Teaser : Superstar Season 2

Jakarta, lima hari setelah kepulangan Daffa dari Bali.

"Hmm... ada apa, Daff," suara pria dengan intonasi tegas membuka percapakan melalui jaringan seluler.

"Sibuk, Mas?" tanya Daffa kurang bersemangat.

"Kenapa? Mau curhat?" tebaknya tanpa basa-basi.

"Iya... bisa?"

"Sebentar, aku masuk ke dalam kantor dulu untuk cari tempat duduk. Kamu kalau curhat pasti lama."

"Ok, aku tunggu, Mas," balas Daffa pasrah.

"Putus cinta lagi, Daff?" tembak pria itu setelah menyamankan pantatnya di atas kursi kebesarannya sebagai CEO sebuah perusahaan asing.

"Mas kok bisa tahu?"

"Hei... aku itu bukan orang lain yang sehari-dua hari mengenalmu, Daff. Kita tumbuh bersama dan tentu aku tahu persis sifatmu itu seperti apa. Kamu nggak mungkin menghubungiku hanya untuk sekadar bertukar kabar atau membahas yang lain, kan? Jadi, cewek mana lagi yang mematahkan hatimu sekarang? Tetap Marisca atau ada yang baru?" tanyanya sembari memundurkan punggung, bersandar rileks pada badan kursi.

"Bukan, bukan Marisca atau cewek lain," potong Daffa cepat. "Tapi hmm..." lanjutnya sedikit ragu.

"Lalu?"

"Cowok, Mas," ungkap Daffa mencoba jujur.

"Hah?" pria itu sedikit terkaget. "Jadi maksudmu yang membuat jagoanku sampai patah hati kali ini itu seorang cowok?" tanyanya memastikan.

"Iya, Mas..."

"Hahahahaha..." tawa pria itu langsung meledak.

"Hei... jangan mentertawakanku, Mas. Ingat, Mas juga nggak jauh lebih baik dariku," protes Daffa tidak terima.

"Bukankah sekarang aku hanya mengulangi persis seperti yang kamu lakukan saat mengetahui rahasia terbesarku dulu?"

"Iya, maaf, Mas. Seharusnya aku nggak meledek Mas waktu itu. Aku seperti sedang menuai karmaku sekarang," sesal Daffa.

"Ah, sudahlah... kamu jangan merasa bersalah seperti itu. Bagiku itu sebuah reaksi yang wajar mengetahui seseorang memiliki orientasi seksual berbeda, yang masih belum bisa diterima di masyarakat. Yang penting setelahnya, kamu nggak menjauh ataupun merasa malu punya saudara sepertiku. Kamu malah mendukung dan selalu menguatkanku di saat papa marah besar sampai mengusirku dari rumah waktu itu. Jadi sekarang nggak ada yang perlu kamu sesali karena itu nggak akan merubah apa-apa. Lebih baik kamu segera memikirkan apa yang akan kamu perbuat setelah ini."

"Nah... itu masalahnya, Mas," lirih Daffa lesu. "Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Dulu sewaktu Marisca selingkuh di belakangku, aku masih bisa menanam rasa benci yang selalu menguatkanku untuk menjalani hari-hariku. Tapi sekarang, aku bahkan nggak sanggup membenci pemuda itu meski aku sadar dia sudah sangat menyakiti hatiku. Aku seperti kehilangan arah hidupku, Mas."

"Daff, jangan sampai kamu putus asa dan berpikiran yang aneh-aneh. Aku nggak mau sampai harus pulang ke Indonesia hanya untuk menghadiri pemakamanmu."

"Ah, nggak sampai segitunya juga kali, Mas!" sanggah Daffa. "Aku hanya sedang bingung harus berbuat apa sekarang, bukan yang membuat mama sampai menangis histeris menelfonku karena mendapati anaknya bersimbah darah di kamar apartmentnya."

"Sial, kenapa kamu jadi membahas kejadian itu lagi, Daff? Kamu masih belum kapok juga meledek Mas? Jangan lupa, dalam tubuh kita mewarisi darah yang sama, yang kemungkinan besar kamu memiliki kecenderungan yang sama denganku juga," timpal pria itu mengingatkan.

"Aduh, sorry... sorry Mas. Aku keceplosan, hehehe..." balas Daffa cepat. Dia takut kualat lagi. "Tolong dicabut kutukannya dong, Mas. Adikmu ini belum mau jadi arwah penasaran sekarang. Adikmu masih mau menyelesaikan masalah hatinya yang mengganjal dulu, hehehe..."

"Nah, gitu dong, Daff," sambutnya lega sebab adiknya sudah mulai bisa tertawa sekarang. "Aku dulu saja menyesal sudah bertindak bodoh. Tapi untungnya Tuhan itu sangat baik, sehingga aku masih diberi kesempatan untuk memperjuangkan cintaku. Jadi kuminta kamu segera pikirkan apa yang akan kamu lakukan sekarang. Karena berdiam diri dan larut dalam kesedihan nggak akan mengubah kenyataan selain menghancurkan diri sendiri."

"Nah, sepertinya memang menelfon Mas adalah pilihan yang sangat tepat karena seperti kataku tadi, aku benar-benar masih nggak tahu harus berbuat apa sekarang. Mas bisa bantu, kan?"

"Tentu saja, asal kamu jawab pertanyaanku dengan sejujur-jujurnya."

"Siap, Mas!"

"Aku nggak perlu tanya kamu mencintainya atau nggak sebab aku sudah tahu pasti jawabannya apa. Tapi bagaimana dengan pemuda itu? Apa dia juga cinta padamu?"

"Iya, Mas. Aku yakin dia juga cinta padaku."

"Lalu, kenapa dia meninggalkanmu sampai kamu patah hati seperti ini?"

"Entahlah, aku nggak seberapa yakin alasannya. Sepertinya dia lebih membutuhkan uang daripada sekadar cinta."

"Oh, jadi dia itu orang kere? Ya sudah, itu masalah gampang, Daff! Hujani dia dengan uang. Buat dia bergantung padamu hingga nggak bisa terlepas darimu. Daripada kamu meratapi nasib dan nggak berbuat apa-apa, cara seperti ini, bagiku pribadi, nggak ada salahnya karena terkadang cinta dan materi itu saling melengkapi."

"Tapi nggak semudah itu, Mas. Dia juga sudah punya cewek."

"Hei... apa kamu lupa kalau Masmu ini malah pernah melarikan suami orang? Apalagi cuma sekadar pacar biasa, it's really not a big deal, Daff! Asal kamu yakin cintanya padamu lebih besar daripada untuk cewek nggak pentingnya itu. Then, you should fight for your love and never say no before you try!"

"Ok, ok... aku mengerti, Mas. Aku akan mempertimbangkan semua sarannya. Thanks yah, Mas," ucap Daffa mendadak antusias. Sebuah semangat baru mulai menyusupi benaknya seraya memandangi gelang yang melingkar pada pergelangan tangannya.

"You're welcome, Daff."
_________________________________

Kira-kira siapa yah, pria misterius kakaknya Daffa itu?

Kalau sudah tahu jawabannya, jadi bisa punya gambaran kan, bakal serumit apa alur cerita sekuel dari Superstar ini. Jadi simpan aja cerita ini di di library kalian karena nantinya sekuelnya akan tetap aku upload di lapak ini.

Untuk kapannya? Bukan dalam waktu dekat karena aku mau fokus menyelesaikan BMKG dulu setelah ini.

Tapi nggak menutup kemungkinan peminat cerita ini bisa menarik perhatianku untuk melanjutkan ceritanya. Seperti yang terakhir aku minta vote 100 yang langsung dipenuhi hanya satu malam dan itu jujur sangat memotivasiku untuk sering-sering update.

Ok that's all, see you next time dan sementara aku close dulu cerita ini. Thank you.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top