BAB 4 ~ Air Mata kenyataan
"Aku yakin mungkin hari ini terluka keesokan harinya aku akan lebih bahagia."
- Ajensae -
"surat cinta berbalut doa"
Hari ini adalah hari ketiga tanpa keluarga yang berada disisi Abu. Iya selama ini Abu tidur ditenda pengungsi, bersama para korban dan pengungsi lainnya. Dalam tenda itu hanya berisi para kaum pria. karena tenda laki laki dipisah dengan para perempuan, sehingga Abu tidak dapat lebih dekat untuk menanyakan kondisi keluarganya sebelum bencana itu terjadi dalam sudut pandang para wanita yang menjadi tetangga sebelahnya.
Dipagi hari para wanita memasak dan menyiapkan lainnya, sehingga Abu hanya bisa menanyai beberapa wanita saja, karena yang lain sedang sibuk dengan tugasnya sendiri-sendiri. Dan pada malam harinya Abu harus tetap di dalam tenda karena dilarang keluar oleh para pria dewasa.
🍃 ☁ 🍃
"Ibu maafkan aku..... Karena belum bisa sepenuhnya membahagiakanmu. Kepergiaanmu sangatlah berat bagiku. Rasanya baru kemarin kita saling bertukar cerita, namun engkau pergi dengan cara yang tidak terduga. Menyisahkan berjuta kenangan dan meninggalkan sebuah buku ini. Ibu sekarang bukan hanya sebuah kata kata cinta yang dapat tersampaikan tetapi juga beribu ribu doa yang terlangitkan." gumam Abu dengan memeluk erat buku peninggalan keluargannya.
Pagi ini abu hanya dapat melihat wajahnya sendiri dalam pantulan air didanau. Dulu sebelum peristiwa yang merenggut keluarganya. Disetiap Abu membuka mata, wajah sang ibu yang menyambutnya dengan hangat. Seolah olah selalu memeluknya, memberi semangat. Namun saat ini hanya rasa kecemasan dan kekecewaan yang berhasil membuatnya terbangun dari setiap istirahatnya.
'Tuk' suara batu kerikil yang melesat dan mengenai kepalanya, sukses membuat Abu tersadar dari lamunan panjangnya.
"Aduh" keluh Abu sambil memegang kepalanya yang sakit.
"Maafkan saya, tadi saya tidak sengaja melembarnya. Tujuan saya hanya ingin menyingkirkan batu itu dari jalan. Agar orang lain tidak mendapat masalah karenanya." penjelasan orang yang membuat Abu kesakitan.
Mendengar suara orang itu, Abu pun menoleh kebelakang.
"Kau tidak mengapa kak?" tanyanya.
"Tidak masalah" Jawab Abu.
Terbesit dibenak Abu. Perasaanya mengatakan bahwa gadis ini tidaklah asing baginya. Tetapi pikiranya meragukan hal itu.
"Apakah kakak pengungsi juga?" tanya gadis itu kira kira dia berumur 10 tahun.
"Iya, aku korban dari bencana ini. Akibatnya aku kehilangan keluargaku juga harta benda. Hanya buku inilah yang aku punya. Kalo kamu sendiri, apakah juga pengungsi?"
"Saya juga seorang pengungsi bersama keluarga saya. Oh iya kak nama saya Farah" berkenalan dengan meyedekapkan tangannya.
"Namaku Abu"
"kakak ingin bertemu keluargaku? Aku akan mengantar kakak."
"Boleh, ayo"
🌻 ☀ 🌻
Farah mengajak Abu hingga tenda para pengungsi wanita.
"Assalamualaikum. Ibu ada yang ingin menemuimu." suara Farah dari luar tenda
"Waalaikumssalam. Iya sebentar" jawab ibu farah dari dalam. Dan mencari arah datangnya suara Farah.
"Iya ada siapa Farah?" tanya ibu farah setelah keluar dari tenda.
"perkenalkan ini kak Abu bu, dan pekenalkan ini ibu Halimah, ibuku."
"oh, saya Abu. Bu" berkenalan dengan meyedekapkan tangannya.
"Apakah kamu anaknya ibu Fatimah? "
"Iya bu benar, itu nama ibu saya . Ada apa bu?"
" Apakah kau sudah mengetahui kondisi keluargamu? "
"Belum bu. Apakah anggota keluarga saya sudah ditemukan? " ucapnya dengan air mata yang membasahi pipi Abu.
"Keluargamu sudah ditemukan tadi malam" jelas Ibu Halimah.
"Apakah ibu bisa mengantarkan saya?" tanya Abu dengan suara yang bergetar.
"Apakah kau sudah ikhlas, apapun kondisi mereka?" tanya Ibu Halimah menegarkan Abu agar tidak berlarut dalam kesedihan yang mendalam
"Inshaa Allah, saya akan mencoba untuk menerima apapun takdir Allah"
Jawab Abu dengan mengusap air matanya.
________
Assalamualaikum semua
Maaf chapter ini lama updatenya dan pendek.
Tetapi jangan lupa untuk vote, comment, juga update terus ya.
Terima kasih :)
Salam hangat dari saya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top