[44] Topeng Tak Terlihat

22.55

Hagakure mengedarkan pandangannya, menembus kejauhan menuju arah tak terhingga. Hingga akhirnya mata tak terlihat itu berhenti, berfokus pada sebuah gedung yang tampak kecil karena terlalu jauh dari tempatnya berdiri.

Burung-burung yang tidur di sekitar pepohonan yang mengelilingi bangunan tersebut tiba-tiba saja berhamburan. Menjauhi ruangan itu bersamaan dengan berpendarnya cahaya kuning terang bagai petir. Suara ledakan beruntun juga menyambut setelahnya. Cukup besar hingga ia bisa melihat di bawah sana Aizawa-sensei berteriak di depan asrama.

"SIAPA LAGI YANG BERULAH MALAM-MALAM BEGINI?"

"Tch. Kenapa dia tidak mati sih?" Hagakure yang kesal masuk kembali ke dalam kamarnya dan menutup pintu balkon. Gadis itu turut menutup pintu kamar setelah memastikan sekitar kamarnya telah kosong. Ia yakin sebagian besar anak 1-A pasti pergi melerai pertengkaran antara Bakugo dan Todoroki.

Gadis itu pun berdiri di depan cermin di kamar tersebut. Setengah dirinya luruh, menampilkan sosok aslinya. Rambut pirang, mata bercahaya yang menyiratkan bahaya, senyum manis, dan nafsu membunuh yang menguar. Himiko Toga kehabisan waktu dan penyamarannya luntur.

Kasur yang telah rapi di kamar Hagakure langsung saja Himiko baringi karena merasa lelah belakangan ini. Ia menatap kamar asing yang dimiliki seseorang yang ia tiru. Kamar bernuansa girly itu amat bersih. Banyak pernak-pernik lucu. Buku-buku tersusun rapi. Ia juga bisa lihat bahwa si Hagakure itu mengoleksi banyak parfum. Kamarnya juga wangi seperti susu stroberi.

Ah, Toga juga suka sekali kasur empuk ini. Toga tidak ingat kapan terakhir kali ia tertidur di alas yang nyaman. Belum lagi suasana kamar ini, suasana kelas 1-A, dan keramaian yang disuguhkan di sekolah benar-benar membuatnya rindu.

Dan rasa rindu itu membangkitkan rasa cintanya yang berbeda makna. "Sial aku benar-benar ingin membunuh mereka semua!"

Tak lama ponsel yang terletak di nakas berbunyi. Toga lantas terbangun dan mengeceknya. Sebuah ajakan berkumpul dari perkumpulan sesat yang diikutinya.

"Oh menarik? Si anak baru berhasil."

Setelah menutup ponselnya sebuah warp muncul. Di seberang terlihat Dabi sedang menunggunya. Di balik meja bar Kurogiri mengelap gelas hingga mengilap. Shigaraki duduk di sofa tunggal. Mr. Compress bersender di dinding sambil menaikkan topinya, memberi salam kepada satu-satunya anggota wanita klub tersebut yang absen beberapa hari. Twice melambai-lambaikan tangannya, meminta gadis itu masuk.

Mata Toga menipis, menatap sinis kepada satu-satunya anak termuda di sana. Kazuo sedang duduk di lantai, bersender kepada serigala putih besar di belakangnya yang juga tengah bersantai. Lelaki itu, Toga amat membencinya. Karena tawarannya yang sulit ditolak itulah, gadis berambut pirang itu harus terjebak di sekolah ini. Di tempat yang amat berbahaya. Jika penyamarannya ketahuan dia bisa langsung diringkus oleh banyak pro hero.

Tanpa membuang waktu gadis itu pun melewati warp dan mengambil tempat duduk di lengan sofa di sebelah Shigaraki.

"Selamat datang kembali, Himiko Toga," ucap Shigaraki. "Bagaimana misimu?"

"Wah, kalian tidak ada basa-basi sama sekali ya!" komentar Twice dengan nada riang. Jelas kepribadiannya yang ramah.

"Untuk apa basa-basi! Kita harus cepat karena Toga harus kembali menjalankan misi! Sudah cepat mulai!" balas Twice yang satu lagi.

"Ahahaha! Baiklah Twice kau sangat bersemangat ya!" Himiko Toga tertawa kecil.

Gadis itu bangkit dari posisi duduknya. Pertama, ia mengusaikan penyamarannya terlebih dahulu. Gadis itu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan banyak suntikan bekas yang telah dipakai. Jejak darah tersirat jelas di dalamnya. "Pertama aku kehabisan darah Hagakure. Kalian belum membunuhnya kan?" tanya Himiko.

Mr. Compress menimpali, "Tentu belum. Hanya kau yang boleh menyentuhnya."

"Benar! Terima kasih pengertiannya Mr. Compress!"

"Yah, apa pun untukmu," balas lelaki bertopeng itu dengan lembut disertai senyuman tertutupnya.

Toga mengeluarkan benda lain dari dalam sakunya. Sebuah tabung kecil berisi cairan bening. Ia melempar tabung tersebut ke arah Kazuo. Dengan cepat anak itu menangkapnya dan menatap Hagakure bingung.

"Racunnya tidak bekerja. Barang bodoh. Tidak berguna," kata Toga dingin.

"Racunnya bekerja. Hanya saja si Bakugo Bakugo itu diselamatkan oleh kakakku kan?" Kazuo memperbaiki apa yang salah dari kalimat Toga sebelumnya. Ia paling tahu seberapa mematikannya racun yang berasal dari quirknya itu. Atau lebih tepatnya quirk dari Kepala Keluarga Ukanami sebelumnya yang dipindahkan kepada Kazuo atas bantuan All for One.

"Itu karena kau meminta untuk memberikannya pada Bakugo. Ah, kalau saja aku langsung memberikannya pada Midoriya, atau Uraraka. Atau kakakmu sekalian." Bayangan ketiga orang itu sekarat langsung memenuhi kepala Toga. Rintihan sakit dari bibir Midoriya, teriakan Uraraka, atau napas (Name) yang tersengal karena berusaha meraih oksigen pasti menyenangkan. "Ah, tapi aku lebih suka melihat mereka berdarah-darah sih."

"Mengapa kau memberikan racun itu kepada Bakugo?" tanya Shigaraki kepada Kazuo. Mendengar Bakugo membuatnya teringat dengan apa yang dilakukan bocah itu di markas. Sekelas penjahat seperti Shigaraki saja tidak suka dengan mulut anak itu.

Kazuo memperbaiki sikap duduknya menjadi lebih tegap. Dengan senyum dan nada ceria yang tidak pernah lepas Kazuo menjelaskan, "Meski racun itu tidak dilepaskan kepada Kakakku, dia pasti lebih menderita sekarang. Lagipula jika racun itu dilepaskan kepada Kakakku justru tidak akan berefek. Dia adalah keluarga inti (Surename), lebih lagi satu-satunya pewaris sah. Semua anggotanya dianugerahi dengan tubuh yang lebih kuat dari manusia biasa. Dan racun itu aslinya berasal dari Kepala Keluarga Ukanami, yang merupakan cabang dari keluarga (Surename) dan lebih rendah dari mereka. Untuk menghindari terjadinya kudeta atau pengkhiatan di hierarki keluarga tersebut, serta untuk menjaga kesucian darah penerus, tidak satu pun orang dari keluarga cabang yang merupakan pengguna quirk bisa melukai anggota keluarga (Surename). Kemampuan ini diturunkan dari nenek moyang mereka."

"Bukankan itu artinya kau sendiri tidak bisa menyentuhnya?" tanya Mr. Compress.

"Namaku Kazuo Kenshin, Tuan. Seratus persen orang luar dari lingkaran keluarga (Surename). Satu-satunya quirk-ku yang tidak bekerja hanya Toxic. Sisanya tentu mampu untuk melukai setiap senti tubuh Kakakku!" Kazuo membalas dengan senyuman indahnya lagi, meski Mr. Compress tidak menyukai ekspresi ceria Kazuo.

"Lalu apa maksudmu dengan dia lebih menderita sekarang?" Kali ini seseorang dengan banyak luka bakar yang bertanya.

"Justru dengan menyelamatkan Bakugolah ia akan mati. Teknik khusus quirknya harus menggunakan aliran darah. Dan itu bisa mendorongnya ke titik terendah. Jika perawatannya salah, (Surename) (Name) bisa mati. Mungkin besok!" jelas anak berambut hitam itu bangga.

Namun, bukannya mendapat sambutan, Kazuo malah dikejutkan dengan gerakan Shigaraki yang tiba-tiba. Lelaki itu turun dari kursinya dan mengarahkan tangannya ke leher Kazuo, mencegat udara masuk ke paru-parunya. "Dengar Penjilat! Kami membantumu bertemu (Name) bukan untuk membunuhnya, tapi untuk menangkapnya. Jika gadis itu mati dan memberi kesia-siaan pada Tuan, kau akan kubuat menderita. Lebih daripada ketika kau hidup di kurungan keluarga Ukanami!"

Melihat tuannya tercekik, serigala besar putih di belakang Kazuo lantas terbangun. Dia menggeram dan mengambil ancang-ancang untuk menyerang, siap untuk melahap kepala Shigaraki kapan saja.

"Aku tidak mengizinkan ada anjing di rapat ini." Lelaki berambut kusut itu melepaskan cengkeramannya. Ia pun kembali ke tempat duduknya.

Kazuo memilih mengelus-elus kepala serigala besar kesayangannya. "Tenanglah Ringa, aku tidak apa-apa," ucapnya pelan sambil menempelkan keningnya kepada kening serigala tersebut. Tak lama serigala tersebut menghilang seperti disapu angin.

"Lalu apa besok dia benar-benar mati?" tanya Twice versi kalem.

"Aku akan membunuhmu kalau (Name) mati!" timpal Twice yang lain sambil menunjuk-nunjuk Kazuo.

Kazuo menggeleng. "Dia tidak akan mati semudah itu. Dosa yang menjeratnya akan membuat dirinya tertahan di Bumi. Lagipula unit kesehatan U.A pasti bagus. Oh, Kak Himiko bagaimana keadaan Pangeran Todoroki dan Putri Yaomomo?!" tanya Kazuo semangat.

Himiko menjadi semakin geram. Ia sudah bersiap mengeluarkan pisaunya dan ingin membunuh Kazuo sebelum akhirnya Dabi mengeluarkan api birunya, menahan satu-satunya perempuan di sana agar tidak melayangkan pisau.

"Kalau saja aku tidak bertemu dengan orang-orang yang aku cintai dengan membantumu, aku pasti sudah memisahkan tulang belakangmu dan mengeluarkannya satu demi satu!" ucap Toga penuh penekanan. Meski kali ini gagal, suatu hari nanti Toga yakin ia akan membunuh Kazuo.

Ada satu hal yang membuatnya sangat membenci anak itu. Senyumannya. Ia tidak bisa menebak ke arah mana tujuan Kazuo. Toga pun masih tidak mengerti mengapa anak itu ada di sini. Satu-satunya informasi yang ia tahu tentang Kazuo hanyalah dia adalah anak yang dimenangkan All for One dalam sebuah pelelangan kemudian menjadi kelinci percobaan psikopat gila itu.

Hasilnya mengesankan karena sampai kini Kazuo tidak memiliki cacat meski dalam arsip disebutkan ia sudah menjalani dua puluh operasi. Dan upaya All for One memasukkan quirk ke dalam anak itu gemilang. Kini Kazuo menampung belasan quirk dalam tubuhnya, tanpa efek samping.

Lelaki itu seperti senjata berjalan yang mungkin akan digunakan untuk melawan (Name). Namun keberadaannya membuat Toga jijik. Seakan ia merasa bahwa darah anak itu tercium berbeda. Tetap saja Kazuo berhasil menawarkan kerja sama dengan Shigaraki untuk menculik (Name) dengan syarat ia harus bisa bertatap muka dengan kakaknya. Perjanjian itu cukup menguntungkan bagi pihak Shigaraki. Hanya saja pergerakan Kazuo seperti sulit diterka.

Contohnya tiba-tiba saja ia memulai permainan kotor petak-umpet dengan Todoroki. Dan Himiko Toga harus mendukungnya dengan penyamaran yang sangat merepotkan.

"Tenanglah kalian semua. Himiko lanjutkan laporan misimu!" tegas Kurogiri menenangkan. Kini ia menyiapkan gelas sesuai jumlah orang di dalam sana dan menuangkan teh hijau ke dalamnya.

"Eee.... Kurogiri aku tidak mau teh! Aku ingin kopi!" Twice ramah mengintrupsi.

"Tidak! Jangan beri dia kopi! Beri saja dia susu coklat! Dia benci susu coklat!" balas Twice yang lain.

"Diamlah! Yang minum ini aku atau kau?" bentak Twice pertama.

"Hah kau pikir organ kita terpisah?"

"Tapi ini adalah tubuh milikku."

"Kau bercanda?"

Kurogiri yang kesal menghentakkan satu gelas, suaranya membuat Twice kaget dan terdiam. Dari tempatnya Himiko mengacungkan pisaunya lagi. "Aku bisa memisahkan tubuh kalian agar kalian berhenti krisis identitas."

Mr. Compress turut kesal. Ia melemparkan satu kelereng ajaibnya ke arah Twice, membiarkan villain berisik satu itu terhisap ke dalamnya. "Aku akan menjelaskan hasil rapat kepadanya nanti. Silahkan dilanjut."

Himiko Toga menurunkan pisaunya. Gadis itu melanjutkan laporan. "Aku berhasil menyelinap ke kamar (Name). Tidak banyak yang bisa ditemukan. Ia benar-benar meninggalkan keluarganya. Hanya ada satu foto keluarganya yang terpajang di nakas. (Name) mendapat undangan makan malam di kediaman Todoroki, sepertinya akhir minggu ini. Lalu ia tengah demam tinggi...."

Tidak hanya itu, si Gadis Penguntit benar-benar menjelaskan dengan detail seluruh kejadian yang dia alami selama menyamar menjadi Hagakure. Hingga informasi soal simbol keluarga yang muncul di kening (Name), Bakugo dan Todoroki yang saat ini pasti sedang dimarahi habis-habisan oleh Aizawa, dan pelatihan di pantai minggu depannya lagi.

"Bagaimana kalau kita eksekusi misi ini saat di pantai? Kita culik (Name) di sana," usul Mr. Compress. Ia melempar-lempar kelereng ajaibnya, siap menggunakan benda itu kapan saja.

"Aku pikir itu ide bagus. Seminggu untuk menyusun rencana akan cukup," komentar Kurogiri. Kazuo mengangguk setuju, jelas akan menyertai misi kali ini. Matanya berbinar-binar, menatap jauh ke masa depan.

Aku tidak sabar bertemu kakakku!

"Lalu Kazuo, ini giliranmu untuk menjelaskan apa yang kau lakukan hari ini." Shigaraki mengganti alur percakapan. Kini mereka berfokus kepada Kazuo.

Anak smp itu mengangguk semangat. Tak lama ia mengeluarkan sebuah orb berwarna putih dari tangan kanannya. Orb tersebut memunculkan tiga layar hologram yang cahayanya berpendar biru. Kazuo mengeluarkan sebuah USB--yang dia ciptakan khusus--dari sakunya. Lantas tangan kirinya mengeluarkan orb berwarna abu sebesar bola kasti, kemudian membiarkan USB tersebut masuk ke dalamnya. Ketiga layar hologram yang dimunculkan sebelumnya langsung menampilkan milyaran data yang terus-terusan muncul silih berganti.

"Seluruh data yang tersimpan di server milik para pahlawan! Dengan ini kita bisa mengetahui rencana lanjutan pihak lawan!" seru Kazuo dengan senyum lebar.

Ia pun menghentikan laju data-data yang muncul dan memilih salah satu file dengan cepat. Sebuah dokumen tertulis digital. Muka judulnya tertulis sebagai Rancangan Perang.

"Inilah yang disebut perang informasi! Aku dengar dari All for One kalian gagal terus karena kekurangan informasi. Nah, ini aku sudah tutupi kekurangan kalian!" Kata-kata Kazuo barusan lebih ditujukan untuk mencela seluruh anggota League of Villain. Dan untuk itu dia berhasil membuat seluruh orang yang ada di sana sakit hati. Jika saja tidak mengingat kesepakatan mereka, Shigaraki sudah pasti akan mengubah Kazuo menjadi eskperimen gagal.

Shigaraki menghela napasnya. Dia nyaris kehilangan kesabaran. Namun, sikap Kurogiri yang bijak selama ini saat mendampingi penerus All for One itu nampaknya berhasil memperpanjang batas kesabaran Shigaraki.

"Kuakui kau hebat bisa benar-benar mencuri data itu. Namun, eksekusimu terlalu menyedihkan," komentar Shigaraki.

"Eh di bagian mananya?" tanya Kazuo polos.

"Aku pikir sudah jelas? Kau tidak perlu menyebutkan namamu. Kau memberikan informasi kepada mereka!" tegas Kurogiri. Bagaimanapun Kazuo itu tidak pernah punya identitas. Jika dia menyebutkan namanya di depan dua pro hero dengan ceroboh begitu hasilnya bisa fatal.

Kazuo yang tidak peduli hanya menggulir-gulirkan layar hologramnya. "Loh bukannya seluruh pahlawan sudah mengetahui identitas kalian? Tapi tidak ada yang tertangkap tuh. Kalian ini untuk ukuran tim penjahat sangat perhatian ya!" Tanpa memedulikan emosi orang lain, Kazuo malah memberikan pujian yang tak perlu.

Himiko Toga yang muak dari percakapan itu pun beranjak dari sana. "Kalian lanjutkan saja rapatnya. Aku hanya akan menunggu perintah. Lagipula waktuku tidak lama. Aku harus segera memenuhi persediaan darahku atau aku tidak akan bisa menyamar lagi," ucapnya sambil membuka salah satu pintu besi dan berjalan masuk ke dalam lorong gelap.

Di sisi kanan kirinya terdapat banyak sel-sel berlapis. Setiap tahanan di sana dikurung dengan kaca tebal yang lubangnya hanya untuk bernapas, kemudian jarak dua meter jeruji besi dengan diameter tebal turut mengurung mereka sebagai lapis kedua. Dan lapis ketiga barulah dinding ruangan yang diberi jendela untuk melihat.

Himiko bisa lihat berbagai macam objek percobaan All for One. Mulai dari anak kecil sampai wanita tua. Namun, yang paling menarik perhatiaannya adalah sebuah tabung besar berisi Nomu berukuran fantastis. Namun, Nomu ini terlihat nyaris sempurna. Otaknya tidak menonjol, dan wajahnya tidak terlihat menyeramkan, walau Himiko yakin kekuatannya pasti merepotkan.

Sampai hari ini status Nomu tersebut masih dalam status pengembangan. Padahal kondisi fisiknya telah siap. Ia hanya perlu menerima satu transformasi lagi agar bisa sadar. Mungkin All for One dan Dokter belum menemukan tumbal yang cocok untuk menghidupkan Nomu tersebut.

Setelah berjalan cukup jauh sampailah Himiko di sel yang lebih kecil, tetapi dengan pengamanan yang sama ketatnya. Gadis itu masuk sambil membawa banyak suntikan. Di tatapnya sosok tak terlihat yang berdarah-darah. Di sana Hagakure hanya diselimuti kain tipis dan di depan wajahnya terdapat piring yang lauknya masih bersih, tidak tersentuh.

"Keras kepala sekali sih. Harusnya kau makan kalau mau hidup lebih lama. Kau bakal kehabisan darah loh!" peringat Himiko walau tentu saja Hagakure tidak dengar.

"Ah tapi siapa peduli! Penampilanmu saat berdarah-darah begini saja sebenarnya jelek banget! Aku ingin langsung membunuhmu, tapi... aku harus memanfaatkanmu dengan baik. Maaf ya, Hagakure-chan." Setelah basa-basi Himiko menyuntikkan jarumnya ke salah satu anggota tubuh Hagakure yang tidak ia pedulikan itu apa. Gadis itu terus mengisi amunisinya hingga di rasa cukup untuk stok beberapa hari ke depan.

"Ingat kau tidak boleh lupa makan ya! Nanti kau sakit," ucap Toga sebelum mengunci kembali seluruh sel dan kembali ke teman-temannya.

°°°°°

Meski banyak anak 1-A yang pergi untuk melerai Bakugo dan Todoroki, Midoriya dan Uraraka terpaksa tinggal. Momo dan Iida menugaskan mereka menunggui (Name) yang kondisi demamnya semakin memburuk.

Gadis itu hanya bisa terbaring lemah di kasurnya. Ia masih tertidur walau terlihat tidak tenang, keningnya mengatakan dengan jelas hal itu. Wajahnya pucat dan bibirnya membiru. Tiga puluh menit yang lalu Uraraka membawa banyak perlengkapan pertolongan untuk orang demam, termasuk selusin handuk dan sebaskom air hangat.

Kini Midoriya dan Uraraka hanya duduk di samping ranjang (Name), sibuk dengan pikiran masing-masing terkait situasi kacau saat ini.

"Aku tahu Kachan pasti akan bertengkar dengan siapa pun yang menyebut (Name) iblis," kata Midoriya pelan, sebisa mungkin tak mengganggu waktu istirahat (Name).

"Kita hanya tidak berpikir kalau itu Todoroki. Padahal aku berpikir bahwa Todoroki cukup menyukai (Name)," balas Uraraka dengan intonasi yang sama.

"Aku juga tidak mengerti. Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh (Name) hingga ia bisa secara tak langsung menyebabkan semua ini."

Kedua orang itu mengedarkan pandangannya. Membuat mata mereka terpaku kepada foto keluarga di nakas (Name). Seorang lelaki tinggi, dengan perawakan putih penuh wibawa. Seorang wanita cantik dengan kimono super mewah disertai logo mirip di kening (Name) dan seorang gadis kecil. Seorang gadis kecil yang mereka yakini adalah (Surename)(Name). Setidaknya mereka menerka begitu karena senyumnya terlalu mirip.

"Bukankah itu Transeric Aldrich? Pengusaha kaya raya yang terkenal karena konspirasinya membantu All for One dalam perang belasan tahun lalu. Jika gadis itu adalah (Name), bukankah itu berarti...."

Midoriya dan Uraraka serentak memutar kepala mereka, memandang (Name) dengan pikiran penuh tanda tanya. Namun, mereka dikejutkan dengan hal baru. Tiba-tiba saja simbol di kening (Name) berpendar pelan berwarna kemerahan. Pelan-pelan simbol tersebut menyebar ke seluruh tubuhnya, membentuk garis-garis abstrak yang menggurat kulit mulus gadis itu.

Dalam tidurnya gadis itu merintih kesakitan. Seakan-akan yang dilakukan Midoriya dan Uraraka bukanlah merawatnya, melainkan menyayat-nyayat gadis itu. Uraraka yang panik segera merendam handuk kecil ke dalam air hangat. Mungkin (Name) perlu dikompres lagi.

"Berhenti Uraraka, jangan mendekat!" peringat Midoriya, melarang gadis anti-gravity itu untuk menyentuh (Name).

Setelah seluruh simbol di tubuh gadis itu memenuhi tubuhnya, lantas semuanya hilang. Hanya menyisakan (Name) dan tubuh demamnya yang lemah. Baru setelahnya Uraraka meletakkan handuk yang telah ia lipat seukuran kening (Name).

"Midoriya apa yang terjadi?"

Midoriya mengatupkan bibirnya. Anak itu memutuskan untuk hening. Ia juga sama tidak mengertinya. Tapi melihat keanehan yang terjadi di tubuh (Name), mengingatkan remaja berambut hijau itu pada sesuatu. Masa ketika quirknya berubah dan mulai bertingkah aneh.

Mungkinkah (Name) baru saja membuka gerbang baru dari quirknya sendiri?

✨✨✨

Chapter ini terlalu serius untuk aku yang sering menjadi badut.😀💔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top