BAB 8 ~ Sebuah keputusan

"Setiap pertemuan
pasti ada perpisahan,
Rasa bahagia pasti ada setelah
menelan pahitnya sengsara.

Jika perpisahan ini adalah
salah satu dari bentang takdir-Nya kepadaku maka tidak mengapa.

Karena aku percaya Allah adalah
sebaik baik perencana.
Dan setiap rencana-Nya pasti Allah sisipkan maksud yang luar biasa"
-Ajensae-
"Surat Cinta Berbalut Doa"

Langkah demi langkah kaki Abu menapak, membuat suatu jejak terbentuk diatas tanah. Sepanjang perjalanan hanya rasa kecemasan yang terlihat jelas dari raut wajah tampannya. Terdengar juga rangkaian kalimat kalimat thayyibah mengalun cepat seirama dengan detak jantung yang tidak beraturan. Entah sampai kapan rasa gelisah yang dirasakan oleh Abu akan hilang, namun yang pasti setiap detik dan langkah rasa itu malah semakin bertambah.

Sudah lebih dari 5 hari sejak musibah itu terjadi Abu selalu disibukkan dengan berbagai macam hal. Hingga lupa dimana terakhir kali dia menaruh buku peninggalan keluarganya. Baru tadi dia teringat, sehingga terciptalah rasa gelisah akibat takut kehilangan.

"Ya Allah semoga buku itu tidak hilang apalagi rusak, karena buku itu adalah saksi tentang keluarga hamba yang bahkan belum hamba ketahui." Semakin jauh Abu berjalan, semakin terasa lemas kakinya. Bahkan pandangannya mulai tidak jelas akibat rasa sakit yang memenuhi kepala. Ditambah lagi hari ini sangat terik, sinar matahari menyengat kulitnya yang putih.

Bbrukkk....

Akibat Abu yang terlalu panik, dan kondisinya yang tidak begitu fit.
Membuat tubuhnya terjatuh. Suara benturan keras antara tubuh Abu dengan tanah tidak dapat dihindarkan. Abu terjatuh lemas dan bola matanya bergerak cepat. Abu hanya dapat melihat lingkungan sekitar yang mulai kabur. Kakinya tidak dapat digerakkan karena terlalu lelah, tangannya pun sudah tidak dapat membantunya walau hanya sekedar duduk. Tenaga semakin berkurang, membuatnya kian lemas. Abu menyerah dengan segala usahanya untuk bangkit. Hanya bibir yang masih bisa bergerak, berkata meminta bantuan berharap ada yang mau mengulurkan tangan.

"To..long!" sepatah kata yang dapat terucap dari mulut Abu walaupun dengan suara yang sangat lirih.

Pandangan semakin kabur, sedari tadi dia meminta bantuan tapi pertolongan belum kunjung datang. Hingga nafasnya sudah tidak beraturan. Tanpa disadari matanya semakin menyipit, semakin sipit, dan Abu tergeletak tidak sadarkan diri.

***

"Permisi, apakah ada yang tau kak Abu pergi kemana?" tanya Sarah kepada segerombol ibu yang ada didapur.

"Kami tidak melihatnya nak, mungkin Abu ada di sungai," jawab salah seorang ibu yang memperhatikan Sarah sekaligus memeras santan.

"Oh, terima kasih bu."

Dengan sekuat tenaga Sarah berlari, Abu memang pergi tanpa sepengetahuan Sarah. Karena tadi Sarah masih membantu Ibunya. Setiap hari setelah bersih-bersih, Sarah selalu mencari Abu untuk mengajaknya bermain hingga sore. Hari ini Sarah akan pulang ke rumah neneknya yang berada diluar kota, awalnya Sarah tidak mau meninggalkan tempat ini, karena banyak kenangan yang tercipta. Juga Sarah tidak mau meninggal Abu sendirian. Namun karena banjir yang meluluh lantahkan rumah Sarah hingga hanya bongkahan-bongkahan reruntuhan dari bangkai rumah, sehingga tidak layak untuk dihuni lagi.

"Ya Allah semoga kak Abu tidak kenapa- napa." Hanya kalimat itu yang selalu Sarah pikirkan.

Akhir-akhir ini Sarah merasa ada yang aneh dengan sikap Abu, terkadang Sarah merasa terbang melayang saat mendapatkan pujian. Namun tidak jarang pula Sarah seolah-olah terjun bebas masuk kedalam jurang, karena kata-kata Abu yang menyakiti perasaannya. Walaupun sudah banyak yang Sarah rasakan saat menjalani hari-harinya bersama Abu, tidak ada 1 pun waktu yang Sarah habiskan tanpa kenangan. Setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik, yang Sarah rasakan disamping Abu adalah rasa nyaman dan aman. Seperti ada sebuah aura kedamain yang terpancar dari tubuh Abu lewat setiap kata yang dilontarkan.

Setelah lelah berlari, Sarah akhirnya sampai di tepi sungai. Berulang kali Sarah teriakan nama Abu, berharap semoga orang yang memiliki nama tersebut segera muncul. Tidak hanya itu, Sarah terus berjalan mengelilingi sungai sambil tetap berteriak dan melihat disetiap tempat.

Sembari berjalan, Sarah melihat sebuah ayunan yang sederhana. Tempat duduknya terbuat dari kayu biasa, yang dikaitkan dengan dua buah tali yang bergelantung pada sebuah pohon besar di pinggir sungai. Langkah kaki Sarah tiba-tiba terhenti tepat didepan ayunan itu. Dengan pandangan yang lekat, Sarah menatap benda bergelantung tersebut. Sarah seperti pengingat sesuatu, tapak demi tapak kaki Sarah mengampiri. Setelah dekat dengan benda tersebut, Sarah mulai melihatnya dengan seksama. Jari-jemari putih Sarah meraba setiap detail ayunan tersebut. Hingga Sarah mencoba menduduki kursi dari ayunan itu dan memenganggi tali yang terdapat dikanan dan kirinya.

Selang beberapa detik kemudian, tanpa sadar beberapa titik air bening yang keluar dari sudut mata bulat Sarah jatuh perlahan-lahan membasahi pipi merahnya. Tangan yang tadinya menggenggam erat tali ayunan, kini mendarat tepat diwajah manis Sarah. Menutupi hampir seluruh wajahnya. Air mata semakin membeludak tidak dapat ditahan.

"Kenapa? kenapa? Orang yang kucintai selalu menghilang meninggalkanku, aku kira aku hanya akan kehilangan ayah. Namun dugaanku salah, tepat beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan seseorang yang mengerti diriku. Membuatku selalu senang, yang mau menemaniku disaat luka. Dan bersedia mendengarkan keluh kesah yang aku jalani selama ini. Setelah sekian lama, saat berada disisinya. Aku merasaka bahwa aura ayah ada pada dirinya. Setiap ucapannya, setiap tingkah lakunya, sama seperti ayah waktu beliau masih hidup. Mendengarkan setiap kata yang terucap dari mulutnya membuatku nyaman. Intinya aku sangat bahagia saat berada didekatnya. Dialah Kak Abu, laki-laki tangguh dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Banyak sudah cerita yang kita jalani bersama. Bahkan ayunan ini dibuat dengan tangan terampilnya.... "

"Banyak kenangan tentang cerita kita bersama. Bahkan aku belum bilang bahwa akulah gadis yang pernah mendapatkan bantuannya saat sepatuku kotor dipinggir jalan. Namun sekarang, aku harus disuguhi oleh sebuah pilihan yang harus aku putuskan. Yaitu, tetap disini dengan Kak Abu atau ikut bersama ibu ke rumah nenek. Sungguh keduanya aku ingin, tapi itu tidaklah mungkin. Aku harus memilih, tapi apa yang tepat untukku? Ya Allah bantulah hamba dalam memutuskan sebuah keputusan ini." tangis Sarah semakin menjadi-jadi. Detak jantungnya tidak beraturan, nafasnya tersengal-sengal, dan pikirannya terasa kacau.

"Hey sudahlah, jangan menyalahkan takdirmu. Allah tau apa yang baik untuk setiap hamba-Nya. Mungkin yang lebih membutuhkanmu adalah keluargamu. Sekaramg ibumu sedang mencemaskanmu. Beliau mencarimu kemana-mana. Sudahlah, tentang ucapan selamat tinggalmu akan aku sampaikan kepada Kak Abu. Aku yakin Kak Abu akan menghargai setiap keputusanmu." Tiba-tiba seseorang dengan berjalan santai menghampiri Sarah yang tengah menangis tersedu-sedu.

"Benarkah ibu sedang mencariku?" tanya Sarah

"Beliau sangat mengkhawatirkanmu," ucap Faizul.

"Percayalah, jika sesuatu yang memang ditakdirkan untukmu akan kembali padamu. Tidak peduli sejauh apapun. Allah punya sekenario-Nya sendiri. Yang jauh lebih indah." Senyum manis terlukis diwajah Faizul.

"Emmm Faizul, tolong sampaikan salam perpisahanku ini ke Kak Abu ya, maaf tidak dapat mengucapkannya secara langsung," ucap Sarah yang mulai beranjak dari ayunan.

"Iya, Inshaa Allah aku akan menyampaikannya," balas Faizul

"Ya, sudah jaga dirimu baik-baik ya Faizul. Aku pamit dulu. Terima kasih banyak." Kata terakhir Sarah sebelum berjalan semakin jauh.

"Sarah," panggil Faizul dengan nada teriak sebelum Sarah benar- benar pergi.

"Iya?" tanya Sarah sepontan menoleh.

"Suatu saat nanti aku akan menjemputmu, sebelum Kak Abu," ucap Faizul sedikit teriak.

"Ha? Apa? Maaf, aku tidak mendengarnya," balas Sarah yang memang sudah jauh.

Tanpa menjawab Faizul hanya melambaikan tangannya serta tersenyum lebar kepada Sarah. Sarah juga membalas hal serupa sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan ini semua.

Hallo semuanya 😊

Maaf ya, saya hiatus lama banget 🙏

Sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🌻

Tetapi tetap ya jangan lupa update, vote, comment terus ya 🍂

Karena dukungan anda berpengaruh dalam kelanjutan cerita saya 🌈

See you next time 🎉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top