BAB 5 ~ Melepasmu

"percayalah, semua yang Allah berikan hanyalah sebuah titipan, yang akan Allah ambil disaat waktu yang tepat"
-Ajensae-
"Surat cinta berbalut doa"


"Niu niu niu" suara sirine ambulans mengiringi tempat para jenazah korban bencana alam.

Betapa ganasnya banjir yang menenggelamkan wilayah ini, hingga tidak sedikit merenggut banyak orang. Tidak hanya merusak rumah warga dan lainnya, Hampir semua lingkungan sekitar luluh lantah akibat terjangannya.

Setelah sibuk mencari, Abu dan Bu Halimah juga Sarah. Mendatangi salah satu petugas medis yang mendata para jenazah.

"Permisi pak, apakah ada jenazah dengan nama Fatimah?" tanya Abu kepada seorang yang memakai baju merah bergaris tipis putih seperti para tenaga medis lainnya.

"Apakah kalian keluarganya? " ucap orang tersebut.

Abu berjalan satu langkah, membuat posisi Abu berada dekat didepan petugas itu. Walaupun tidak terlalu jauh dari Bu Halimah dan Sarah.

"Apakah adek anggota keluarga korban?" tanya petugas sekali lagi

"Iya,saya Abu anaknya."

"Kami menemukan almarhumah di tepi sungai dalam kondisi sudah meninggal dan terbujur kaku, namun kami memiliki firasat yang membuat meninggalnya almarhumah bukan hanya karena bencana alam ini. Sehingga sebagian dari kami melakukan otopsi pada jasad koran. Setelah proses dilakukan, ditemui luka bekas pukulan dan hantaman senjata tajam. Diperkirakan luka tersebut sudah ada semenjak 1 bulan yang lalu. Berarti sebelum bencana ini terjadi."

"Bagaimana dengan nenek dan ayah saya? "

"Siapa nama ayah dan nenek adek?"

"Pak Budi dan Nenek Suratmi"

Setelah lembar demi lembar sebuah buku yang dibawa petugas itu dibalik, sampai pada halama terakhir.

"Dalam data korban keseluruhan yang kami rekap dalam buku ini, tidak ada korban dengan nama Pak Budi, dan Nenek Suratmi"

"Jadi dimana ayah dan nenek berada?"

"Kemungkinan jasad korban belum ditemukan ataupun bisa jadi...... " ucap petugas tersebut tergantung

"Bisa jadi apa pak?"

"Bisa jadi mereka belum meninggal, dan masih hidup"

Mata mungil Abu membulat mendengar perkataan pak petugas itu. Mungkin masih ada harapan Abu dapat kembali lagi kepada keluarganya. Walaupun setelah mendapat kenyataan bahwa ibunda tercinta telah kembali ke Rahmatullah.

                      ***

Matahari mulai menampakkan sinarnya yang berwarna jingga, berpencar saling terbang tinggi bagaikan sedang menari nari diatas sebuah hamparan luasnya langit

Hari ini adalah hari dimana Abu akan mengantarkan ibunda ke tempat peristirahatan terakhir. Karena Abu tidak ingin jasad ibunya terlalu lama tidak segera dimakamkan, sehingga almarhumah dimakamkan setelah mendapatkan persetujuan dari tim petugas.

Setelah jenazah dimandikan dan selesai disholatkan. Almarumah dimasukkan kedalam keranda mayat untuk dibawa menuju kuburan

Jarak kuburan tidak begitu jauh, hanya berjarak beberapa meter saja dari posisi Abu sekarang. Setelah semua telah siap, jenazah digotong dengan 4 orang pria, yang menjadi sukarelawan membantu agar jenazah ibu Fatimah dapat menuju tempat istirahat terakhirnya. Adapun para tetangga disekitar rumah Abu yang juga ikut mengantarkan almarhumah. Tidak terkecuali Pak Hasan, selaku ketua RT. Beliau sangat perihatin atas musibah yang menimpa Abu dan keluarganya.

Dengan penuh suasana sedih yang mengiringi setiap jalan yang dilewati, akhirnya tibalah mereka dalam kuburan dan melangkah menuju makam Ibu Fatimah. Sesampainya mereka dimakan almarhumah.

Jenazah segera diturunkan kedalam liang lahar dengan dibantu beberapa orang yang ada. Tiba saatnya detik detik terakhir Abu dapat melihat tubuh ibunda walaupun telah dibalut dengan kain kafan putih.
Abu bergumam dengan meneteskan titik titik bening yang tanpa sengaja membasahi pipi manisnya.

"Ibu...
Engkau sesorang yang penting dalam hidupku,
Kau mendidik dan membesarkanku dengan kasih sayang lembutmu,
Merangkulku saat kesedihan menghatuiku,
Tetap sabar dengan segala tingkahku,
Yang selalu membelai rambutku.
Maafkan Abu jika belum membahagiakanmu,
Namun bahagialah disisi Allah bu."

Hanya kata kata tersebut yang ada dalam hati Abu. Memang untuk melepaskan orang yang disayangi sangatlah berat, namun semua hanyalah dititipan yang Allah berikan.

Setelah almarhumah selesai dikuburkan. Satu demi satu orang orang mulai kembali dari makam Ibu Fatimah. Disaat Abu menaburkan bunga diatas makam ibunda, terasa ada seseorang dari belakang yang menaruh tanganya dipundak Abu.

"Sudalah nak Abu, kamu harus berlapang dada atas segala musibah yang menimpa, hidup dan matinya seseorang tidak akan ada yang tahu kecuali Allah. Karena yang Allah berikan hanyalah sebuah titipan." ucap Pak Hasan mencoba menghentikan tangisan Abu.

"Iya pak, terima kasih telah meluangkan waktu untuk membantu ibu saya kedalam istirahat panjangnya" ucap Abu dengan mengusap air matanya, kemudian bangit dan meninggalkan makam ibunda.



Assalamualaikum
Hallo semua

Bagaimana ceritanya? Sedih tidak?penasaran tidak? Kira kira dimana keberadaan ayah dan nenek Abu sekarang? Apakah mereka masih hidup, setelah bencana yang sungguh dahsyat ini?

Oh iya, nama tokoh Farah saya ubah menjadi Sarah ya, jadi anak dari Ibu Halimah mulai sekarang Adalah Sarah.

Sekian dari saya

Jazzakumullah ya khair

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top