari ini. Apa kamu perlu kuingatkan lagi? Bidang ini sudah jadi keahlianku, Erina!" Dan Jojo terus saja mengoceh ke hal lain, sementara Erina menganggapnya angin lalu karena sudah kembali sibuk memeriksa surel di tabletnya.
Erina sudah beberapa kali bertemu Jojo dan ia merasa sebal karena dulu, saat karier Dara belum sebersinar sekarang, lelaki gemulai itu selalu mendiskriminasi modelnya. Dara selalu dirias paling akhir, sementara Jojo lebih mendahulukan model-model papan atas yang sudah malang melintang. Sekarang ia bersyukur, semuanya sudah berubah.
Dara hanya diam mendengarkan tanpa berkomentar apa pun. Sebenarnya ia ingin tertawa, tetapi sayang nanti bagian bibirnya belepotan. Kasihan Jojo kalau harus kerja dua kali, pikirnya. Jojo memoles mate lipstick berwarna nude, sementara rambut Dara dibiarkan terurai dengan sentuhan curly.
Dara sudah siap dengan penampilannya, Erina dan Cyntia terus memberikan semangat pada gadis itu. Sebentar lagi giliran Dara tampil, dan ia sudah bersiap-siap di back stage.
Dara sudah mulai naik ke atas panggung, setelah penyanyi solo lelaki itu berjalan ke tengah panggung dan mulai bernyanyi. Tatapan matanya lurus ke arah solois, diikuti senyum ceria mengikuti alunan musik bertema pelecut semangat. Dara berusaha memainkan perannya dengan baik agar siapa pun yang melihatnya tidak kecewa, terlebih dengan makna lagu yang disampaikan melalui gerakan tubuhnya. Hal itu adalah poin terpenting, Dara harus bisa menarik penikmat musik yang sedang menatapnya.
Sementara di sudut lain, Gavin berjalan lurus ke depan panggung diikuti asistennya di belakang. Sejak tadi ia mencari-cari seseorang, karena sekilas ia seperti melihat gadis yang pernah ditemui sebelumnya. Gadis yang pernah menabraknya sewaktu dirinya ada pertemuan dengan Wakil Presiden Direktur Parasayu Entertainment. Tanpa sadar, ia tersenyum ketika menatap Dara yang sedang menari beriringan dengan penyanyi lelaki. Ternyata benar, ia tidak salah lihat.
Gavin tidak menyangka kalau Dara adalah seorang model, ditambah ia berpartisipasi di acara mini konser ini. Gavin tentu bisa datang ke tempat ini karena ia adalah salah satu sponsor untuk acara tersebut, oleh karenanya Gavin mendapatkan undangan untuk menghadirinya. Di samping itu, Gavin sudah mengenal Cyntia ketika keduanya berkesempatan masuk nominasi dalam acara penghargaan influencer muda dan berprestasi.
Awalnya Gavin merasa malas dengan acara konser musik semacam ini. Gavin pikir, tidak akan ada hal menarik baginya yang tidak terlalu menyukai musik. Namun saat melihat Dara, seperti ada sebuah magnet yang mengharuskan dirinya untuk terus mendekat ke sana. Gavin kembali menoleh ke arah panggung untuk menatap Gadis itu. Dara sangat cocok mengenakan pakaian berwarna cerah, riasannya membuat Dara terlihat segar tanpa kesan berlebihan.
Gavin kembali memfokuskan daya penglihatannya kepada Dara meskipun musik yang bergema sudah hampir selesai. Cyntia menghampiri solois dan Dara yang belum meninggalkan panggung karena sudah mendapatkan arahan. Cyntia mengucapkan terima kasih dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada solois tersebut tentang lagu yang dibawakan. Sampai di rangkaian acara terakhir mereka berkumpul untuk diambil gambarnya oleh beberapa media yang juga hadir memenuhi undangan.
Gavin terus menyaksikan gerakan Dara, sampai akhirnya penyanyi dan para dancer turun dari atas panggung. Lelaki itu masih mengikuti ke mana arah Dara pergi. Tiba-tiba ia ingin menyapa gadis itu. Kemarin dirinya belum sempat meminta nomor ponsel Dara.
Di tempatnya, Dara sudah selesai berganti pakaian tanpa menghapus sisa make up-nya. Biar saja, sehabis ini ia ada pemotretan lagi. Namun, sebelum itu Dara harus menemui seseorang terlebih dahulu.
"Ra, kamu jadi menemui Elang setelah ini?" Erina kembali bertanya perihal rencana Dara sebelumnya. Gadis itu sudah menceritakan masalah yang dialaminya pada Erina, terkait niat yang hendak ia sampaikan terhadap Elang.
"Iya," sahut Dara sembari merapikan tatanan rambutnya yang dibiarkan terurai.
"Mau aku temani?" Erina menawarkan.
"Tidak perlu, Kak," tolak Dara. "Kak Erina langsung ke lokasi syuting saja, nanti aku menyusul. Aku tidak akan lama. Masih tiga jam lagi kan, acara pemotretannya?" Dara kembali memastikan.
"Baiklah, hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa langsung kabari aku!" Dara mengangguk mantap setelah itu melambaikan tangan pada sang manajer.
Gavin masih mencari-cari Dara. Belum sempat menemukan sosok yang diharapkan, Felix, sang asisten sudah menghampirinya.
"Pak, Anda ada rapat penting tiga puluh menit lagi! Felix melaporkan. Gavin mengembuskan napas berat, ia harus kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan gadis itu lagi.
"Baiklah," jawabnya memutuskan. Sebelum akhirnya meninggalkan gedung tersebut, Gavin sempat menoleh ke belakang berharap melihat gadis yang ingin ditemuinya. Namun, harapannya pupus.
***
"Apa jadwal saya setelah ini?" Elang duduk di atas kursi kebesarannya. Setelah itu, ia meraih gelas berisi air mineral lalu meminumnya sampai tak tersisa.
"Anda ada jadwal menghadiri penandatanganan kontrak kerja lanjutan dengan model bernama Michelle dan Lisa." Nando menjawab pertanyaan Elang dengan lugas.
"Memangnya saya harus ikut hadir juga? Bukankah bisa langsung tanda tangan seperti biasa saja?" Elang menyanggah pernyataan sang asisten.
"Tidak, Pak, masalahnya untuk minggu depan mereka ada syuting ke luar kota jadi Anda harus menandatangai beberapa berkasnya. Semua itu manajernya yang meminta, mereka hanya ingin mendapatkan pembahasan yang lebih jelas dari Anda."
Elang menghela napas panjang. Kenapa harus serumit ini, berkasnya tinggal taruh di atas mejanya lalu ia akan menandatangani. Selesai perkara. Namun, Elang tidak ingin menyalahi SOP perusahaan. Apalagi untuk model-model besar, pasti akan mendapat perlakuan yang lebih khusus.
"Baiklah, jam berapa itu?"
"Jam tiga, Pak," jawab Nando hati-hati. Elang melihat benda bulat di lengan kirinya, waktu sudah menunjukkan jam makan siang.
"Kalau begitu saya makan siang dulu," ujar Elang bangkit dari tempat duduknya.
"Mau saya pesankan sesuatu?" Elang menggeleng cepat. Nando menatap wajah sang atasan dengan penuh tanya. Tidak biasanya Elang meninggalkan ruangan pada jam istirahat, kecuali ada janji makan siang dengan partner bisnis. "Apa Bapak ada janji makan siang dengan seseorang?" Nando masih melancarkan aksi tanya jawabnya, berharap mendapatkan jawaban. Masalahnya Elang termasuk lelaki yang sulit ditebak, sekalipun ia merupakan orang terdekatnya di kantor.
"Iya, Dara ingin menemui saya." Elang menjawab dengan menampilkan wajah yang seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah itu, ia berjalan meninggalkan ruangannya. Sementara Nando masih berdiam diri, mencoba mencerna ucapan sang atasan.
Elang membawa langkah kakinya menuju kafetaria yang terletak di lantai 3 gedung Parasayu Entertainment. Setelah pintu lift terbuka, ia masuk ke dalamnya. Lift eksekutif yang hanya berisi dirinya seorang karena untuk karyawan dan para model lainnya menggunakan lift biasa. Begitulah peraturan kantor dibuat, dan Elang tidak terlalu memusingkan hal teknis seperti itu.
Setelah lift terbuka di lantai 3, Elang mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah mencari sosok gadis yang akan ditemuinya. Namun, ia masih tidak menemukannya sama sekali. Sepertinya Dara masih belum sampai. Kemudian lelaki itu memutuskan untuk menyusuri kafetaria, berharap menemukan kursi yang nyaman. Dan keberuntungan baginya, kebetulan sekali masih ada kursi kosong di dekat jendela. Setidaknya, ia bisa makan sekaligus menatap suasana di luar gedung. Meski di dalam gedung, kafetaria didesain dengan tema outdoor. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir rasa sesak saat bekerja seharian di dalam ruangan.
Elang jarang sekali pergi ke tempat ini. Andai saja Dara tidak mengajaknya bertemu di kafetaria, mana mungkin Elang mau ke tempat ramai seperti ini. Semoga saja tidak ada karyawan atau model yang menyadari keberadaannya, karena Elang juga butuh privasi. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan gadis itu kepadanya? Kenapa tidak bicara di rumah saja, alih-alih menyuruhnya menunggu di sini?
Dasar bocah keras kepala, rutuk Elang dalam hatinya.
Lelaki itu kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafetaria, ia lupa suasana makan siang dan rasanya menikmati pemandangan seperti ini. Makan siangnya selalu saja di dalam ruangan, sesekali memang keluar, tetapi hanya untuk menemui partner bisnis.
Ternyata menyenangkan juga berada di ruang terbuka seperti ini, ia bisa melihat orang lain berlalu-lalang. Memandang orang lain tertawa bersama dengan pasangan mereka, teman atau rekan kerja. Elang bertanya pada diri sendiri, kapan terakhir kali ia tertawa? Bahkan tersenyum pun bisa dihitung dengan jari. Elang sudah lupa bagaimana caranya tertawa saat kehilangan ibunya.
Sepertinya tersenyum dan tertawa adalah PR besar bagi Elang, mungkin otaknya tidak mampu mendeteksi gerakan saraf yang akhirnya membentuk sebuah senyuman. Beberapa ahli menyatakan, butuh 43 otot untuk cemberut dan hanya 17 otot untuk tersenyum. Bisa dibayangkan ada banyak manfaat saat kita tersenyum, terlebih otot yang digunakan juga lebih sedikit. Jadi, seharusnya tersenyum adalah hal yang mudah untuk dilakukan.
Dari kejauhan, Elang sudah melihat sosok Dara. Gadis itu mengenakan atasan berwarna oranye bergelombang sampai lengan dengan jin biru pudar. Tak lupa, bagian rambutnya dibiarkan terurai dengan sedikit keriting. Namun, kenapa model bajunya memperlihatkan sedikit perut mulusnya? Ya Tuhan, begitukah cara model berpakaian di tempat umum. Elang mengeluh dalam hati saat Dara sudah sampai di hadapannya.
"Hai, kamu belum pesan makanan?" Dara menaruh tas kecilnya di atas meja, lalu gerakan matanya memperhatikan ke sekeliling kafetaria.
Elang melihat kelakuan gadis itu dan tidak tahan untuk bertanya, "Apa yang kamu cari?"
"Aku lapar dan ingin makan sesuatu, tapi yang enak apa, ya?" Dara masih memperhatikan seisi kafetaria sambil berpikir makanan apa yang cocok untuk menu makan siangnya hari ini.
"Memangnya kamu mau makan apa?" Elang bertanya sambil bersedekap.
"Ah, itu ada fuyunghai, Elang. Aku mau itu!" Mata Dara berbinar saat melihat orang membawa nampan berisi makanan kesukaannya. Dara memang sangat menyukai makanan yang berbau telur. Menurutnya, telur tidak pernah membuatnya bosan, karena bisa dijadikan olahan makanan apa saja.
"Ya sudah, aku ambilkan. Kamu tunggu di sini saja!" Elang hanya tidak ingin melihat Dara diperhatikan oleh banyak orang, terlebih pakaian yang dikenakannya saat ini memberi kesempatan beberapa pasang mata untuk menatapnya seolah ingin memakan gadis itu.
Elang membawa satu nampan berisi fuyunghai di atasnya sebanyak dua porsi, serta dua air mineral dingin untuk Dara dan dirinya.
"Thank you," cicit Dara saat Elang menaruh piring bagiannya tepat di hadapannya. Dengan gerakan cepat gadis itu memasukkan potongan fuyunghai agak besar tersebut ke dalam mulutnya.
"Pelan-pelan! Kamu bisa tersedak kalau cara makanmu seperti itu."
Elang mulai memperingati disertai tatapan tajam, tetapi bukan Dara namanya bila ia tidak memberontak. Dengan cepat Dara bisa menghabiskan makanan tersebut, sampai membuat Elang terheran-heran. Dara adalah seorang model, tetapi mengapa cara makan gadis itu tidak ada manis-manisnya? Tentu Dara sudah diajarkan table manner saat masih trainee.
Apa jangan-jangan Dara seperti ini hanya di depannya saja?
Elang membalikkan sendok dan garpunya, mendandakan ia sudah selesai makan. Lalu kembali memperhatikan gadis di hadapannya yang sedang mematut wajahnya di depan cermin kecil.
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan sampai menyuruhku datang ke sini?" Pertanyaan Elang menghentikan aktivitas Dara memandang cermin.
"Ya ampun, Elang, seharusnya kamu itu bersyukur. Kamu tidak perlu ke luar gedung ini karena aku yang datang kemari." Dara mulai mengeluarkan kekesalannya.
"Ya, kalau di luar urusan pekerjaan, bukankah bisa dibicarakan di rumah saja supaya lebih santai," kilah Elang.
"Bagaimana kalau yang kubahas soal pernikahan?" Dara memperhatikan perubahan raut wajah lelaki itu. Dara pikir, Elang akan tertarik saat mendengar kata pernikahan.
"Oke, kenapa dengan pernikahan?" Elang menegakkan tubuhnya menatap lebih serius ke arah Dara.
"Aku setuju menikah denganmu." Tiba-tiba semburat lekuk bibir lelaki itu terangkat ke atas.
***
Cieee Elang senyum ☺
Nah Dara udah setuju nikah, kira-kira apa alasannya, ya? So, stay tuned!
Have a nice day
Jangan lupa tersenyum 😃
21 Mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top