BAB 2 ~ musibah
'Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Bagaimana ibu sekarang apakah sudah minum obat?. Dan alasan apa yang akan aku berikan saat ditanya ayah dan nenek dengan penuh amarah?'
______________
Abu:
Saat ini aku dihadapkan dengan dua pilihan yang berat. Disatu sisi aku harus terbaring di atas ranjang putih, dan ditangaku terdapat banyak sekali kabel bermacam macam, jika aku nekad melepas salah satu kabel ini tanpa sepengetahuan orang lain, badanku akan cepat lemas dan jatuh pingsan. Tetapi disisi yang lain, sudah lama aku tak bertemu ibu, aku rindu dia, rindu tatapan teduhnya, rindu pelukan hangatnya, rindu suara lembutnya, dan rindu melihat wajah cantiknya. Apa yang harus aku lakukan?.
Siang ini aku begitu bosan. Ingin rasanya keluar sebentar, menghirup udara segar. Kata dokter aku boleh keluar, Tetapi harus membawa tiang infus juga penyangga kabel ku ini.
Setelah siap aku membuka pintu kamar. Awalnya suasana lobi sunyi, seketika berubah saat terdengar begitu keras suara sirine ambulans masuk ke telinga. Begitu kerasnya sampai aku bisa menduga bahwa ambulansnya bukan hanya satu melainkan banyak sekali. Apa yang sebenarnya terjadi?.
Aku melihat begitu banyak pasien yang terluka mulai dari kakinya hingga luka pada kepala. Sebagian dari mereka ada yang masih anak anak juga balita.
Setelah semua pasien telah ditanggani oleh pihak medis, aku mulai bertanya pada seorang pengemudi ambulans.
"pak,ini ada apa?"
"terjadi bencana alam yang memakan banyak korban."
"Innalillahi wainailahi rojiun"
🍂 🌱 🍂
Diatas bangku taman aku menatap pepohonan dan menikmati suasana yang nyaman. Hembusan angin aku biarkan menerpa rambut kecilku. Suara goyangan daun daun menambah ketenangan dalam jiwa
Disaat aku menikmati kebesaran Allah. Mataku melihat seorang bayi yang digendong oleh sang ayah dengan senyuman tanpa henti, begitu besarnya kebahagiaan yang aku lihat dari raut wajah sang ayah, walaupun aku juga melihat bahwa bayi tersebut cacat, terlihat pada kaki kirinya yang dibalut kain putih.
Tiba tiba aku memikirkan bagaimana caranya aku bisa membalas kasih sayang keluarga yang sejak kecil merawatku. Termasuk jasa ayah dan nenek yang sangat berharga bagiku,dari mereka aku belajar arti kerja keras yang bisa membuatku kuat.
"kamu kangen keluargamu ya? ." suara lembut seorang perempuan sukses membuatku tersadar dari lamunan yang tak kunjung aku hentikan.
"Adek tenang saja, selagi rutin minum obat dan istirahat yang cukup. Kamu akan segera pulang." jelas ibu itu penuh kepastian.
"Apakah benar bu?" tanyaku
" Inshaa Allah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah" jawab ibu itu sambil membelai rambutku.
"Saya ingin meminta maaf yang sebesar besarnya. Sebenarnya saya yang telah menabrak adek tempo hari, waktu itu saya sedang diliputi rasa kawatir karena mendapat kabar bahwa kondisi anak saya semakin memburuk. Dan waktu itu saya sedang dinas diluar kota yaitu dikota yang sama waktu bertemu adek. Tidak berfikir panjang saya pacu mobil dengan penuh kecemasan dan pikiran yang tak karuan. Sampai sampai saya tidak melihat adek yang sedang menyebrang. Tanpa dapat dielakkan kecelakan pun terjadi. Saya langsung membawa adek kerumah sakit yang terdekat. Tetapi pihak medis disana tidak sanggup menerima adek karena peralatan kesehatan tidak memadai. Akhirnya saya membawa adek kerumah sakit ini untuk dirawat. Dan kebetulan rumah sakit ini dekat dengan rumah saya. Tetapi adek tidak perlu sedih sebentar lagi adek akan sembuh dan semua biaya perawatan akan saya bayar lalu adek akan saya antar pulang kerumah adek juga nanti saya yang akan jelaskan semuanya kepada orang tua adek" jelas ibu itu panjang lebar.
"Tidak apa apa bu, ini juga salah saya yang kurang hati hati saat menyebrang. Saya juga meminta maaf dan terima kasih."
" Ya sudah dek, ibu pamit dulu jangan lupa banyak istirahat." ucap ibu itu seraya pergi dengan senyum yang hangat.
Setelah ibu itu pergi aku segera masuk kekamar dan minum obat lalu istirahat. Karena aku yakin akan bertemu keluargaku besok dan aku harus sudah sehat.
🌹 🍁 🌹
"Bagaimana pak dokter, apakah saya sudah bisa pulang?." tanyaku kepada seorang dokter yang selama ini merawatku dirumah sakit.
"Alhamdulillah adek sudah bisa pulang, pesan saya agar adek banyak minum air dan istirahat yang cukup!" pesan dokter.
"Alhamdulillah"
Sungguh bahagia hati ini saat aku akan dapat melihat wajah orang orang yang ku sayangi, sampai air mata haru meledak di pipi.
'Aku ingin pulang' itulah keinginnanku saat ini. Dipersatukan kembali dalam ikatan keluarga.
"Ayo dek, ibu akan mengantarmu pulang kerumah" ucap ibu kemarin
"iya bu. Maaf nama ibu siapa?" tanyaku agar aku dapat lebih kenal dengan ibu itu.
"Nama ibu Wati, kalo adek siapa namanya? "
" Saya Abu bu"
"oh kelas berapa adek Abu? "
" Saya tidak sekolah, bahkan saya tidak pernah merasakan bersekolah. Sejak kecil saya harus bekerja demi membelikan obat ibu saya dan mencari sesuap nasi untuk kami."
"Kenapa kau mau saja disuruh bekerja?"
"Saya hanya tidak mau menjadi anak durhaka. Dan saya percaya Allah tidak akan menguji setiap hamba-Nya terus menerus dengan kesusahan, suatu saat nanti Allah akan berikan kebahagiaan."
"Sungguh mulia hatimu dek. Apakah kamu hanya tinggal berdua?"
"Tidak, ada ayah dan nenek"
"Kenapa tidak ayahmu saja yang bekerja, kan seorang kepala rumah tangga harus menafkahi keluarganya? . Dan tugas mu hanya belajar menggapai cita cita"
"Saya juga sedang menggapai cita cita, walaupun tanpa bersekolah"
"Apa cita citamu?"
"Saya ingin membangun rumah dan membahagiakan keluarga disurga kelak dengan menuruti dan membahagiaka keluarga sebisa saya"
Kami berbincang cukup lama dimobil yang dikendarai bu wati. Aku kagum dengan beliau karena walaupun perempuan beliau sangatlah kuat dalam menjalani takdir yang diberikan Allah.
Anaknya difonis menderita penyakit yang akan kambuh jika penderitanya mengalami stress berat. Walaupun Bu Wati pernah bercerita bahwa penyakit yang diderita anaknya jarang muncul. Tetapi jika penyakit ini kambuh maka kondisi sang anak akan sangat lemah. Oleh karena itu tempo hari pada saat Bu Wati mendengar bahwa sang anak jatuh sakit, beliau langsung panik.
" Oh iya rumah kamu dimana?" tanya Bu Wati
Sembari menunjukkan alamat rumahku, Bu Wati sempat terkaget sambil menepikan mobil lalu berhenti.
"Apakah benar rumahmu disana? Kemarin Ibu melihat siaran ditelevisi bahwa wilayah yang kamu maksud telah hancur tergelam oleh banjir. Semua bangunan disana tak terlihat bentuknya. Dan hampir semua orang meniggal dunia akibat dalamnya volume air, hanya beberapa orang saja yang sedang dirawat dirumah sakit karena luka yang cukup parah. Pohon pohon tumbang dan banyak tenaga medis juga kepolisian yang mengamankan wilayah tersebut. Sungguh bencana alam yang dahsyat."
Kata demi kata penjelasan dari Bu Wati sukses menggetarkan hatiku, meneteskan air mataku, dan membuat kacau pikiranku.
Bagaimana tidak keluarga yang sedang aku rindukan, karena lama tak bertemu sekarang sedang ditimpah musibah. Satu yang ada dipikiranku.
'Dimana sekarang ayah,ibu,dan nenek. Aku ingin bertemu mereka'
Semoga mereka dalam lindungan Allah yang Maha Agung
________________
Assalamualaikum
Terima kasih telah membaca cerita saya.
Jika ada salah kata mohon maaf.
Dan jangan lupa untuk selalu update, vote, juga commet ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top